Namun akhirnya Lu Li tetap membelikan Elf Air satu set kosmetik, dengan alasan sebagai balas jasa telah membantu memilih barang untuk Lu Xin.
Mereka juga mengunjungi toko pakaian, tapi kali ini Elf Air hanya membeli sedikit barang.
“Pakaianmu pasti edisi terbatas atau dirancang khusus oleh desainer, ya? Kamu tidak akan membeli baju di sini kan?” tanya Lu Li. Dulu dia pernah mendengar omongan semacam ini - sekumpulan pemuda miskin yang suka bergosip tentang kehidupan orang kaya. Meski tidak ikut bergosip, tapi sering mendengarnya.
“Seharusnya... tidak juga. Setidaknya aku sering belanja sendiri di mall. Sekretarisku sangat suka jalan-jalan,” jawab Elf Air.
Sebenarnya, dia tidak memberitahu Lu Li bahwa sebagian besar pakaiannya, terutama yang dipakai di acara resmi dan gaun, memang dibuat khusus. Sebagai anggota VIP beberapa brand ternama, setiap musim koleksi baru, desain gambar teknik selalu dikirim ke tangannya. Jika ada yang disukai, staf akan datang untuk mengukur tubuhnya.
Dia takut penjelasan itu akan menciptakan jarak di antara mereka.
Dan sebenarnya dia juga tidak berbohong. Pada esensinya, Elf Air bukanlah gadis yang tidak membumi. Kegiatan jalan-jalan yang disukai gadis biasa pun ia gemari. Kadang saat bertugas ke luar kota untuk inspeksi cabang, ia menyisihkan waktu sejenak untuk menikmati keunikan lokal masing-masing daerah, bahkan tak segan menyusuri seluruh lapak di jalanan pedagang kaki lima sambil mencicipi semua jajanan dari ujung ke ujung.
Setelah berjalan-jalan sebentar, Elf Air memilih sebuah kafe untuk beristirahat.
"Kamu mau minum apa?" Elf Air memesan minuman untuk dirinya sendiri, lalu menanyakan pesanan Lu Li. Lu Li menatap daftar menu dengan wajah bingung, belum pernah sama sekali mencoba minuman-minuman ini sebelumnya.
Seolah menangkap kebingungan Lu Li, Elf Air langsung mengambil alih dengan memesankan minuman untuk mereka berdua.
"Pertama kali mencoba, rasanya agak aneh. Sebelumnya tidak pernah ada kesempatan untuk mencoba." Lu Li menjawab dengan lapang dada, tanpa perlu mengirim pesan ke teman-temannya untuk bertanya bagaimana harus bersikap layaknya pemain senior saat pertama kali minum kopi.
“Sering minum tidak baik untuk tidur, sesekali minum secangkir masih boleh. Aku lebih banyak minum air.” Elf Air berkata.
“Aku kira makanan dan pakaian kalian semua berbeda dengan kami.” Lu Li tersenyum pahit, orang miskin berkhayal toilet kaisar mungkin terbuat dari emas, mungkin setiap hari makan bakpao daging, tapi tidak menyadari semua orang sama-sama berusaha menjalani kehidupan sesuai cara yang mereka harapkan.
“Waktu kecil aku masih suka menggesekkan gigi saat tidur.” Elf Air tertawa.
“Tentang kopi, aku tahu sebuah lelucon kosong yang pernah diceritakan adikku padaku.” Lu Li jelas mulai bersemangat, kalau tidak, seumur hidup dia tidak akan semudah ini bercerita lelucon.
“Lelucon seperti apa itu? Aku tidak tahu apakah pernah mendengarnya. Meski biasanya aku tidak sering tertawa, sebenarnya aku juga suka menggunakan lelucon atau cerita lucu untuk relaksasi diri.” Elf Air langsung bertanya penasaran. Orang biasa bercerita lelucon itu hal yang umum, banyak pria yang ingin mengejarnya berusaha menunjukkan sisi humoris dan keren mereka. Tapi ini pertama kalinya Lu Li membagikan lelucon dengannya.
“Konon di zaman kuno ada seorang jenderal besar. Istrinya berasal dari keluarga terpandang yang terkenal. Setelah memenangkan sebuah pertempuran, mereka berjalan-jalan di jalanan. Tiba-tiba sang jenderal berseru, 'Kafe ini pasti bagus!' Sang istri terkejut, mengira sang jenderal tiba-tiba romantis. Dia bertanya alasannya. Jenderal menjawab, 'Jika kita menempatkan beberapa senapan mesin di atap kafe ini, kita bisa memblokade seluruh jalanan!'”
Elf Air terdiam sejenak, lalu tertawa terkekeh-kekeh.
Saat tertawa, dua lesung pipinya yang menggemaskan terlihat jelas, terutama ketika dia tertawa terbahak-bahak.
Hari itu adalah hari paling bahagia yang pernah Lu Li lihat dari senyuman Elf Air, penyebabnya hanya karena dia menceritakan lelucon yang menurutnya sendiri tidak terlalu lucu.
Keesokan harinya setelah kembali ke dalam game, hal pertama yang Lu Li lakukan adalah mengunjungi benteng Pedang Penghakiman.
Tempat ini telah berubah menjadi area konstruksi besar, tembok batu asli telah sepenuhnya dirobohkan, tumpukan bahan bangunan berserakan di mana-mana dengan aktivitas pekerja yang sibuk. Beberapa goblin yang bertindak sebagai pengawas memegang cambuk di tangan mereka, namun sama sekali tidak berani mencambuk para pemain.
"Karena kondisi topografi, musuh yang menyerang hanya bisa melalui tiga rute ini. Dua di antaranya memiliki medan sangat terjal yang tidak mendukung pergerakan kereta perang dalam penyamaran. Kita bahkan bisa membuat medan terjal ini menjadi lebih ekstrem," jelas pemain yang bertanggung jawab atas perancangan proyek teknik ini kepada Lu Li.
Namanya adalah Jia Ren, dan dia memiliki adik laki-laki bernama Jia Yi.
Lu Li dan Jia Ren bisa dibilang baru kenal, tapi adiknya Jia Yi justru sangat dia kenal. Dia adalah kapten profesi Druid di guild, seorang pemain bertarung dengan kekuatan yang cukup mumpuni. Selain itu, dia juga bertanggung jawab memimpin sebuah tim elit guild yang prestasinya di tiga dungeon Menara Batu Hitam sangat mengesankan.
Jia Ren adalah pemain profesi kehidupan. Konon dia tidak menyukai pertempuran dan pembunuhan.
Awalnya popularitasnya hanya terbantu karena kemasyhuran adiknya, mengingat ID kakak-beradik Jia Ren-Jia Yi sendiri sudah cukup memancing perhatian. Entah apakah di dunia nyata mereka juga menggunakan nama ini, kalau iya, mungkin itu salah ayah mereka yang bermarga Jia.
Tapi setelah proyek benteng ini selesai, dia langsung menjadi selebriti.
Jarang ada kesempatan dimana seluruh anggota guild mau patuh pada satu orang. Saat ini, yang memiliki hak istimewa itu adalah Jia Ren.
Identitas asli Jia Ren di dunia nyata ternyata adalah profesor arsitektur dari universitas ternama. Dia bertanggung jawab atas desain dan pembangunan banyak bangunan terkenal di Tiongkok. Seorang maestro yang tidak hanya kaya teori, tapi juga memiliki pengalaman praktis melimpah. Kali ini tanpa ragu dia ditunjuk sebagai chief engineer pembangunan benteng Pedang Penghakiman.
Bahkan Elf Air yang melihat gambar tekniknya langsung mengusulkan: "Kalau nanti kami berhasil merebut benteng, pasti akan mengundang Guru Jia Ren untuk membantu mendesain."
"Sebutkan saja kebutuhan Anda." Lu Li yang sama sekali tidak paham memilih tidak ikut campur dalam hal desain. Yang dia perhatikan adalah durasi proyek: "Jika menggunakan batu sebesar ini untuk membangun tembok benteng, apakah mungkin selesai dalam tiga hari? Minggu depan sudah ada yang bisa menyerang benteng kita. Bagaimana jika tidak selesai? Itu akan sangat memilukan."
Pihak bertahan memang memiliki keunggulan, tapi dengan syarat harus memiliki tembok pertahanan yang lengkap.
“Tenang saja, sebenarnya tidak sesulit yang kamu bayangkan. Cukup selesaikan tiga sisi ini. Untuk bagian yang dekat dengan tanggul sungai, sementara saya tidak berencana membangun tembok benteng. Lagi pula ini cuma game, kita hanya perlu mengikuti aturan game.” Professor Jia Ren menyesuaikan kacamata sambil berkata.
Kacamata adalah benda-benda teknik dalam game, tidak ada kesulitan khusus.
Tapi di game juga tidak ada konsep rabun jauh. Bagaimanapun realitas virtual mengandalkan transmisi saraf, jadi memakai kacamata lebih karena kebiasaan pribadi atau sekadar sok.
“Meski kita tidak memungut pajak masuk kota atau sejenisnya, apakah tidak membangun tembok di sisi sungai akan membahayakan keamanan?” Lu Li agak menyesal tidak mempelajari desain tembok benteng di kehidupan sebelumnya. Bahkan dia tidak bisa mengingat apakah benteng-benteng di tepi sungai itu punya tembok atau tidak.
“Bukan tidak dibangun sama sekali, hanya ditunda sementara. Dari sudut pandang estetika, tembok polos pasti tidak menarik. Tapi untuk saat ini memang belum perlu.” Jia Ren tetap berkeras.
“Baiklah begitu, untuk sementara bangun tiga sisi, pakai bahan terbaik. Serangan pertama mungkin akan sangat ganas, dan kita juga perlu menyiapkan bahan cadangan. Jika diperlukan, kita bahkan bisa memperbaiki tembok benteng secara darurat.” Lu Li mengingatkan.
“Tenang saja, semuanya sudah dirancang dengan baik. Para mandor Goblin itu sepadan dengan bayarannya. Mereka akan mengekspresikan kehendak kita dengan sempurna.” Jia Ren sangat mengagumi para kurcaci serakah yang pengecut di balik tampang galak itu. Sulit dibayangkan program bisa menciptakan sesuatu yang begitu berorientasi kemanusiaan.
