Saat tabib Flamewaker terakhir berhasil dibunuh.
Lu Li akhirnya bisa menenangkan hatinya yang selama ini tegang, saat ini masih ada 31 orang yang berdiri, tiga Main Tank masih utuh, hanya jumlah profesi penyembuh yang sedikit berkurang.
"Haruskah aku bangkit?" Hujan Maret yang baru saja tewas demi menyelamatkan anggota lain masih terbaring di lantai, skill menghidupkan kembali dalam pertempuran Lu Li juga sudah habis terpakai, mustahil ada yang bisa membangkitkannya lagi. Tapi dia masih memiliki metode lain. Alasan bertanya pada Lu Li adalah karena dia tidak yakin apakah pantas bangkit sekarang.
Darkmoon Card milik Lu Li masih melekat padanya, sisa jumlah pemakaian sebenarnya sudah sangat terbatas, sehingga penggunaannya harus benar-benar dipertimbangkan matang.
Pemain yang ikut acara itu dulu semua mendapat Darkmoon Card, tapi setelah waktu bermain game yang panjang ini, hampir tidak ada yang tersisa. Lu Li selalu menyimpan miliknya, bahkan di momen krisis sekalipun dia menahan diri untuk tidak menggunakannya, demi menyimpannya untuk momen-momen kritis seperti ini.
"Boleh bangun, menurutku kali ini tidak masalah besar." Setelah mengamati status semua orang, Lu Li menjawab dengan tegas.
Darkmoon Card: Kehampaan (Khusus): Gunakan, memberikan 50% probabilitas regenerasi kepada pemakai. Setelah sukses regenerasi, HP dan MP pulih 20%, Level dan XP terkini berfluktuasi -5%~10%, Sisa penggunaan 5/5. Efektif saat dimasukkan ke tas. Membutuhkan Level 10.
"Aduh, XP-ku terkuras sedikit." Hujan Maret hampir menangis tanpa air mata.
Dia sebenarnya sudah mencapai level 60 dimana XP tidak bisa naik lagi, tapi kalau XP terkuras, tidak ada yang bisa mencegahnya. Darkmoon Card memang memiliki kemungkinan menyebabkan kehilangan XP.
"Kehilangan berapa?" Lu Li melirik panel statistik, melihat Hujan Maret benar-benar turun ke level 59.
“Satu persen.” Hujan Maret sangat frustasi, Darkmoon Card biasanya menaikkan pengalaman, hari ini betapa sialnya dia sampai langsung kehilangan EXP.
“Masih bisa ditolerir, nanti bisa dikejar lagi. Perhatikan MP-mu, gunakan semua taktik pemulihan MP yang ada. Jangan lupa pasang Totem kenanganmu, langsung pakai Sihir Haus Darah begitu cooldown-nya siap.” Lu Li melirik HP monster kecil ini, berharap BOSS tidak akan Amuk.
Biasanya Amuk terjadi ketika HP BOSS turun sampai tingkat tertentu. Menurut penjelasan para ahli pengaturan, ini karena BOSS yang merasa hampir mati mengeluarkan tenaga putus asa - itulah Amuk.
Namun Executus sang Pengelola memiliki status invulnerable, HP-nya tidak pernah berkurang, seharusnya tidak mungkin Amuk.
Idealisme itu indah, realitas itu bertulang. Fakta membuktikan Lu Li terlalu berangan-angan. Ketika monster ketujuh tewas dan tersisa satu terakhir, Executus sang Pengelola yang tak bermoral langsung Amuk tanpa basa-basi.
“Bakarlah, manusia biasa, bayarlah harga untuk dosa-dosa kalian!”
Mungkin, kematian anak buah satu per satu membuatnya merasakan keputusasaan.
“Yang kena teleportasi segera kabur.” Setelah Amuk, bukan hanya ofensif yang meningkat, frekuensi BOSS menggunakan skill juga melonjak drastis. Contohnya teleportasi yang sebelumnya hanya digunakan tiap hitungan detik, sekarang sudah mencapai tahap berturut-turut.
“Sial, ejekan tidak bekerja! Semua prajurit datang untuk mengejek! Piao Ling tarik monster kecil!” Biru Muda Laut Angin ikut memberikan komando.
Sebagai figur kedua di tim sekaligus inti, perintahnya pasti dijalankan selama Lu Li tidak menentang. Mendengar ini, bahkan Moonlight yang berstatus prajurit gila pun mencoba mengejek BOSS.
BOSS yang sedang Amuk memberi diri mereka Anti-Sihir Perisai, membuat probabilitas berhasil mengejeknya semakin menipis.
Prajurit juga harus bisa mengejeknya, kalau tidak dia akan menyerang orang di sekeliling secara acak. Pada fase ini BOSS hampir bisa melakukan Pembunuhan Sekejap satu tebasan satu pemain.
Hanya dalam belasan detik saja, beberapa pemain sudah tewas.
"Fokus serangan ke monster kecil, gunakan semua yang ada!" Lu Li menenggak ramuan dengan cepat, kecepatan serangan di tangannya tiba-tiba meningkat drastis.
Semua orang menggunakan taktik masing-masing, di mana Elf Air saat ini tampak sangat sebesar.
Tubuh Elf Air diselimuti kilau merah, matanya berubah keemasan, sepasang sayap putih mengembang di punggungnya. Dari pencuri yang bergerak dalam kegelapan, dia berubah menjadi Malaikat suci. Efek ini membuat damage-nya meledak, kecepatan serangan jauh melampaui Lu Li, dengan daya hancur yang mengerikan.
Jika efek tambahan ini digunakan saat PK dengan Lu Li, meski belum tentu kalah, jelas dia tidak berani menantang frontal secara langsung.
Pilihan paling bijak adalah menghindari serangannya yang tajam dulu, baru bertarung lagi setelah efeknya habis.
Elite Flamewaker terakhir ini tidak memiliki kecerdasan itu, menjadikannya monster kecil yang mati paling cepat di antara delapan monster.
"Kau kira menang? Tidak, mungkin kalian membutuhkan mata pelajaran kesakitan lainnya." Executus akhirnya mengakhiri Amuk sementaranya.
Amuk memang mengabaikan, tapi durasinya terlalu singkat, sama sekali tidak cukup untuk mengosongkan nyawa pemain di sini.
"Tidak... Tidak mungkin! Tunggu... Aku menyerah, aku menyerah!" Ketika monster terakhir terkuras, Executus yang sudah masuk status lemah ini ternyata memohon ampun.
Sebenarnya, mau dia menyerah atau tidak, semua orang tetap tak bisa berbuat apa-apa karena dia masih dalam status kebal.
Setelah menyerah, Executus melanjutkan: "Kalian harus mengungkap rahasia Putra Api dengan segala cara. Perilaku gegabah ini akan membuat kalian membayar harga mahal. Aku akan memanggil tuan sesungguhnya di sini, membuat kalian langsung menghadapi amarah tak berujung-Nya. Nyawa remeh kalian akan segera berakhir."
Pengelola Hati Magma ini berbalik dan perlahan pergi: "Aku akan memanggil tuanmu, dia menantimu di kedalaman api."
"Hei, jangan pergi dong, ini melanggar aturan! Mana trofi kami?" Can Meng melompat sambil mengejar BOSS.
Entah ilusi atau bukan, Ecksotuts yang berwibawa itu terlihat sempoyongan. Ia melambaikan tangan, sebuah kotak jatuh dari langit, lalu ia menghilang perlahan masuk ke lahar.
"Waduh, cara perginya unik banget," kata Biru Muda Laut Angin sambil menatap bayangan BOSS yang menjauh. "Aku ingat serangan pertama bisa melukainya. Menurut kalian, kalau nanti kita kembali dengan peralatan bagus, mungkin nggak ya bunuh dia dalam satu jurus?"
"Kenapa harus dibunuh? Bukannya ini trofi?" Lu Li menepuk-nepuk kotak.
Semua orang: "..."
"Kalian... kenapa?" Lu Li bingung.
"Kak Lu Li." Xiao Ba Jiang memanggil dengan manis: "Jangan nekat ya, ini hasil jerih payah kita dua hari. Kalau tanganmu gemetar membukanya, usaha kita sia-sia... hu hu hu, kumohon jangan."
"Iya iya, kumohon lepaskan kotak malang itu." Semua orang mengangguk kencang serentak.
Lu Li hampir muntah darah. Apa perlu berlebihan begitu? Bukankah aku juga pernah membuka barang bagus, cuma agak 'hitam' sedikit.
