Bola-bola hitam legam beterbangan dilemparkan ke tumpukan kereta perang.
Orang-orang Bangsawan Jiangnan segera menyadari keberadaan orang-orang yang melempar barang ke arah mereka. Jika mereka tidak memperhatikan hal ini, itu bukan lagi percaya diri tapi otak.
Melempar barang juga akan membuat postur terlihat, jadi yang pertama terdeteksi adalah para pencuri ini, baru kemudian benda yang dilempar mereka. Apa yang dilempar tidak penting, yang jelas bukan barang bagus. Sang dewa game yang bertanggung jawab memimpin berteriak memerintahkan rekan satu tim untuk turun dari kereta perang dan mengalahkannya para pencuri.
Kereta perang tidak bisa bergerak sendiri, harus ada yang mengemudikannya.
Turun dari kereta perang memang cepat, tapi tetap butuh waktu. Ini memberi kesempatan pada Lu Li dan kawan-kawan untuk melempar bom kedua. Saat bom kedua dilempar, bom pertama sudah meledak.
Pasukan Bangsawan Jiangnan langsung berada dalam kekacauan total, memberi kesempatan pada kelompok Lu Li untuk melempar bom ketiga.
Mengenai bom keempat, selain soal apakah Bangsawan Jiangnan akan memberi kesempatan untuk terus melempar bomb setelah menyadari apa yang mereka lempar, Lu Li dan kawan-kawan juga tidak punya cukup bomb. Material untuk benda ini terlalu sulit dicari, sama sekali tidak memungkinkan untuk penggunaan dalam skala besar.
Andaikan bomb bisa dipasok tak terbatas, Lu Li berani memastikan tidak satu pun kereta perang Bangsawan Jiangnan bisa mencapai bawah tembok benteng.
"Itu Lu Li, kalahkan dia!" Jinse Wushang berteriak keras.
Kebencian membuat orang kehilangan akal sehat. Saat melihat Lu Li, mata Jinse Wushang langsung memerah, bahkan hatinya ingin mencabik-cabik Lu Li.
Sebenarnya interaksi antara dia dan Lu Li sangat minim, bahkan bisa dibilang tidak ada masalah pribadi khusus. Lu Li pun tidak pernah mencoba membunuhnya (Xiao Mo: Lututku agak sakit). Yang terutama adalah perkembangan pesat Pedang Penghakiman menusuk hati Jinse Wushang - satu pihak berkembang cepat, sementara pihak lain merosot drastis. Tanpa perbandingan, tidak ada yang terluka.
"Lalu Bangsawan Jiangnan mencoba menekan Pedang Penghakiman, namun Pedang Penghakiman justru meminjam momentum menginjak Bangsawan Jiangnan untuk naik ke posisi lebih tinggi."
Pertempuran Benteng adalah pertempuran comeback yang telah lama direncanakan Jinse Wushang. Dengan mengorbankan banyak sumber daya untuk mengumpulkan informasi, dari delapan klub yang menyerang benteng sistem, mereka berhasil melampaui Ibu Kota Kejayaan dalam hal kecepatan berkat dana besar yang dihujamkan.
Ibu Kota Kejayaan bertarung dengan cara terlalu biasa. Sepuluh kereta perang sebenarnya bukan jumlah sedikit, tapi jika dibandingkan dengan Bangsawan Jiangnan, selisihnya seperti jarak seratus ribu li.
Lihatlah pasukan Bangsawan Jiangnan ini - lima puluh lima kereta perang!
"Dari empat orang hanya dua yang tertangkap, dua lagi kabur. Peralatan yang terjatuh semuanya dari emas." Orang yang bertugas melapor pada Jinse Wushang bahkan tidak berani menatap mata bosnya. Tanpa melihat pun ia tahu betapa menggelegak amarah Jinse Wushang.
“Kita 40 orang melawan empat orang, ternyata masih ada dua yang kabur, dua item emas... Ini, apakah ini rencana yang sudah direncanakan?” Jinse Wushang merasa tenggorokannya tercekik, ada dorongan ingin muntahkan darah.
“Bagaimana kerusakan kereta perang?” Tongyan Wuji sudah tidak tahan melihat, pemimpin tim bangsat ini jelas datang untuk jadi bahan lelucon. Orang sudah kabur ngapain masih dibahas, empat pencuri itu jelas tim bunuh diri, masa iya pakai peralatan terbaik biar kalian bisa menghasilkannya? Yang paling penting sekarang memperhatikan kondisi kereta perang!
“Hmph.” Jinse Wushang melirik Tongyan Wuji, baru menoleh bertanya: “Kerusakan kereta perang bagaimana?”
“Kerusakan kereta perang tidak terlalu parah, hanya tiga yang meledak. Yang lain masih utuh.” Pelapor berhenti sejenak, lalu menambahkan: “Dua jalur lain juga diserang. Jalur Atas kehilangan dua kereta, Jalur Bawah satu. Total kita kehilangan enam kereta perang, sekarang tersisa 49 unit...”
“49 unit, setelah berjuang setengah hari cuma berhasil meledakkan 6 unit kereta perang kita, bahkan Lu Li sendiri hampir tertangkap. Apa itu pemain nomor satu dalam game? Tidak istimewa sama sekali.” Jinse Wushang langsung tidak marah lagi.
“Hah.” Hati terlalu lelah, Tongyan Wuji tiba-tiba tidak ingin berkomentar apa-apa.
Sepanjang perjalanan, anggota Bangsawan Jiangnan berjalan dengan gemetaran, khawatir 10 pencuri itu akan muncul lagi untuk mengganggu. Sekali serangan bisa meledakkan 6 unit, kalau mereka mengerahkan pasukan beberapa kali lagi pasti akan runtuh.
Kekhawatiran mereka ternyata berlebihan. Hingga sampai di bawah tembok benteng, tidak ada lagi yang mengganggu mereka.
Lu Li sudah kembali ke atas tembok bersama anak buahnya, dan telah mengenakan peralatan normal. Perlengkapan mereka sebelumnya disimpan di anggota tim lain - saat menjalankan misi bunuh diri, tidak mungkin membawa barang berharga.
“Lu Li, kamu tidak menyangka kan?” Sebelum memulai pengepungan benteng, Jinse Wushang memutuskan untuk maju dan berbicara.
"Tidak terduga, selamat atas perolehan hak penyerbuan benteng." Lu Li berkata dengan nada datar, seolah sedang membahas cuaca dengan kenalan biasa. Ekspresi netral ini membuat Jinse Wushang yang berharap melihat reaksi spesial darinya merasa kecewa.
"Apa gunanya seranganmu? Aku masih punya 49 kereta perang. Cukup dengan menghujamkan saja, tembok bentengmu akan remuk!" Jinse Wushang berseru.
Pengetahuannya yang mendalam tentang benteng, ditambah informasi rahasia dari jalur distribusi gelap, membuatnya paham betul data pertahanan: 49 kereta perang mampu meruntuhkan tembok purba dalam waktu singkat. Begitu tiga sisi pertahanan ambruk, benteng ini akan menjadi gadis tak berdaya.
Prinsip penaklukan benteng tak mengharuskan Bangsawan Jiangnan membantai habis Prajurit Penghakiman, atau mengusir mereka semua.
Cukup dengan menerobos masuk, lalu menghancurkan kristal benteng dengan kereta perang.
Kristal benteng juga tidak memiliki pertahanan dan HP (daya tahan) yang terlalu tinggi, tidak jauh lebih keras dari tembok. Menghancurkan tembok sebenarnya berarti benteng memasuki momen kritis.
"Dorong kereta perang ke depan." Lu Li tidak ingin bertele-tele. Meski semakin lama waktu tertunda semakin menguntungkan Pedang Penghakiman - karena perang pengepungan kota hanya berlangsung dua jam, jika melebihi waktu berarti pertahanan sukses.
Melihat ke atas dari bawah tembok, awalnya hanya terlihat pemain. Tapi setelah Lu Li menoleh dan mengatakan sesuatu, orang-orang di bawah langsung menyaksikan dentuman Boom bergemuruh di atas. Unit-unit kereta perang didorong ke depan, moncong meriam mengarah ke bawah memancarkan aura keganasan yang luar biasa.
Total lima belas unit kereta perang!
"Tapi paling cuma lima belas unit, di sini aku punya dua puluh dua unit!" Jinse Wushang wajahnya memerah padam.
Informasi dari dua jalur lainnya juga segera dilaporkan kepadanya. Masing-masing jalur memiliki 10 kereta perang, yang berarti Pedang Penghakiman mengerahkan total 35 kereta perang kali ini. Hasil ini membuat Jinse Wushang tiba-tiba merasa worldview-nya hancur lebur. Bagaimana mungkin Lu Li, si miskin ini, tega menginvestasikan 35 kereta perang sekaligus?
Lu Li membeli tiga titik regenerasi kali ini, masing-masing satu di setiap sisi tembok benteng, total menghabiskan 600 koin emas.
Tiga puluh lima kereta perang dengan harga 50 emas per unit, total lebih dari 1.700 emas.
Biaya bom yang digunakan untuk menyerang kereta perang sebelumnya tidak diketahui pasti, tapi pasti tidak murah. Ditambah dengan berbagai ramuan dan barang habis pakai yang dikonsumsi selama pertempuran kota, Pedang Penghakiman benar-benar mengucurkan banyak darah untuk mempertahankan benteng.
“Dua puluh dua unit, sungguh tidak tahu apakah kamu membawa otak saat keluar rumah, atau bahkan orang seperti Tongyan Wuji pun tertular.” Lu Li berdiri di atas tembok benteng yang tinggi, berkata dengan nada menyindir lebih tajam: “Apa kira-ku aku melempar begitu banyak bomb hanya untuk meledakkan beberapa kereta perangmu?”
