"Menyerah begitu saja tidak mungkin," Jinse Wushang memerintahkan untuk memindahkan kereta perang dari dua jalur lainnya kembali.
"Haruskah kita menghadang kereta-kereta perang ini?" Dari ketinggian, Piao Ling segera mengetahui tujuan Jinse Wushang. Dari jalur atas dan bawah ke tengah masih ada waktu tertentu, memilih satu jalur untuk serangan mendadak, atau menghabisi kedua jalur sekaligus bukan hal sulit.
"Ngapain juga?" Lu Li menggelengkan kepala dengan ekspresi tak berminat.
Siaran Langsung pertempuran ini tidak akan membagi uang pada mereka, buat apa bersikap terlalu aktif? Cukup bisa menang saja, Lu Li sama sekali tidak percaya musuh bisa menghancurkan tembok benteng serikat mereka.
"Lalu kita hanya bisa melotot begini?" Piao Ling kesal bukan main.
Sebenarnya para komentator di luar lebih frustrasi. Menurut aturan industri ini, kedua pihak yang bertempur bisa memberikan imbalan pada mereka agar komentar selama siaran bisa lebih memihak.
Jangan sekali-kali meremehkan bias kecil ini. Jika Bangsawan Jiangnan memberikan imbalan kepada komentator—dan mereka memang sudah memberikan uang rokok—komentator akan sedikit memihak mereka selama siaran. Jika Bangsawan Jiangnan mengalami kekalahan, kedua komentator akan membantu menganalisis faktor objektif agar penonton paham ini bukan kesalahan Bangsawan Jiangnan.
Saat Lu Li dan timnya melempar bom, komentator langsung menyatakan bahwa Lu Li sudah menggunakan bom ini di depan publik sejak lama, mengalihkan topik pembicaraan.
Namun mereka jelas melihat bahwa tujuan Lu Li cs melempar bom bukan sekadar meledakkan beberapa kereta perang, tapi menyebabkan kerusakan daya tahan pada banyak kereta. Sayangnya Komandan Jinse Wushang di TKP tidak menyadari ini, membuat kedua komentator terdiam canggung.
Pada level komentator seperti Deep Tone Secepat Angin dan Sihai Youlong, menerima uang memang biasa, tapi tak mungkin mereka menghilangkan prinsip dan batas bawah hanya untuk membela pemodal.
Menerima uang itu aturan tak tertulis industri, sedangkan menjadi komentator profesional adalah etika profesi yang harus dijaga.
Saat pertempuran kereta perang menjadi berantakan seperti ini, dua komentator kesulitan menemukan topik yang tidak menjatuhkan reputasi Bangsawan Jiangnan. Semakin banyak dibahas, semakin banyak partikel-partikel hitam (masalah) yang terungkap, semuanya berujung air mata.
Sihai Youlong yang dikenal dengan gaya komentar sarkastiknya langsung berkomentar: "Seorang jenderal yang tidak kompeten akan menghancurkan ribuan pasukan. Pertama, formasi keberangkatan bermasalah. Jika formasi terdispersi secara teratur, kerusakan yang disebabkan bomb tidak akan sebesar ini. Kedua, pengaturan pasukan gagal memanfaatkan karakteristik kedalaman ruang di bawah tembok kota. Ketiga, saat saling menyerang, semuanya berantakan tanpa penjadwalan gaya api yang efektif. Terakhir, saat menyerang kota, kereta perang dipisahkan dari para pemain. Apakah kita harus menunggu sampai semua prajurit mati baru pemain maju bertarung?"
Penggemar Bangsawan Jiangnan langsung menyemprotkan racun kritik kepada orang ini yang dianggap sok tahu setelah kejadian.
Setiap serikat lawas yang mampu bertahan selama seabad pasti memiliki prinsip yang melandasi eksistensinya. Bangsawan Jiangnan pernah mencapai kecemerlangan, bahkan bertahun-tahun memperebutkan gelar serikat nomor satu dengan Ibu Kota Kejayaan. Melihat lebih jauh ke belakang, mereka pernah secemerlang Ibu Kota Kejayaan saat ini.
Selama bertahun-tahun, ia telah menciptakan legenda tak terhitung dan menarik banyak pemain yang mempercayai konsep mereka.
Lu Li tidak mengetahui hal ini. Baik komentator maupun penonton tak ada hubungannya dengannya. Bagaimanapun, dia segera akan menang. Jika harus dikatakan ada yang tidak menyenangkan, itu karena sebelumnya melebih-lebihkan kekuatan Bangsawan Jiangnan sehingga menggunakan terlalu banyak bom - karena itu ekspresi Lu Li sangat muram, hatinya remuk redam.
Konon Bangsawan Jiangnan merekrut banyak bala bantuan - telah bergabung dengan Serikat Bangsawan Jiangnan seminggu sebelumnya. Mengapa tidak mengeluarkan uang untuk merekrut Komandan yang tepercaya?
Meremehkan lawan sering berujung kegagalan, sementara melebih-lebihkannya berarti dompet kita menyusut.
Beberapa kereta perang tersisa Bangsawan Jiangnan berkumpul di tengah medan, kembali memperoleh keunggulan kecil. Kali ini Jinse Wushang akhirnya bertindak bijak: memerintahkan pasukan menyerang tembok benteng dan orang di atasnya, sementara menggunakan kereta perang untuk menghujamkan dua kereta perang darah tersisa Pedang Penghakiman.
Mengingat itu adalah kendaraan darah tersisa, tentu tidak akan bertahan lama.
Akhirnya, Jiangnan masih memiliki tiga kereta perang sementara Pedang Penghakiman tidak tersisa satu pun. Senyum akhirnya merekah di wajah Jinse Wushang yang sebelumnya muram.
Tiga kereta memang sedikit, namun Pedang Penghakiman tidak memiliki pemanah Satyr yang sistematis. Skill pemain memiliki jarak tembak yang jauh lebih pendek dibandingkan kereta perang. Situasi sekarang tampak mulai tidak seimbang - kami bisa menyerangmu, sementara kalian hanya bisa diam di atas tembok menerima serangan.
Menyaksikan kesombongan yang tak tersembunyikan di wajah Jinse Wushang, kedua komentator sangat ingin mengingatkannya bahwa malapetaka sedang mengintai.
Dari sudut pandang penonton, di bawah bagian tembok tengah yang tidak jauh - area non-serang yang tidak memungkinkan penyerangan ke tembok, sebongkah batu bergerak perlahan membuka celah yang hanya bisa dilintasi satu pemain sekaligus, mungkin lebih tepat disebut lubang anjing.
Kemudian satu per satu pemain Pedang Penghakiman berduyun keluar.
Sebanyak lebih dari tujuh puluh orang!
Kemudian, Lu Li berjalan cepat menuju tengah medan. Jelas bahwa dia tidak berniat hanya diam melotot dengan bosan di atas tembok benteng.
Dia sangat nyaman dengan penjagaan basis meski hanya menyisakan lima orang, termasuk Sesame Paste Tangyuan yang telah menyiapkan pintu teleportasi untuk menarik kembali personel kapan saja. Mereka juga didukung lima saudari Dryad dan beberapa Penjaga Hutan yang bisa dipanggil sewaktu-waktu - Pasukan bantuan yang dipinjam Lu Li dari Remulos sama sekali belum berguna.
Tujuh puluh lima orang pun tetap dia kerahkan untuk menyerang delapan puluh musuh.
Bukan hanya karena beberapa kereta perang lawan yang tersisa harus dieliminasi, tetapi juga karena semangat Bangsawan Jiangnan sudah nyaris runtuh. Apalagi dengan komandan seperti agen rahasia Jinse Wushang, sama sekali tidak perlu khawatir akan kegagalan.
Memang benar tentara bayaran sangat kuat. Dengan basis pemain game yang begitu besar, pasti ada jagoan-jagoan yang sengaja dibiarkan berkeliaran di luar.
"Hanya saja para jagoan jenis ini tidak terlalu suka dibatasi. Di mata mereka hanya ada uang, mengurus urusan sendiri saja. Begitu misi hampir gagal, itu bukan tanggung jawab mereka, mereka pun segera mulai numpang lewat."
"Lihat itu." Lu Li menunjuk para pemain Bangsawan Jiangnan yang sedang menghantam tembok benteng dengan tiga kendaraan rusak, menggunakan nada menggoda: "Kita sudah rugi banyak koin emas..."
"Tidak terlalu banyak rugi kan? Kita malah untung lebih banyak, lebih dari dua puluh ribu..." Biru Muda Laut Angin kebingungan.
"Diam kau! Bukankah lebih baik jika untung terus tanpa rugi? Tidak mengurus rumah tak tahu harga kayu bakar dan beras. Apa salahnya ingin mendapat lebih banyak uang?" Lu Li berkata dengan garang.
"Kau benar, kau benar." Biru Muda Laut Angin terus-menerus mengangguk, namun dalam hatinya tak bisa menahan olokannya pada Lu Ba Pi.
“Ahem, mari kita ulangi. Kita sudah rugi banyak koin emas, sekarang ada kesempatan balik modal. Lihatlah, pakaian yang dipakai orang-orang ini bisa dijatuhkan. Kalahkan mereka dan rebut peralatannya! Barang yang diambil tidak perlu diserahkan, kita bagi bersama-sama..."
"Sial, aku duluan!" Biru Muda Laut Angin mengangkat perisai besar dan melompat ke depan.
Yang lain berteriak-teriak mengikuti dari belakang, langsung menerobos formasi Jiangnan Bangsawan. Skill mereka meledak seperti kembang api, menghujani area ini.
Meski bermain-main, urusan serius tidak diabaikan. Pertama-tama yang dibersihkan adalah tiga kereta perang sisa. Meski dengan kereta rusak begini, meruntuhkan tembok benteng Pedang Penghakiman yang diperkuat ribuan kali lipat diperkirakan butuh setidaknya setengah jam.
