Di permulaan hari kedua, dua percobaan pertama gagal merebut panggilan dari Ragnaros.
Ini hal yang normal. Awal-awal pasti ada proses pencarian feeling. Lu Li tidak mungkin langsung mengeluarkan sindiran pedas, malah memberikan kata-kata penenang pada semua orang.
Berkat penguasaan peta selama seharian penuh kemarin, bagian depan ini jadi jauh lebih sederhana.
Dengan cepat sampai ke tempat yang menjadi penghalang kemarin.
"Coba langsung berkumpul ke BOSS setelah teriakannya, mungkin dia melihat ada yang berdiri terlalu jauh dan mengira kita ingin kabur." Lu Li berkata.
"Sejak kapan Lu Li punya selera humor?" Biru Muda Laut Angin sama sekali tidak percaya.
Yang lain juga menganggap omongan Lu Li tidak masuk akal, alasan yang diberikannya terlalu kekanak-kanakan - mata macam apa yang dimiliki BOSS sampai menganggap jarak pemain sebagai niat melarikan diri.
"Ini adalah pertempuran yang tak boleh ditinggalkan!"
Setelah mengucapkan dialog itu, Ragnaros mengulangi adegan kemarin. Dia kembali memanggil bola-bola api lava yang dihujamkan ke pemain yang jauh darinya - atau lebih tepatnya terutama ke pemain yang menjaga jarak, meski yang dekat juga terkena serangan walau dalam jumlah lebih sedikit.
Kerusakan dari bola api lava tunggal ini sekitar 600 hingga 800. Jika terkena satu dua masih bisa ditahan, tapi bila kena empat lima bahkan lebih, praktis langsung terkena Pembunuhan Sekejap.
"Kumpulkan!" perintah Lu Li dengan suara keras.
Dia memang tidak bercanda. Meski alasannya terlihat absurd, di tahap ini memang harus mendekat ke BOSS untuk menghindari dihabisi oleh bola api lava.
"Lho, ternyata benar juga." Semua segera menyadari strategi berkumpul dekat BOSS ini sangat efektif. Setidaknya probabilitas kena serangan berkurang drastis, meski beberapa yang lari agak lambat akhirnya tetap terbunuh.
Saat ini HP BOSS tersisa 30%.
Anak-anak Nyala Api kembali dipanggil.
"Sial, tidak bisa bertahan lagi." Melihat rekan satu tim tumbang satu per satu sampai tak ada lagi yang menarik monster, Biru Muda Laut Angin tahu mereka pasti akan dihabisi lagi.
"Kenapa BOSS mulai memanggil monster kecil lagi?" Beberapa orang hampir mencabut rambut sendiri karena frustasi.
Dibandingkan skill lainnya, memanggil delapan Anak Api jelas merupakan ujian paling mematikan. Karena jumlah monster kecil yang banyak - itupun monster kuat yang hampir setara BOSS biasa - pemanggilan mereka akan menciptakan kekacauan.
Hal paling ditakuti saat melawan BOSS adalah kekacauan. Kekacauan memicu kesalahan, bahkan satu kesalahan individu bisa membawa dampak fatal bagi seluruh tim.
Kegagalan beruntun terus terjadi, bahkan performa semakin memburuk. Percobaan terakhir ini gagal menyelesaikan fase pemanggilan Anak Api pertama oleh BOSS.
"Apa kalian sadar, kalian mulai trauma dengan monster kecil?" Lu Li menusuk titik krusial: "Apa yang ditakutkan dari 8 monster? Kenapa fase pertama bisa diatasi, tapi fase kedua justru berakhir dihabisi? Bahkan sekarang kalian langsung panik begitu ada monster tambahan."
"Karena membuang waktu. Mengalahkan mereka tidak mengurangi HP BOSS," Elf Air membantu menjelaskan pada tim.
“Dan terlalu mudah dihabisi.” Sesame Paste Tangyuan menambahkan.
“Semangat juga agak tidak tahan.” Bai Renyou wajah masam, ini pertama kalinya dia mengikuti tim, dungeon dengan intensitas seperti ini terus-menerus ditembak selama satu dua hari, dia hampir menangis.
“Seperti ini saja sudah tidak tahan?” Lu Li sama sekali tidak menyamarkan sikap meremehkan: “Lihatlah Meng Meng dan Ba Jiang, dua cewek SMA yang tumbuh dimanja, mereka bertarung lebih lama darimu, tidak pernah kudengar mereka mengeluh. Aku sama sekali tidak pernah mendengar mereka bilang lelah.”
“......” Ingin mati, ingin mencari celah di tanah untuk menyelip masuk.
“Mengapa mudah dihabisi, kenapa pertama kali tidak dihabisi, menjiplak mentah-mentah saja kalian tidak bisa?” Lu Li berkata dengan nada seperti besi yang tak bisa ditempa menjadi baja: “Aku sudah menghitung, enam menit setelah Flamechild pertama selesai dibantai akan muncul Flamechild kedua, estimasi enam menit lagi setelah yang kedua dibantai akan muncul gelombang ketiga, dan seterusnya sampai kita berhasil membunuh BOSS atau mencapai tingkat tertentu. Flamechild adalah rintangan yang harus kita hadapi, kecuali kita menyerah. Kalau mau menyerah, keluarlah sekarang dari dungeon, tak perlu buang-buang waktu di sini...”
Begitulah realita membuka lahan baru, bahkan pemimpin tim paling sabar pun akan marah.
Ada yang bilang, bertarung di dungeon menguji level dan peralatan, plus suara pemimpin tim.
Lu Li merasa tenggorokannya hampir serak. Dia bahkan sengaja membeli minuman obat racikan troll yang katanya sangat bagus untuk pita suara.
Termasuk Elf Air, semua orang tidak berani berbicara. Saat ini, aura Lu Li sangat kuat. Di dalam dungeon, Dia adalah penguasa segalanya yang mutlak. Tak ada yang berani menantang otoritasnya, terutama ketika wibawanya semakin meningkat.
Kewibawaan ini tidak berasal dari hardikan keras, juga bukan karena posisi tinggi. Ini muncul dari kemampuan yang ditunjukkan-Nya.
Alasan orang hebat menjadi besar adalah karena mereka bisa melakukan hal-hal yang tidak bisa dicapai oleh orang biasa.
Meski Elf Air memiliki asal usul lebih tinggi dan keuangan lebih kuat - Paviliun Hujan Ringan dan Kota Wushuang ditambah beberapa klub lainnya jauh lebih berkuasa daripada Lu Li - tapi dalam hal panduan dungeon, dia benar-benar dikalahkan oleh Lu Li. Dengan sukarela menandatangani "perjanjian tidak setara" untuk masuk dungeon, semata-mata demi pembelajaran dari Lu Li.
Banyak yang bergosip membayangkan pola pergaulan harmonis antara Lu Li dan Elf Air.
Secara umum dianggap bahwa Lu Li berusaha memuji Elf Air, toh Elf Air sangat cantik dan luar biasa kaya. Meski karir Lu Li melejit cepat, tetap tak bisa menyainginya.
Namun kenyataannya, sejak awal ketika Lu Li masih belum terkenal, ia sudah mendominasi posisi pemimpin. Ia selalu punya teknik bertempur yang tak diketahui Elf Air, tak pernah kalah dalam duel PK berdua, apalagi dalam urusan masuk dungeon yang menjadi spesialisasinya.
Terkadang, Elf Air bahkan mempercayai Lu Li secara buta sampai level mengaguminya.
Setelah dimarahi, para anggota tim jadi lebih waras.
Terkadang pemimpin tim memarahi orang di dungeon bukan karena ingin marah—meski sebenarnya memang ingin—tapi karena beberapa orang memang pantas dimarahi.
Efek setelah dimarahi sangat luar biasa. Pertarungan berikutnya berhasil mencapai kedua dengan mudah, jumlah pengurangan anggota tim sangat minim. Ini membuat Lu Li bertekad: kalau ada kesempatan, lebih baik sering-sering memarahi anggota tim.
Anak Api sebenarnya juga bisa diasingkan, bahkan bisa dibuat pusing.
"Yang terakhir jangan dibunuh, Feng Shao kau yang menahannya, yang lain sebisa mungkin memulihkan tenaga di tempat." Lu Li segera menghentikan upaya tim untuk membunuh Anak Api terakhir.
"Benar! Kalau tidak membunuh semua Anak Api, BOSS tidak akan muncul. Lebih baik kita perlambat pembunuhan yang terakhir." Piao Ling menepuk pelindung kuatnya, takjub bukan main dengan strategi Lu Li yang sangat detail.
"Tapi tidak bisa ditunda tanpa batas. Aku perkirakan BOSS akan segera muncul." Lu Li menggelengkan kepala.
Hipotesis ini sebenarnya bukan sekadar perkiraan, melainkan pengetahuan prediktif Sang Nabi Agung. Benar saja, tak lama kemudian Ragnaros muncul kembali.
Saat Anak Api dipanggil, jika semua monster kecil terbunuh dalam tiga menit, BOSS akan langsung muncul. Jika dalam tiga menit monster kecil tidak semuanya terbunuh, BOSS juga akan muncul setelah tiga menit berakhir, tidak peduli masih ada satu monster yang tersisa.
"Tapi, strategi Lu Li masih berhasil merebut waktu perbaikan hampir satu menit untuk tim."
Dalam status pertempuran tidak bisa duduk untuk memulihkan tenaga, tapi semua bisa minum ramuan dan mendapatkan waktu pendinginan skill tambahan.
"Damage kita kurang memadai," Lu Li berkata dengan tenang: "Jadi profesi Sihir harap merencanakan skill dengan baik, usahakan konsumsi tenaga minimal dalam menyelesaikan pekerjaan masing-masing. Yang lain juga harus tetap tenang, sebisa mungkin jangan melakukan kesalahan, kalau sampai salah harus segera ditambal."
Lu Li memantau darah BOSS yang semakin berkurang, dia mulai mempertimbangkan cara mengalahkannya.
Bertarung melawan satu BOSS selama satu setengah hari, kalau belum melihat harapan juga, dia mulai meragukan apakah tim ini benar-benar bisa menguras darah BOSS.
