"Xue'er, gerakkan diri sendiri." Lu Li berbalik dan menembak ke arah orang yang menyerang Elf Air, tembakan ini meleset. Orang yang bersembunyi di tangga sepertinya memahami posisi Lu Li, sehingga ingin berkoordinasi dengan orang lain untuk menjepit Lu Li.
Saat Lu Li menyerang ke sisi ini, orang di sini langsung bersembunyi, membiarkan pihak lain menyerang. Ketika Lu Li beralih ke sisi lain, orang yang bersembunyi di tangga ini menjulurkan kepala dan menembak. Lu Li sekarang dalam situasi "Peduli kepala tapi lupa pantat", dan dia juga harus mencari cara cepat menyelesaikan pertempuran. Elf Air tidak hanya sudah knockdown, tapi juga terkena tembakan tambahan. Darahnya mengalir semakin cepat menuju kematian.
Tep tep tep!
Beberapa suara tembakan terdengar, kabut darah merah menyala menyembur dari tubuh orang di tangga itu. Dia terjatuh ke bawah tanpa alasan yang jelas.
Lu Li menoleh ke arah posisi jembatan tinggi. Jagoan game PUBG bisa menentukan arah dasar hanya dari suara tembakan. Tembakan ini jelas datang dari atas jembatan tinggi. Jika tidak salah tebak, pastilah Tongyan Wuji yang sudah membersihkan musuh di atas jembatan, mulai memberikan bantuan ke rekan tim di bawah.
Lu Li tidak menghiraukan musuh lain di atas gedung. Dia percaya pada ketajaman mata dan keahlian tembak Tongyan Wuji. Dia berlari menarik (raise) Elf Air yang hampir mati kehabisan darah.
Setelah bangkit, Elf Air segera turun mencari semak-semak untuk memakai potion. Sementara Lu Li melakukan manuver flanking, bersama Tongyan Wuji dari dua sudut pandang mengatasi musuh terakhir di atas gedung. Kemudian dia membersihkan semua peralatan di atap, memasang semua yang bisa digunakan.
Tangan utama AK dengan magasin ekstensi (40 peluru), wakilnya tetap shotgun semburan peluru itu.
Selain itu ada helm hijau tingkat satu dan rompi antipeluru tingkat dua yang sudah berkurang setengah HP.
Satu kata 'miskin' saja tak cukup menggambarkan ini!
Di beberapa kotak di atas gedung praktis tak ada barang berharga, lagipula semua orang langsung mulai menyerang orang lain begitu dapat senjata.
"Hahaha, aku dapat senjata! Aduh, ada yang datang! Depan belakang ada, dua sampai tiga orang, cepat selamatkan aku!" Mo Wangfeng merapatkan diri di sudut bangunan pabrik sambil gemetaran.
"Bukannya kamu punya senjata? Serang saja, cuma dua orang. Dasar pengecut!" kata Lu Li kesal. Sebenarnya dia sudah cukup lama memainkan game ini, tak hanya beberapa kali menemani Water Elf. Jika menghadapi situasi seperti ini, meski hanya punya pistol di tangan pun dia tak akan takut.
"Mana ada! Aku cuma pegang 98K," gerutu Mo Wangfeng dengan perasaan campur aduk.
Meski dijuluki Raja Anjing, kelakuannya yang mesum sampai menyedihkan, tapi saat menghadapi situasi terjepit seperti serigala di depan harimau di belakang, dia paham prinsip "Jalan Sempit Bertemu Pemberani Menang". Masalah utamanya adalah senjata di tangannya justru membuatnya tidak punya keyakinan diri.
98K adalah salah satu senjata dengan daya hancur terbesar. Dalam kondisi normal, satu tembakan langsung bisa menjatuhkan orang. Tapi kelemahannya juga sangat fatal.
Yakni harus menarik pelatuk setiap kali menembak, dan magasinnya hanya berisi lima peluru. Saat dia akan melepaskan tembakan kedua, mungkin tubuhnya sudah bolong seperti dadu.
"Aku datang menyelamatkanmu!" Elf Air berlari cepat ke area bangunan pabrik.
Tentu saja Lu Li juga tidak akan tinggal diam. Meski dia tidak peduli dengan nyawa rekan satu tim Mo Wangfeng, dia tidak mungkin membiarkan Elf Air menghadapi tiga penembak sendirian.
“Mereka belum melihatku, sedang mengumpulkan barang-barang. Aduh, ternyata empat orang bersama-sama. Ayah benar-benar mengaku kalah, lebih tukang sembunyi daripada aku. Jatuh ke tanah dapat 98K memang tidak membawa keberuntungan. Keempat Han Bao yang adil ini akan menghukumku.” Mo Wangfeng terus gemetar, sehebat apapun kemampuannya, dengan hanya memegang 98K di tangan, dia tidak bisa melawan empat orang.
“Aku juga melihatnya. Aku maju!” Lu Li mengatur senapan otomatis ke mode tembak berturut-turut, langsung menerjang ke depan.
Tanpa persiapan strategis apapun, dia langsung menerjang ke kerumunan sambil mulai menyapu habis dengan senapannya yang menggelegar.
Satu roboh!
Dua roboh!
Lu Li tiba-tiba tumbang ke tanah, laras senjata tetap mengarah ke depan menembak. Malangnya si target tiba-tiba kehilangan sasaran, belum sempat menurunkan laras senjatanya sudah tewas seketika.
Yang terakhir agak menghindar, bersembunyi di balik tumpukan sistem keseimbangan yang rapuh.
"Dia juga terkejut setengah mati, sama sekali tidak tahu berapa banyak lawan yang datang. Menurut perhitungan vitalitas seperti ini, Nima! Paling tidak ada tiga sampai lima orang, kalau tidak siapa yang berani nekat menyerbu seperti ini?"
Serangan gencar Lu Li ini tidak tanpa cedera, HP-nya sudah tinggal setengah.
Tapi, mana mungkin pria 'sejati' menunjukkan ketakutan? Dia mengganti magasin, mengangkat senjata lalu langsung menyerbu, sama sekali tidak berniat berhenti untuk menggunakan kotak P3K.
Satu orang ingin menerobos keluar, satu orang ingin menerobos masuk, dua orang hampir berhimpitan. Peluru beterbangan, suasana jadi kacau balau. Yang akhirnya menang ternyata tetap Lu Li. Dia sendiri juga heran, tapi pelurunya tetap mendarat tepat di tubuh lawan. Sementara lawan yang gemetar seperti Puyuh ketakutan ini, hampir semua pelurunya meleset entah ke mana.
"Luar biasa!" Mo Wangfeng harus mengakui kehebatannya.
"Kalau dia menghadapi tim lengkap empat orang, selama ada senjata di tangan dan armor di tubuh, meski merasa takut, tapi jika terpaksa dia tetap bisa 1 lawan 4 sukses. Tapi pasti tidak berani seperti Lu Li yang langsung nekat maju bertarung."
"Hampir mati." Sebenarnya Lu Li juga merasakan ketakutan pasca-kematian, darahnya tinggal seulas.
Pertempuran jarak dekat seperti ini, sekali jatuh ke tanah langsung tamat. Musuh hanya perlu menembakkan sebarisan peluru untuk mengeliminasimu.
"Siapa yang mau senapan 98K ini? Aku pegang kurang berguna." Mo Wangfeng memutuskan untuk memberikan 98K yang dia temukan ini, senjata terkutuk ini hampir membuatnya langsung menjadi kotak saat mendarat kalau saja orang-orang ini menemukannya lebih awal.
"Berikan ke Kak Ji saja, Dewa Senjata pasti lebih bisa memaksimalkan senapan ini." Kata Lu Li.
Sebenarnya skill 98K-nya juga sangat bagus, tapi AK-nya juga tidak kalah hebat. Karena hari ini bermain game untuk merangkul Tongyan Wuji, lebih baik senapan ini diberikan kepadanya.
"Tidak usah, senjata utama saya M4 sudah full set, senjata cadangan SKS hanya kurang foregrip dan muzzle." Tongyan Wuji menolak.
"……" Ketiga orang lainnya terdiam serentak.
Di tangan Elf Air hanya ada shotgun, Lu Li hanya membawa AK dan shotgun, Mo Wangfeng cuma punya 98K. Tiga orang ini miskinnya sampai bisa membentuk grup pengamen jalanan. Sebenarnya ini wajar karena mereka belum sempat mengumpulkan loot, Lu Li dan Elf Air langsung terjebak perkelahian kacau sejak awal. Tapi saat dibandingkan dengan Tongyan Wuji, kontrasnya sungguh mencolok.
"Ada yang mendekat ke area kalian." Tongyan Wuji berjongkok di atas jembatan tertinggi bandara, SKS-nya terpasang 4x scope, seluruh situasi berada dalam pengamatannya.
"Berapa orang?" Lu Li melemparkan AK ke Mo Wangfeng, mengganti dengan 98K-nya, lalu bergerak ke arah yang ditunjuk Tongyan Wuji sambil membawa shotgun.
Elf Air dan Mo Wangfeng tetap di belakang dengan gembira menjarah tas, mengingat Lu Li baru saja membunuh regu empat orang. Orang-orang ini sudah mengumpulkan beberapa barang, menghidupi dua orang lebih dari cukup. Mereka berdua segera memiliki senjata dan rompi antipeluru sejenisnya.
"Aku hanya melihat satu." Tongyan Wuji menembak ke arah perkiraan posisi orang itu.
Orang yang ingin masuk ke rumah itu terkejut oleh tembakan ini. Meski tembakan tersebut tidak bisa mengenai dirinya karena sudut pandang, perhatiannya secara tidak sengaja tertarik pada Tongyan Wuji.
Pada saat itu, Lu Li yang sudah menyelinap di belakangnya menembakkan seuntai peluru, langsung menjatuhkan musuh itu.
Koordinasi yang sempurna!
