"Jangan bunuh aku, jangan bunuh aku, Ayah." Mo Wangfeng melihat HP-nya semakin berkurang setelah terjatuh, dia benar-benar terpaku ketakutan. Tapi toh dia atlet esports, kesadaran operasional dalam game sangat lihai. Meski tiarap di tanah, tubuhnya terus memutar-mutar menghindari peluru yang datang.
Tapi, memanggil "Ayah" dengan begitu lancarnya, jelas bukan pertama kalinya kejadian seperti ini.
"Brak!"
Sistem memberi peringatan Lu Li menggunakan 98K menjatuhkan Shiyishao, senjata yang sedang menembaki di tangan Shiyishao tiba-tiba berhenti.
Melihat kondisi Mo Wangfeng, darahnya tinggal seulas. Jika darah sedikit ini habis, orang ini akan tersingkir. Kelakuan putus asa Shiyishao sebelum mati sebenarnya cukup efektif: menggunakan satu orang untuk mengalihkan serangan dan perhatian tim lawan, lalu dia sendiri menyelinap membunuh salah satu anggota.
Tindakan seperti ini tidak akan membuat mereka membalikkan kekalahan, mengingat anggota tim mereka sudah hampir habis dan posisi mereka juga sangat canggung.
Tapi setidaknya ini bisa merusak pengalaman bermain musuh bebuyutan Mo Wangfeng, membuat tim mereka kehilangan empat anggota. Saat pertempuran pamungkas nanti, mungkin saja pengurangan anggota ini menyebabkan gagal meraih kemenangan akhir.
"Cepat selamatkan aku! Ini sudah kedua kali aku tumbang!" teriak Mo Wangfeng.
"Ternyata memanggil Ayah, sekarang panggil dua kali biar kudengar, kalau tidak aku tidak akan menyelamatkanmu." Tongyan Wuji berjongkok di depan Mo Wangfeng, memandangnya dengan wajah masam penuh cibir. Mati ya sudah, perlu-kah memohon ampun? Orang ini benar-benar tak tahu malu sampai batas bawah.
"Bangsat, dasar homoseksual! Kau ingin kulitmu digaruk? Percaya tidak kalau aku akan PK-mu?" Mo Wangfeng menggerutu dengan perasaan campur aduk tanpa alasan.
"Ck." Tongyan Wuji menunjukkan sikap sangat merendahkan, namun tetap berjongkok mulai menyelamatkan.
Sedangkan Lu Li dan Elf Air sedang asyik mengais tas.
Shiyishao dan kawan-kawan entah dari mana mengumpulkan barang rampasan, atau mungkin telah membunuh banyak orang, pokoknya mereka gemuk tak tertandingi.
Lu Li telah terpasang M16 berbalut komponen lengkap - sebenarnya dia tidak terlalu menyukai M4. Menurut perasaannya pribadi, hanya M4 berkomponen lengkap yang bisa memenuhi isi hatinya. Dalam kondisi kekurangan komponen, kecepatan tembak dan stabilitas M4 masih kalah dibanding M16, terutama saat menembak target jarak menengah-dekat.
Perbedaan halus seperti ini hanya bisa dibedakan oleh para jagoan.
Dalam kondisi normal, beberapa jenis senapan otomatis sebenarnya tidak jauh berbeda. Tidak ada masalah berakibat fatal selama menggunakan senjata yang disukai.
Senjata wakilnya jauh lebih mengesankan - ini adalah senapan sniper top dalam game PUBG, diambil dari Meng Hui Shisan, bernama AWM. AWM menggunakan peluru khusus dengan tambahan daya hancur ekstra, bukan peluru standar.
Senjata jenis ini tidak bisa ditemukan di wilayah konvensional, hanya bisa didapatkan dari peti persediaan airdrop yang dikirim pesawat.
Dengan ini, Lu Li langsung menjadi sangat kaya raya.
Satu-satunya penyesalan adalah jumlah peluru yang sedikit, hanya tersisa tiga belas butir. Ini mungkin juga alasan Meng Hui Shisan jarang menembak.
Lu Li memberikan 98K ke Elf Air, sementara dirinya sendiri memasang senjata ini. Untuk Tongyan Wuji, dia bisa mengambil senjata Shiyishao. Mo Wangfeng tidak terlalu suka menggunakan sniper, dia pernah berkali-kali bertahan sampai akhir hanya dengan M4.
Brak!
"Bangsat, cepat lempar smoke bomb!" Tongyan Wuji terkena knockdown.
Saat sedang berusaha menyelamatkan, dia hampir terkena knockdown sehingga proses penyelamatan otomatis terputus. Mo Wangfeng yang awalnya sudah kehabisan waktu benar-benar kehilangan kemungkinan untuk diselamatkan.
Tapi Tongyan Wuji yang knockdown masih punya harapan bertahan. Lu Li sudah melempar smoke bomb di kakinya sebelum ucapan Tongyan Wuji selesai, segera asap menyebar di area ini: "Xue'er kamu yang menyelamatkan, aku yang jaga tembakan. Jika ada yang menyerang, jangan dipaksakan."
Lu Li segera menemukan penyerang mereka - di atas menara tinggi tak jauh dari kepala jembatan.
Dari segi jarak, kemampuan untuk langsung membidik kepala Tongyan Wuji dengan satu tembakan, meski targetnya diam, menunjukkan keahlian tembak lawan yang cukup baik. Mengenai senjata yang dipegang lawan, dari suara dan daya hancurnya diperkirakan sama persis dengan senapan AWM yang dipegang Lu Li. Jika tidak, Tongyan Wuji yang memakai helm tingkat tiga dan baju zirah tingkat tiga tidak akan langsung terjatuh oleh satu tembakan.
Lu Li menahan napas, lalu langsung melepaskan tembakan ke arah sana.
Sayangnya, jeruji jendela di sana terbuat dari logam, sehingga peluru itu tidak mengenai sasaran.
Namun tujuan Lu Li tercapai. Meski tidak bisa membunuh lawan, dentuman keras AWM berhasil membuat lawan menyembunyikan kepalanya. Dengan demikian, Elf Air bisa lebih relatif aman dalam memberikan bantuan kepada Tongyan Wuji.
"Aku yang jaga, kalian minum potion." Lu Li mengganti senapannya ke mode rifle sambil menembakkan beberapa peluru ke arah laras senjata musuh. Kaca pembesar empat kali yang diambilnya saat menjarah tas mayat tadi kini tepat digunakan pada situasi kritis ini.
Sebenarnya, bagi penembak ulung seperti dirinya, penggunaan rifle pada jarak ini sama efektifnya.
"Bagaimana, kita terkepung." Elf Air juga mengumpulkan barang-barang penuh. Jelas dia menyadari posisinya dalam pertempuran ini, sehingga mengambil tas level tiga, membawa tujuh medkit, empat belas minuman energi, baru sisanya peluru dan scope. Untuk menghemat ruang, dia bahkan hanya membawa 20 butir peluru sniper.
Lagipula mereka mudah membunuh, habiskan saja lalu ambil lagi.
"Penembak di menara sebenarnya bukan ancaman, bergantian jaga tembakan saja. Yang penting lokasi rekan setimnya." Lu Li menembak lagi, melubangi kepala lawan hingga darah menyembur. Sayang bukan AWM yang dipegang, kalau tidak lawan sudah tumbang.
"Jika aku, akan berikan dukungan tembakan dari batu di arah 60 derajat. Posisi itu tidak bisa menyerang kita sekarang, makanya belum menembak." Tongyan Wuji memberikan penilaian profesional.
Hanya ada satu titik yang terus menyerang kita, artinya hanya satu orang yang bisa mencapai Lu Li. Posisi lain bisa ditebak pelan-pelan.
“Racun segera tiba, aku yang jaga tembakan, kalian duluan pergi.” Lu Li mengganti ke AWM.
Dia bertekad membunuh lawannya, posisi menara tinggi itu terlalu strategis. Begitu dikuasai lawan, mereka tak punya kesempatan kabur.
“Kak Ji, kamu tampakkan sedikit, kasih kesempatan ke orang di menara.” Lawan ini terlalu sabar. Kesabaran lawan bikin Lu Li agak kesal. Hal paling menyebalkan di game ini adalah terjebak di pinggir lingkaran racun.
Pergerakan Tongyan Wuji terlalu baik, sampai lawan sama sekali tak menemukan celah untuk menyerang.
Tongyan Wuji memahami maksudnya, dia sengaja menggeser rute berjalannya agak menjauhi zona aman.
Orang di menara akhirnya tak tahan. Dengan AWM di tangannya dan keahlian menembak yang ia banggakan, asal ada celah ia bisa mengakhiri satu kehidupan. Maka dengan tak sabar ia mulai menyiapkan senapan di jendela.
Brak!
Dentuman gemuruh menggema, senapan panjang Lu Li melepaskan tembakan.
Hanya satu tembakan!
Personel lawan berkurang satu, namun Lu Li menemukan bahwa masih ada siluman bergerak di area jendela.
Brak!
Satu tembakan lagi setelah mengisi ulang peluru, seorang lagi tumbang. Ternyata di menara ini ada dua orang. Saat satu terjatuh, yang lain langsung kabur ke jendela untuk menyelamatkan rekan tim. Sebenarnya dia tahu ini tidak aman, sehingga sambil berlari sudah mulai merendahkan postur tubuhnya.
Lu Li menggenggam momen persepsi sesaat ini. Bahkan tanpa bidikan teliti, dengan gaya flash snipe, kepala musuh langsung meledak.
Tinggal dua orang di bawah menara. Dengan dua korban berturut-turut, mereka pun tak bisa terus berjongkok.
Mereka melonjak keluar dari balik cover, berusaha menjatuhkan Tongyan Wuji dan Elf Air terlebih dahulu.
Tongyan Wuji yang dijuluki Raja Senjata ini, keterbatasannya selalu pada sudut tembak. Begitu ada kesempatan, keahliannya setidaknya sebanding Lu Li. Dengan latihan tembak terarah, dua kill masuk ke dalam perhitungan. Di sisi Lu Li juga muncul dua angka eliminasi.
Hanya Elf Air yang masih asyik memutar pinggang rampingnya dengan pergerakan ular, baru berhenti setelah Lu Li mengingatkannya bahwa semua musuh sudah mati.
Lanjut menjarah tas, sampai akhirnya benar-benar tak muat lagi, banyak barang bagus terpaksa ditinggalkan.
Untuk pembunuhan selanjutnya, tak perlu lagi mengumpulkan trofi karena semua barang yang dibutuhkan maupun tidak sudah lengkap.
Sayangnya Mo Wangfeng, mayatnya sudah dingin. Tongyan Wuji mengambil rompi anti peluru tingkat empatnya - sebuah wajan, seolah mewarisi kehendaknya untuk terus bertempur.
