Area aman kembali direfresh, rumah tempat Lu Li dan kawan-kawan berada tak lagi termasuk zona aman.
"Lokasi refresh tidak terlalu jauh, kita jalan kaki sambil menyusuri lingkaran racun. Kak Ji awasi area dalam lingkaran, aku yang luar. Xue'er... hm, kamu pantau bagian depan saja." Lu Li akhirnya memutuskan meninggalkan jeep dengan pertahanan bagus itu. Suara kendaraan terlalu keras, ke mana-mana jadi sasaran kemarahan bersama.
"Baiklah, kalian tidak perlu khawatir." Elf Air merasa diremehkan.
Game ini jarang ia mainkan. Tak lama setelah PUBG diluncurkan, "Fajar" tiba-tiba muncul. Ia harus membagi waktu antara leveling, membuat peralatan, dan mengurus klub, sehingga tidak sempat memainkan game ini.
Tapi saat ingat Lu Li baru beberapa kali bermain, semangatnya kembali surut.
"Arah S210, satu, dua, lebih dari dua. Mereka masih lari racun. Kak Ji lihat tidak?" Lu Li pertama kali mendeteksi musuh.
"Terlihat!" Setelah mendapat petunjuk arah, Tongyan Wuji tanpa kesulitan menemukan target.
"Cari tempat berlindung dulu, aku hitung 1-2-3 baru mulai tembak." Lu Li menemukan batu dengan ketinggian sedang sebagai pelindung. Meski tidak terlalu tinggi, dengan merunduk sedikit sudah cukup memberikan perlindungan untuk pertempuran ini. Setelah beberapa orang ini mencapai area terbuka, dia mulai menghitung mundur dan menembak.
Total ada tiga target.
Sebenarnya, mengenai tiga orang ini, Lu Li sebenarnya tidak asing dengan mereka.
Awalnya ada 20 orang yang terjun ke Bandara, terdiri dari lima regu. Lu Li dan Tongyan Wuji melakukan pembantaian habis-habisan, membersihkan Bandara dalam waktu singkat.
Salah satu regu dijatuhkan oleh Tongyan Wuji dengan headshot jarak jauh dari jembatan layang.
Tim yang berusaha menolong juga dijatuhkan. Yang pertama tumbang langsung diberi beberapa tembakan tambahan sampai benar-benar mati. Setelah membandingkan jarak antara jembatan layang dan posisi mereka, mendengar gemuruh tembakan sengit di Bandara, serta melihat notifikasi pembunuhan yang hampir memenuhi layar, mereka langsung ciut nyali.
Kabur!
Setelah menghidupkan kembali rekan setim, ketiganya mencari mobil dan langsung melarikan diri.
Mereka berkembang di area liar, dengan susah payah memperoleh peralatan senjata dan persediaan dasar. Awalnya mereka tidak punya harapan untuk kabur dari lingkaran racun, tapi mereka beruntung bertemu empat Han Bao. Setelah menghabisi keempat Han Bao ini, mereka mendapatkan sedikit persediaan yang menyedihkan.
Hanya mengandalkan persediaan ini, mereka menyeberangi gunung dan melewati lembah, bersusah payah melakukan perjalanan, akhirnya melihat area aman, melihat secercah harapan untuk keluar.
Namun, mimpi buruk datang begitu tiba-tiba. Sebelum sempat keluar dari area aman, senyum mereka langsung membeku di wajah.
Melihat ID-ID yang familiar ini - Tongyan Wuji, Lu Li - air mata mereka langsung mengalir. Andai tahu begini akhirnya, lebih baik dulu mati di Bandara saja! Lari sejauh ini tetap mati di tangan orang-orang ini, buat apa!
Tentu saja Lu Li dan kawan-kawan tidak tahu kesedihan dalam hati para pemain ini. Bagi mereka, tiga pemain ini tak lebih dari tiga kill belaka.
"Masih ada sebelas orang. Lingkaran sebesar ini, pasti tidak bisa menyentuh siapa-siapa." Tongyan Wuji mengeluh putus asa.
"Suara tembakan, arah S195, kira-kira 600 meter." Selain aspek teknis, game ini juga mengutamakan ketajaman pendengaran dan mata. Ketajaman visual bisa langsung mendeteksi LYB yang tersembunyi, sementara pendengaran berguna untuk mendeteksi langkah kaki dan suara tembakan.
Pertama dengarkan arah suara tembakan, lalu gunakan scope zoom tinggi untuk mengamati. Setelah melihat target, bandingkan dengan peta untuk memperkirakan jaraknya.
"Kulihat! Jauh sekali. Bagaimana kalau kita adu skill tembak? Siapa yang bisa knock down target ini duluan?" Tongyan Wuji melihat jumlah kill-nya, sadar tak mungkin menyaingi Lu Li, lalu mengusulkan perlombaan keahlian menembak.
Target berjarak 600 meter itu sedang bertempur dengan pihak lain, sama sekali tak menyadari kehadiran Lu Li dan timnya.
Tambahan lagi target ini seorang sniper yang sering diam statis. Meski berjarak 600 meter, tetap masuk kategori target yang mungkin dibunuh. Untuk jarak lebih jauh, meski ada rekor tembakan yang tercatat, unsur hoki mulai memegang peran dominan.
“Baiklah, Xue'er kamu mau ikut tidak?” Lu Li harus mempertimbangkan ikatan asmaranya saat bermain game.
Sebagai pacar laki-laki yang baik, bermain game tidak boleh hanya mengejar kepuasan diri sendiri. Pengalaman bermain pacarnya jelas lebih penting.
"Boleh!" Elf Air mengeluarkan 98K, tiga senapan sniper sekaligus mengarah ke anggota itu.
Untuk membunuh musuh jarak jauh dengan senapan sniper, pengukuran jarak, penyesuaian mil-dot, dan pra-penilaian tak bisa dipisahkan. Ditambah pengalaman yang terakumulasi dari setiap peluru yang ditembakkan. Satu tembakan yang terlihat biasa sebenarnya menunjukkan dasar kemampuan penembak. Konon game ini akan menambahkan faktor kecepatan angin dan cuaca di masa depan, tapi untuk sementara belum serumit itu.
Orang ini masih memegang senjata sambil berkoordinasi dengan rekan setimnya. Dia tidak sadar telah menjadi sasaran.
Brak! Brak! Brak!
Suara tiga tembakan sniper hampir bersamaan terdengar. Darah menyembur dari tubuh orang di kejauhan, tapi anehnya dia tidak langsung tumbang.
“Meleset.” Lu Li berkata dengan datar.
Meski orang ini kena satu tembakan, tidak bisa dinilai apakah itu hasil tembakan Elf Air atau Tongyan Wuji, tapi pasti bukan hasil Lu Li karena di tangan Lu Li ada AWM - jika dia yang menembak, lawan bahkan dengan set armor tingkat tiga pasti sudah knockdown.
“Bukan aku yang kena.” Elf Air mengakui.
“Belum mati juga.” Tongyan Wuji berkata tenang, sebelumnya sudah dijelaskan kompetisi ini tentang siapa yang berhasil "knockdown" target, bukan sekadar "mengena".
“Kalau begitu lanjutkan saja, dia sudah bergerak jadi lebih sulit ditembak.” Lu Li menarik bolt senapan sambil menahan napas.
Elf Air langsung ganti ke senapan biasa, kemampuan sniper-nya memang biasa saja, apalagi jarak sejauh ini kecil kemungkinan bisa mengena.
Sasaran jelas tahu ada yang menyasar diri sendiri, hanya saja dia tidak tahu dari arah mana peluru-peluru ini datang. Mengganti tempat berlindung secara gegabah mungkin akan mengekspos dirinya ke lebih banyak target. Jadi dia terus bergerak di tempat, berusaha menghindari peluru yang mungkin mengenainya dengan cara ini.
Brak, brak! Dak-dak-dak!
Dua suara pertama adalah sniper - 98K Tongyan Wuji yang dilengkapi silencer terdengar lebih membosankan, sedangkan senapan besar Lu Li tetap dengan suara aslinya. Suara lainnya berasal dari M4 Elf Air yang berbalut kompensator. Lalu Sistem memberi pengumuman...
[] terbunuh oleh Elf Air dengan kepala meledak oleh M4.
Tembakan kepala dari jarak sejauh ini!
Livestream Elf Air langsung dipenuhi 666. Sang Dewi kami begitu V five-eight-seven, masa tidak mengirimkan hadiah sebagai bentuk dukungan?
Tentu saja, bahkan penggemar paling otak pun sebenarnya tahu bahwa ini cuma keberuntungan Elf Air. Di jarak sejauh ini, sangat sedikit yang bisa membunuh sasaran bergerak dengan senapan otomatis lewat tembakan kepala. Di atas 500 meter, daya hancur peluru sudah mulai turun.
"Rupanya yang paling hebat adalah Air MM, aku kalah." Tongyan Wuji juga tidak semangat turun.
"Ya, kita semua kalah." Hasil ini justru lebih memuaskan bagi Lu Li daripada menang sendiri. Elf Air sendiri juga sangat senang, bagaimanapun juga itu kan tetap mengenai target bukan?
