Kini dia harus menghadapi musuh yang lebih perkasa. Shotgun milik saudara serikat kami pasti sudah jatuh ke tangan lawan, mereka juga punya kaki tangan, sementara dirinya sendirian.
Lu Li mengitari rumah sambil mempelajari posisi lawan - ternyata si mesum bersembunyi di toilet. Andai ada granat, tak perlu masuk rumah pun bisa membunuhnya. Sayangnya, setelah menggeledah beberapa rumah, mereka cuma menemukan smoke bomb di kotak mayat.
Lu Li menerobos masuk rumah, laras senjatanya terus mengarah ke toilet.
Dia mengeluarkan smoke bomb dan melemparkannya ke dalam toilet.
Lalu orang di kamar mandi langsung kabur keluar—jiwanya tegang hingga puncak, mana bisa membedakan apakah yang dilempar masuk itu granat atau smoke bomb.
Apa konsekuensi dari kabur keluar?
Lu Li memang menunggu dia bertindak seperti ini, hanya dengan satu tembakan langsung menjatuhkannya.
Lu Li cepat-cepat mengambil barang-barangnya.
Sebenarnya tidak banyak barang, hanya sebuah suppressor senapan sniper yang layak disebut bagus. Armor lainnya sudah hancur akibat tembakannya sendiri, itu pun cuma level satu. Cangkang kepala masih utuh, diambil oleh Elf Air dan dipakainya.
Perkiraan hasil terbaik lainnya mungkin sekitar selusin peluru semburan peluru.
Setelah membereskan trofi, mereka berdua langsung kabur menggunakan mobil. Pasti akan ada yang datang menyusul, tidak ada gunanya berlarut-larut di sini.
"Kami sudah selesai menggeledah, benar-benar miskin sih." Keluh Mo Wangfeng di sebelah dengan putus asa.
Diteror orang dari bandara hingga melarikan diri, menggeledah beberapa area kecil tapi tidak menemukan apa pun. Tongyan Wuji membawa UMP9 dan semburan peluru, sedangkan Mo Wangfeng memegang AK dan UZI.
"Kalau kamu tahu senjata apa yang kita bawa, mungkin tidak akan merasa miskin lagi." Lu Li mengemudikan mobil menuju kepala jembatan.
Di tubuhnya ada VSS dan semburan peluru, sementara Elf Air membawa M16 plus semburan peluru. Keduanya hanya punya rompi antipeluru dan helm level satu.
"Tanpa bidikan optik, mau pakai apa buat menutupi jembatan?" Mo Wangfeng mengeluh frustasi.
"Bagaimana kalau cari di area lain?" Saat itu, keempat orang sudah berkumpul di kepala jembatan. Mereka tak berani mendekati reruntuhan di pusat jembatan, hanya bisa tiarap di semak-semak.
"Aku dan Xue'er sudah membunuh dua orang. Mungkin masih ada dua lagi di sekitar sini. Sepertinya kita tidak akan menemukan barang lagi. Lebih baik diam-diam tiarap saja. Pasti semua orang dari bandara akan lewat sini." Lu Li menolak saran Tongyan Wuji.
Mencari di tempat lain juga ada risiko, bagaimana jika ketemu orang yang senjata sedikit, pasti mati lebih mengenaskan.
"Baik, ada yang datang, dengar tidak, ada suara kendaraan." Mo Wangfeng menyela semua orang, berbisik pelan.
Lu Li menyimak baik-baik, benar mendengar suara kendaraan, agak jauh tapi semakin jelas, membuktikan mereka memang sedang mendekat ke arah mereka.
"Tahan posisi! Senjata kita jelek, tunggu sampai kendaraan benar-benar dekat baru menembak." Tongyan Wuji juga bersemangat, sensasi menjebak pemain sembunyi begini sangat memuaskan, inilah alasan dia suka main bareng Mo Wangfeng - meski jago tembak tapi tetap suka taktik licik.
Jeep ini sebenarnya juga sangat hati-hati.
Dalam pergerakan di jembatan dengan perlindungan mobil-mobil rusak, ketika melewati mobil terakhir tetap tidak mendengar suara tembakan, mereka semua lega. Area aman yang di-refresh ini sangat tidak menguntungkan bagi bandara, mereka juga tidak berurusan dengan orang-orang di bandara, hanya melakukan pencarian seadanya lalu berhasil menyelamatkan diri.
Sekarang terlihat jelas bahwa pilihan ini sangat tepat, setidaknya sampai sekarang belum ada yang menutup jembatan.
"Haruskah kita tinggal untuk menghadang satu gelombang?" Yun Tianye yang bertugas menyetir bertanya.
Seluruh tim ini adalah anggota Legiun Angin Kencang yang dijuluki Empat Pendekar Angin, terdiri dari Yun Tianye, Windwhisper, Yi Nu Qing Ren Cheng, dan Liu Feng. Meski skill menyetir kalah dari Moonlight, keahlian tembak kalah dari Tongyan Wuji, dan kelicikan kalah dari Mo Wangfeng, keempat mereka berasal dari klub yang sama. Windwhisper adalah komandan yang cukup menonjol, cukup terkenal di game PUBG.
Disiplin tinggi dalam eksekusi, koordinasi tim mereka sangat baik.
"Jangan di-blokir, pemula di ronde ini sedikit, hindari serangan dua arah." Windwhisper berkata.
"Kalau begitu ayo pergi, langsung serbu zona aman, Kapten tandai titik... titik... Bangsat." Kata-kata Yun Tianye selanjutnya langsung tertelan.
Tiba-tiba beberapa orang muncul dari semak di pinggir jalan, menembaki kendaraan mereka dengan gila-gilaan.
Utamanya ada AK, M16, Raja Kendaraan, plus dua shotgun. Dua orang berhasil dijatuhkan dari mobil, kemudian kendaraan akhirnya meledak.
Tidak ada yang selamat, situasi berkembang terlalu cepat.
Kecepatan kendaraan mereka terlalu rendah, kelemahan utama jeep memang lambat.
Lagipula, di jarak sedekat ini, apa bisa mengharapkan reaksi dari Empat Pendekar Angin Kencang? Lompat dari mobil pun tetap mati.
Di belakang mobil yang meledak itu, empat kotak loot terlihat jelas.
"Jarah tasnya!" Mo Wangfeng tertawa terbahak-bahak.
Di tangan Lu Li ada M16, jadi fokusnya saat menjarah tas adalah aksesori M16: magasin ekstensi, suppressor laras, dan pembidik titik merah. Sniper 98K yang diinginkannya tidak muncul, sedangkan SKS diberikan kepada Tongyan Wuji yang ahli menggunakannya.
Tapi bagaimanapun, mereka berasal dari Bandara.
Keempat tas ini setidaknya membekali Lu Li dan kawan-kawan masing-masing dengan senapan otomatis, rompi antipeluru, dll. Lu Li mendapatkan rompi tingkat dua dan helm tingkat tiga setengah HP.
Senjata sekundernya tetap VSS itu. Tanpa lensa zoom tinggi, senjata ini memberikan pandangan yang lebih jelas dan luas.
Obat-obatan dibagi empat, setiap orang setidaknya mendapat kotak P3K dan satu atau dua botol minuman.
Empat Ksatria Angin Kencang jelas bukan pemenang utama Bandara. Mungkin mereka hanya menjelajah area kecil, mengambil senjata lalu melihat pertempuran di Bandara terlalu kacau, khawatir diblokir di jembatan sehingga memutuskan bergerak lebih dulu.
"Aku baru saja melihat siaran langsung Shiyishao, mereka pergi ke 'Kota' M, sedang asyik mengumpulkan perlengkapan." Mo Wangfeng menggigit-gigit gigi dengan marah. Di pertandingan sebelumnya meski menang makan ayam, tapi kematiannya terlalu memilukan, murni hanya berbaring menang. Dalang sebenarnya Shiyishao tentu tak bisa lepas dari tanggung jawab.
"Hah, kamu mengintip ya, itu tidak baik." Lu Li tampak -_-|||.
Mereka menutup livestream justru karena takut orang lain mengawasi dinamika mereka. Tak disangka Mo Wangfeng brengsek ini begitu tak bermoral, diam-diam menyelinap ke livestream Shiyishao untuk mengintip.
"Mereka berani melakukannya, kenapa kita tidak? Lagipula..." Mo Wangfeng menggunakan nada menggoda, "Mereka sangat kaya raya, dua pucuk 98K, helm dan zirah tingkat tiga, hampir semua personel punya suppressor senapan..."
"Masih ragu apa? Hajar si brengsek itu!" Tongyan Wuji langsung meninggalkan niatnya untuk tidak bekerja sama dengan Mo Wangfeng begitu mendengar ada 98K.
"Kalau kalian bersikeras, aku juga tak bisa berkata apa-apa lagi. Mari kita berkendara ke 'kota' M." Lu Li bersandiwara berkata. Bukan karena tak punya prinsip, tapi lebih karena rekan satu tim yang bersikukuh sehingga ia setengah hati menyetujui.
"Benar, ke 'kota' M, untuk membalas dendam Kakak Feng." Elf Air juga punya alasan kuat.
