Tenda Tirion Fordring terletak di posisi tepian markas. Perlakuan yang diterimanya bisa dibayangkan.
"Markas militer benar-benar keterlaluan." Lu Li berkata dengan nada kemarahan. Halford Rayburn adalah komandan Legiun Ketujuh, namun reputasinya tidak pernah bisa disetarakan dengan Marsekal Windsor dkk. Hal ini terkait erat dengan pola pikirnya yang sempit.
Dingin, keras kepala, bahkan seperti pedagang oportunis.
"Halford Rayburn adalah tentara yang pemberani dalam pertempuran," kata Tirion Fordring dengan ramah. "Dia bukan Ksatria Suci."
Dari nada bicaranya, sepertinya Tirion Fordring tidak menyimpan banyak keluhan dalam hatinya.
"Baiklah, Yang Mulia Sang Atasan, mari kita bahas masalah pemberian bantuan ini." Setelah memutuskan untuk membangun hubungan emosional, Lu Li tidak lagi fokus pada hadiah tugas atau hal-hal sejenis. Mungkin dia serakah atau licik, namun tetap menjaga batasan yang wajar.
Saat ini, Tirion Fordring sedang berada dalam tahap kemerosotan.
Sebagai sahabat dekat Uther Sang Pembawa Cahaya - pendiri Ksatria Tangan Perak, salah satu Ksatria Suci paling terhormat dalam ordo tersebut, performanya yang memimpin garis depan selama Perang Kedua membuktikan kesucian Tangan Perak. Dulu, Old Fordring adalah petarung kuat paling diperhatikan di kerajaan manusia.
Kehidupan pertapa yang berkepanjangan membuatnya perlahan kehilangan pengaruh di Kekaisaran, bahkan beberapa orang menganggapnya telah merosot moral dan menjadi desertir.
Hal ini mungkin yang dipikirkan Harthalord Rivendare. Dia tidak meragukan integritas Tirion Fordring, sehingga saat melihat Lu Li mengenal Tirion, secara tidak sadar dia mempercayai Lu Li dan Soloromon. Namun di matanya, Tirion Fordring sudah membusuk sampai layak masuk peti mati.
Selain itu, menurutnya mengerahkan pasukan besar untuk menyelamatkan sekelompok Ksatria Suci tua yang hampir tidak bisa berjalan adalah hal yang absurd.
"Tyr's Hand, mereka semua ditahan di sini." Tirion Fordring membentangkan gulungan perkamen di meja, menunjuk sebuah titik tertentu di peta.
Tyr's Hand terletak di Timur Tanah Wabah, sebelah timur Danau Meridar - jantung wilayah Legiun Bencana yang berjarak tidak jauh dari Kapel Ibadah Cahaya Suci. Lu Li kembali memahami posisi Komandan Harthalord Rivendare. Seandainya berada di posisi Harthalord, mungkin dia juga tidak akan mengirim pasukan penyelamat.
Mungkin banyak orang tidak tahu asal-usul nama Tyr's Hand.
Dahulu kala, di benua yang kemudian kita sebut Eastern Kingdoms, sekelompok kecil makhluk bertahan hidup dengan kesulitan menggunakan sedikit pasokan yang ditinggalkan orang tua mereka saat mengasingkan mereka ke pantai asing ini - mereka adalah nenek moyang manusia modern. Kadang mereka berkumpul di sekitar api unggun, mencoba memahami gulungan perkamen dari peradaban kuno dan legenda pahlawan yang tercatat dalam budaya induk yang telah meninggalkan mereka.
Salah satu gulungan menceritakan tentang pemimpin agung yang menjadi teladan keteraturan dan keadilan. Pahlawan ini pernah mengorbankan tangan kanannya untuk melawan kejahatan yang tak tertembus.
Meski setelah pertempuran usai dia bisa memperbaiki tangannya dengan kemampuannya, dia memilih menggunakan alternatif tangan kanan berpose kepalan yang terbuat dari perak murni. Dengan ini, pahlawan itu membuat setiap pengikutnya memahami bahwa hanya melalui pengorbanan individu-lah keteraturan dan keadilan dapat diwujudkan.
Pahlawan yang tersembunyi dalam kenangan masa lampau ini, namanya adalah Tyr.
Sebenarnya, Tyr melawan Galakrond——proto-dragon purba yang menjadi dasar penciptaan Lima Penjaga Naga Agung oleh Titan. Artinya, Galakrond adalah leluhur para naga. Hanya dari segi ukuran tubuh saja, Galakrond jutaan kali lipat lebih besar dari Lima Penjaga Naga Agung.
Dalam pertempuran itu, Tyr sang Penjaga Titan memimpin Neltharion (Naga Hitam), Alexstrasza (Naga Merah), Ysera (Naga Hijau), Malygos (Naga Biru), dan Nozdormu (Naga Perunggu) untuk menghadapi Galakrond.
Kelima naga kesulitan memberikan kerusakan fatal pada Galakrond yang semakin membesar. Karena strategi pertempuran Tyr hanya berfokus pada dirinya sendiri tanpa mengkoordinasikan kerjasama kelima naga, lengan Tyr digigit hingga putus oleh Galakrond, martil perangnya terlempar, dan artefak suci di pinggangnya ditelan bulat-bulat oleh Galakrond.
Malygos dan Alexstrasza menyelamatkan Tyr, memberikan pertolongan sederhana sebelum mundur cepat ke padang liar beku di utara, yang kemudian dikenal sebagai Padang Liar Tulang Naga di Northrend.
Tak lama kemudian, pertempuran pamungkas antara lima naga dan Galakrond akan berkecamuk di langit Benua Northrend.
Malygos akhirnya memahami alasan Tyr memilih bersatu dengan mereka untuk melawan Galakrond - kelima naga harus bersatu padu layaknya keluarga besar, hanya dengan koordinasi sempurna mereka bisa mengalahkan Galakrond.
Dalam pertempuran itu, kelima naga menunjukkan keharmonisan tak terucap bak Penjaga Naga masa depan, saling membantu dan bertarung habis-habisan.
Malygos dan Neltharion menjepit sebuah Batu Raksasa, berharap bisa melemparkannya ke dalam tenggorokan Galakrond.
Namun di momen kritis, sejumlah naga mayat hidup terbang mendekat di langit. Neltharion yang berusaha menyelamatkan Malygos, nekat menghadapi legiun naga undang sendirian.
Dari sini terlihat, Xiao Hei dan Naga Biru di masa mudanya sebenarnya tidak sebertolak belakang bagai api dengan air.
Di sisi berlawanan, Alexstrasza bersama Ysera dan Nozdormu berhasil mengalihkan perhatian Galakrond. Dengan Kelancaran, Malygos melemparkan Batu Raksasa tepat ke tenggorokan sang naga purba.
Galakrond yang kesulitan bernapas akibat tenggorokan tersumbat mulai kabur. Lima naga purba langsung mengejar. Mereka paham jika sang raksasa berhasil memuntahkan batu itu, semua usaha mereka akan sia-sia dan Azeroth pasti binasa.
Dalam proses lima Naga mengejar, Galakrond terjatuh ke tanah, tubuhnya yang luar biasa besar menghancurkan seluruh gunung. Setelah mendarat, Galakrond masih mencoba terbang lagi, namun dalam perjuangannya, gerakannya semakin melambat. Setelah serangkaian kedutan, akhirnya dia roboh tak bergerak.
Setelah mengalahkan Galakrond yang ribuan kali lebih besar, Tyr dan dua Titan lainnya muncul. Para Titan yang kembali mengunjungi Azeroth ini menganugerahi lima leluhur naga tanggung jawab dan kekuatan sebagai Penjaga Naga.
Ini adalah hal mitos yang menggambarkan proses pertempuran dengan cara kekanak-kanakan.
Namun konsep Tyr tetap diteruskan melalui generasi.
Hanya dengan mengorbankan diri sendiri, keadilan bisa tercapai!
Ini adalah Tyr's Hand, tanah suci Tangan Perak. Sayangnya, sekarang telah menjadi wilayah Wabah. Para nekromancer Kultus Kutukan Tuhan berharap bisa menemukan mayat Tyr di sini untuk meng-almarhumkannya.
“Yang Mulia Sang Atasan, saya pernah ke Tyr's Hand, wilayah 'itu' memang tidak mudah diakses.” Setelah tahu lokasi penahanan, Lu Li tak bisa menghindari mulai ragu-ragu.
Sejujurnya, Dia tidak takut dikorbankan, toh pemain bisa regenerasi tak terbatas. Yang tidak disukainya adalah pengorbanan sia-sia.
Menyelamatkan seseorang dari Tyr's Hand hampir mustahil.
“Apa Kamu merasa ini adalah hal yang mustahil?” Tirion Fordring seolah bisa membaca pikiran Lu Li. NPC ini diberi kecerdasan kuat, lebih manusiawi dari manusia biasa, dan itu pun manusia yang perkasa.
“Menurutku harapan kita untuk sukses sangat kecil.” Lu Li berkata dengan lapang dada.
“Bahkan jika hanya secercah harapan, Tangan Perak takkan menyerahkan saudara kita. Meski hanya aku sendiri, aku akan berjuang untuk mereka.” Tirion Fordring berkata dengan khidmat: “Hanya dengan mengorbankan diri, pencapaian keadilan mungkin tercapai!”
“Hah...” Jangan lah, kalau kamu tumbang, mau main apa lagi ini. Dalam hati Lu Li mengolok habis-habisan.
“Kamu boleh memilih tidak pergi, kamu masih muda, sedangkan aku...” Tirion Fordring tersenyum pahit: “Bahkan jika mati, Azeroth hanya kehilangan seorang kakek tua yang tak berguna.”
“Yang Mulia Sang Atasan, kurasa kita harus memiliki rencana.” Lu Li meniru dialog dari film.
Sebuah rencana. Mengingat ini operasi penyelamatan, mereka memang membutuhkan rencana yang sempurna - mulai dari penyusupan, penyelamatan, hingga evakuasi aman, termasuk mempertimbangkan berbagai ketidakpastian yang mungkin muncul selama proses.
“Sayangnya Rayben menolak membantu. Jika aku punya dua ribu prajurit...” Tirion Fordring jelas sudah mempertimbangkan seluruh rencana, tapi gagal meyakinkan sang pemimpin legiun.
“Ada. Kita punya. Meski kemampuannya mungkin lebih lemah, tapi kita punya dua ribu... tidak, dua puluh ribu pasukan!” Karena sudah memutuskan untuk main besar, dalam acara besar penyebaran wabah ini, Lu Li harus memiliki keberanian untuk bertaruh segalanya demi mendapatkan keuntungan yang diinginkan.
Berbeda dengan klub-klub lain yang memanfaatkan kekacauan untuk merebut BOSS, Lu Li mengambil rute untuk benar-benar menyatu ke dalam perang ini.
Jika tidak sukses, maka lebih baik mengorbankan nyawa.
Seorang orang tua yang hanya memiliki satu kehidupan saja berani bertarung sendirian, sebagai pemain apa yang perlu ditakutinya?
"Dua puluh ribu!" Tirion Fordring terkejut.
Kekuatan Legiun Ketujuh saat ini sekitar 40.000 hingga 50.000 personil, dengan 30.000 diantaranya ditempatkan di Benteng Icecrown untuk berhadapan dengan Legiun Bencana. Ini sudah menjadi salah satu kekuatan militer terkuat di wilayah ini. Selain Legiun Bencana, tidak ada yang bisa menyaingi jumlah mereka.
Kini, Lu Li tiba-tiba mengaku memiliki 20.000 pasukan.
Wajar saja Tirion Fordring terkejut. Untungnya dia pernah berinteraksi dengan Lu Li dan tahu bahwa elf ini memang sangat tepercaya meski tidak punya kelebihan lain.
"Saya dapat mengumpulkan pasukan dua puluh ribu orang untuk Yang Mulia perintah, tapi kekuatan mereka agak lemah, kira-kira lima orang baru bisa menahan satu monster jahitan, dan mereka bukan tentara..." Lu Li tidak merasa jumlah akan berperan besar dalam pertarungan ini.
Jika hanya melihat jumlah personil, gabungan beberapa klub pemain saja sudah bisa membunuh Legiun Bencana dalam sekejap.
Tapi mungkin mereka bahkan tidak bisa mengalahkan satu regu Ksatria Kematian dari Legiun Bencana, para pemain di tanah ini hampir sama lemahnya dengan rakyat biasa yang tak berdaya.
"Tidak masalah, kita hanya akan menyelamatkan orang, bukan berperang habis-habisan dengan mereka." Situasi ini sudah jauh lebih baik dari perkiraan Tirion Fordring, yang awalnya mengira mereka akan bertarung hanya dengan beberapa ksatria veteran menggunakan strategi 'tenggelamkan perahu'.
Lu Li juga tidak menyembunyikan ciri khas orang-orangnya kepada Tirion Fordring.
Dalam game "Fajar", penduduk asli sudah terbiasa dengan kemampuan aneh petualang, jadi Tirion Fordring tidak terkejut ketika mengetahui Lu Li bisa mengumpulkan rekan tim melalui pintu teleportasi. Mungkin dalam pemahamannya, ini termasuk sihir.
"Kita akan bergerak di sepanjang ambang wabah..." Jari Tirion Fordring menggores garis melengkung di peta.
Tapi Lu Li punya ide berbeda: "Tidak, kita tidak melewati Tanah Wabah Barat. Area ini akan menjadi medan pertempuran utama. Seberuntung apapun kita, mustahil menyelinap melewati wilayah sepanjang ini. Jika dianggap mengancam oleh Raja Lich, kita akan menghadapi penghadangan tiada henti. Sampai ke Tyr's Hand saja belum tentu, apalagi menyelamatkan orang."
Sebenarnya pernyataan Lu Li sedikit berlebihan, tapi bukan tanpa alasan.
Tirion Fordring juga tahu perkataan Lu Li masuk akal. Jika menggunakan sistem sepuluh poin, awalnya tingkat kesulitan misi penyelamatan adalah dua belas poin——artinya sama sekali tidak ada harapan. Dengan adanya dua puluh ribu orang yang disebut Lu Li, sekarang sudah turun menjadi tujuh delapan poin. Namun ini tetap bukan level yang bisa kita tanggung.
"Sebenarnya, kita bisa melewati daerah Hinterland. Di sana ada lorong bawah tanah yang menghubungkan Hinterland dengan Timur Tanah Wabah," kata Lu Li.
"Ini tidak mungkin!" Tirion Fordring menggelengkan kepala berkali-kali: "Alasan Hinterland tidak terkontaminasi wabah adalah karena pegunungannya yang terjal. Jika ada saluran, aku yakin Arthas dan Kel'Thuzad tidak akan takut dengan para kurcaci di Eagle's Peak."
"Percayalah padaku, Yang Mulia Sang Atasan. Aku tidak akan menipu Anda dalam hal seperti ini, itu sama sekali tidak bermakna," kata Lu Li dengan penuh keyakinan.
Hinterland memang bisa langsung menuju ke Timur Tanah Wabah, bahkan tidak hanya jalur yang disebut Lu Li ini. Jika berenang sepanjang garis pantai, tujuan yang sama juga bisa tercapai. Tapi kali ini bukan hanya mereka, termasuk Tirion Fordring dan para Ksatria Suci lainnya yang membutuhkan mount pendukung pertempuran. Jalur melintasi perairan ini menjadi tidak memungkinkan.
Para kurcaci Eagle's Peak menguasai sebuah saluran menuju Tanah Wabah.
