"Lu Li sulit dilawan itu sudah jelas!" Meng Hui Shisan berkata kesal, "Lalu apa kita harus menyerah saja? Biarkan koin emas yang dipakai lelang hangus begitu saja?"
"Aku kan tidak bilang begitu, mengapa marahi aku?" Shiyishao bergumam pelan.
"Kau takut ya?" Meng Hui Shisan melirik tajam.
"Aku takut?" Shiyishao menunjuk hidungnya sendiri dengan ekspresi tak percaya.
Meng Hui Shisan mengangguk dengan sangat khidmat.
“Takut adikmu!” Shiyishao bentak marah: “Aku cuma takut kau meremehkan musuh. Meski setiap kali ketemu Lu Li aku selalu mati, tapi apa kau lihat aku takut padanya? Hari ini pasti kubunuh dia!”
“Harus!” Meng Hui Shisan merasa mobilisasi pra-perangnya sangat sukses.
Maka, kedua pihak memasuki peta benteng untuk memulai pertempuran.
Saat ini Benteng Lembah Abu-abu telah menjadi kota megah, mengingat setiap hari diperkuat oleh pemain kehidupan Pedang Penghakiman dengan berbagai cara.
Lebih kokoh dari Blackshore.
Apalagi pepohonan rimbun di sekitarnya bisa tiba-tiba berubah jadi Ent pohon tak terhitung jumlahnya yang ikut bertempur. Mengingat deskripsi personel yang ikut bertempur sebelumnya, beberapa sudah gemetaran seperti puyuh.
Ini game, mereka tidak takut mati. Yang ditakuti adalah rasa takut ketika kerumunan menyelimuti langit dan bumi menguburmu.
Di dunia ini ada penyakit bernama Fobia Kerumunan.
Menara panah mudah dijatuhkan, jika tidak ada yang bertahan, tembok benteng sebenarnya juga bisa dihancurkan. Sayangnya tembok benteng mustahil tidak dijaga.
Menara panah memang tidak dijaga, sehingga anggota Fajar Bersayap dengan mudah menjatuhkan dua tim menara panah.
"Kenapa mereka tidak menjaga menara panah? Padahal serangannya cukup mematikan." Seorang pemain Fajar Bersayap yang mengendalikan kereta perang bertanya.
"Karena mereka terlalu percaya diri, enggan menggunakan taktik mengulur waktu seperti ini." Meng Hui Shisan berkesedihan. Sikap ini sendiri adalah bentuk penghinaan - tak ada yang suka dihina. Amarah berkecamuk di hatinya, namun yang lebih dominan adalah rasa malu.
Meski tak pernah kehilangan keyakinan, dia paham ada kesenjangan antara serikatnya dengan Pedang Penghakiman, terutama di medan pertempuran pertahanan-penyerangan ini.
“Dengar-dengar ke depannya seleksi anggota tidak akan seketat sekarang, dan jumlah kereta perang pihak bertahan juga akan dikurangi. Menyerang benteng akan jadi lebih sederhana.” Shiyishao memang punya sumber informasi bagus, toh dia termasuk high-end player. Lingkaran mereka suka berbagi info – atau lebih tepatnya, beberapa orang selalu tidak tahan ingin sok pamer dengan pengetahuan yang mereka punya.
“Sayangnya bukan sekarang.” Meng Hui Shisan berkesedihan.
Mereka tiba di bawah tembok kota.
Orang-orang di bawah mendongak ke atas, seolah ingin melihat munculnya sekuntum bunga.
Dari atap gedung muncul sebuah kepala secantik bunga.
“Kalian benar-benar lambat!” Piao Ling berkata dengan ekspresi jijik: “Kali ini kenapa klub kalian yang datang? Sama sekali tidak menarik!”
Pandangan itu sangat menyakitkan, Shiyishao dan Meng Hui Shisan hampir saja naik ke atas untuk menghajarnya massal.
“Berani tidak kalian keluar bertarung dengan kami? Baru menang beberapa pertarungan lalu lupa diri ya?”
“Berdasarkan apa kami harus keluar bertarung dengan kalian, kalau punya kemampuan masuklah ke sini. Sekadar informasi, nama keluarga saya Liu, ingat baik-baik.” Piao Ling tetap angkuh, seolah mengingat nama keluarganya sendiri adalah pencapaian yang luar biasa.
“Liu Jinzhu...” Shiyishao menyeringai, menengadah sambil tertawa, “Teman SD-ku ada yang bernama Liu Tiezhu. Kau Jinzhu, lebih tampan darinya.”
“Dasar kau!” Piao Ling sempat membeku sejenak, lalu berteriak penuh amarah: “Bunuh dia! Beri padaku bunuh mereka!”
“Menurutmu apakah dia akan melompat turun karena marah?” Meng Hui Shisan merasa sangat puas. Ia paling tidak menyukai tipe seperti Piao Ling – seorang jantan berparas rupawan tapi malas main sesama jenis, sungguh pemborosan.
“Kuharap dia melompat. Pasti kurenggut semua peralatan di tubuhnya.” Shiyishao memandang Piao Ling yang melompat-lompat di atap sambil memamerkan umpatan kotor. Ia benar-benar geram, mengapa seseorang setampan itu harus sekeras ini, kata-kata makiannya pun begitu jorok.
Maka, dia pun mulai melontarkan berbagai cacian.
Meng Hui Shisan melihat kemampuan tempur sepupu kandungnya agak lemah, akhirnya ikut bergabung.
"Shisan Shao, tujuan kita sebenarnya menyerang kota atau mengumpat? Kalian bertiga benar-benar mirip cewek kasar!" Akhirnya ada anggota Fajar Bersayap yang tidak tahan.
"Hah." Shiyishao dan Meng Hui Shisan saling memandang, sama-sama merasa canggung.
Ternyata bisa dibuat marah sampai segini oleh si Piao Ling, membuktikan bahwa Piao Ling memang kejam. Setiap orang pasti ingin membunuhnya.
Bayangkan, jika cewek idamanmu atau bahkan pacar/istrimu langsung ngiler melihatnya, bahkan wallpaper ponselnya adalah foto orang ini, siapa yang tidak akan membencinya sampai mati?
"Hey, kenapa berhenti mengumpat? Lelah ya?" Piao Ling di atas tembok masih sempat melontarkan beberapa hinaan, terkejut karena tidak mendapat respons.
“Permulaan serangan kota.” Meng Hui Shisan mengibaskan tangannya, berbagai amunisi segera mengarah ke Piao Ling——alasan mengarah padanya adalah dengan sikap "bagaimana jika" berharap bisa menghancurkan orang ini.
“Kutebak kalian akan segera melanjutkan makian.” Piao Ling mengangkat perisainya, tersenyum manis sambil melambaikan tangan: "Anak-anakku, babat mereka untukku!"
Tiba-tiba, bayangan menyelimuti kepala anggota Fajar Bersayap dan yang lainnya.
Shiyishao menengadah dengan ketakutan dan kegelisahan, persis melihat skill menghujam ke wajahnya. Melihat sekeliling, hampir saja ia berteriak.
Mereka sudah terkepung!
“Bangsat, kau Piao Ling bangsat, kau ternyata menggunakan taktik licik.” Meng Hui Shisan akhirnya menyadari.
Basa-basi, skill sudah menghantam tubuh, mana mungkin tidak menyadarinya.
“Hehe, baru begitu yang benar, kita lanjutkan.” Hanya dia satu-satunya orang tampan nan menawan yang begitu gemar beradu mulut, tapi saat ini tak ada yang sempat menghiraukannya.
Di atas tembok benteng Pedang Penghakiman hanya ada Piao Ling, sementara pasukan lainnya bersembunyi di bawah dalam penyergapan.
Saat mereka saling mencaci, Lu Li memimpin pasukan menyusup dari kedua sisi dan langsung melancarkan serangan mendadak, membuat Fajar Bersayap kaget tak berkutik.
Jumlah personil kedua pihak hampir seimbang. Satu pihak telah merencanakan taktik, sementara pihak lain kaget diserang. Ditambah pasukan Fajar Bersayap harus melindungi kereta perang mereka, kemampuan tempur mereka semakin melemah. Akhirnya terpaksa sebagian mengawal kereta perang mundur, sementara sisanya mati-matian menahan pasukan pengejar.
Piao Ling terus berteriak-teriak di atas tembok benteng.
"Mereka kabur dengan kendaraan! Hentikan mereka, hentikan!"
Para pengemudi kendaraan semakin gaspol melarikan diri, sementara pasukan yang bertahan semakin tak mempedulikan nyawa sendiri.
Kereta perang tak boleh dihancurkan - jika alat tempur ini hancur, harapan mereka akan semakin tipis.
Namun, jika dilihat dari sudut pandang Piao Ling, sebenarnya tidak ada anggota Pedang Penghakiman yang benar-benar menghancurkan kendaraan. Mereka umumnya membentuk trio sebagai satu regu, dengan gila menyerang satu target tertentu. Dengan cara ini, separuh lebih dari pasukan yang bertahan telah berhasil mereka kalahkan.
Ketika pasukan yang tersisa merasa kereta perang serikat mereka telah mundur ke jarak aman, Pedang Penghakiman telah mengalahkan lebih dari 30 anggota Fajar Bersayap.
Sebenarnya, tujuan utama Pedang Penghakiman selalu membunuh untuk merampas perlengkapan. Menyerang kereta perang sama sekali bukan target mereka.
