Situasi seperti ini tentu tidak bisa bertahan lama. Anggota Fajar Bersayap bukanlah orang bodoh. Saat mereka menyadari titik regenerasi ini sudah jatuh dan sulit direbut kembali, secara alami akan memilih beregenerasi di lokasi yang lebih jauh.
"Sudah kubicarakan jangan panggil nama asliku, tapi kalian tetap tidak mendengarkan." Piao Ling menggelengkan kepala dengan ekspresi kecewa.
Untungnya Shiyishao dan yang lain sudah beregenerasi di titik berikutnya. Kalau tidak, mereka pasti mati menggelegar karena emosi.
"Kita mundur dan bersiap menyambut serangan balik mereka," seru Lu Li mengajak semua kembali. Tembok benteng sudah berlubang, memudahkan lawan menerobos masuk. Bagaimana jika Fajar Bersayap nekat menghancurkan kristal benteng? Bisa saja benteng ini direbut.
Lagipula saat kita sampai di titik regenerasi berikutnya, anggota Fajar Bersayap mungkin sudah selesai beregenerasi semua.
Konfrontasi frontal di area liar bukanlah strategi yang diperlukan.
Saat ini para pemain Fajar Bersayap memang telah selesai beregenerasi. Mereka memilih titik terjauh, satu per satu wujud mereka muncul disertai wajah seperti kehilangan keluarga.
Menginventarisasi kerugian yang terjadi baru saja, Meng Hui Shisan dan Shiyishao dua bersaudara hampir memeluk kepala dan menangis.
Gelombang serangan terakhir ini hampir menyebabkan korban jiwa mencapai seratus orang, kehilangan peralatan mencapai 40-50 item. Ditambah dengan sebelumnya, rata-rata setiap orang dalam perang benteng ini sudah kehilangan satu peralatan.
80 peralatan!
Yang bisa masuk ke benteng semuanya adalah inti elit klub, peralatan di tubuh mereka sangat bagus.
Dua orang dengan kekuatan setara: jika salah satunya pemain soliter, mungkin lebih mengandalkan teknisi; jika pemain klub, pasti peralatannya sangat unggul. Ini sudah pasti, sekalipun pemain soliter itu kaya raya - ini ditetapkan oleh bentuk permainan "Fajar".
Banyak peralatan yang hanya bisa didapat dari dungeon berskala besar, hanya serikat dan unit tentara bayaran kuat yang bisa memperolehnya. Jenis peralatan seperti ini umumnya tidak dijual ke luar.
Jadi 80 peralatan yang hilang dari Fajar Bersayap ini semuanya barang langka, sebagian besar merupakan peralatan tingkat legenda. Meng Hui Shisan membuat perkiraan kasar, rata-rata sekitar 500 koin emas per buah. Dengan harga pasar saat ini, 80 peralatan ini bernilai lebih dari satu juta.
Ditambah uang yang digunakan untuk membeli kualifikasi benteng, total kerugian mereka telah mencapai tiga juta.
Tiga juta bukan jumlah kecil, cukup untuk memaksa Meng Hui Shisan memberikan penjelasan ke dewan direksi, dan juga cukup membuat mantan pemimpin guild Fajar Bersayap menariknya untuk dihajar.
"Sekarang harus bagaimana?" Shiyishao juga terlihat semangat turun.
Dalam pertempuran ini kami terjebak dua kali. Jebakan pertama saja sudah membuat frustasi, tapi ternyata jebakan kedua juga mengikuti alur normal. Jelas-jelas Pedang Penghakiman sengaja membiarkan kami meruntuhkan tembok benteng, agar mereka bisa lebih mudah mengejar.
Aku sudah trauma dijebak. Siapa tahu masih ada jebakan lain di konten selanjutnya?
“Pencuri pergi mengintai dulu, tentukan posisi mereka.” Meng Hui Shisan merasa lesu, tapi dia harus menyiapkan diri.
Sebenarnya dia juga bisa memilih menyerah dan berhenti menyerang benteng, toh waktunya tinggal sedikit, mustahil bisa merebut benteng. Tapi dia tahu itu bukan pilihan baik, bahkan lebih buruk daripada kehilangan puluhan peralatan.
Bagi sebuah klub, dukungan finansial mungkin penting dalam jangka pendek, tapi semangat klublah yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
Jika kabur karena takut kerugian dan menghindari pertempuran, bagaimana Fajar Bersayap bisa tetap eksis ke depannya? Apakah setiap melihat Pedang Penghakiman harus mundur?
Kehilangan puluhan peralatan mungkin membuatnya dipukuli, tapi jika kabur dari medan perang, "ayah" mistisnya mungkin akan menghajarnya sampai mati. Betapa gagahnya sang "ayah" dulu, berani menyerang berulang kali meski lawan sekelompok orang. Sedangkan sekarang kekuatan mereka seimbang, mana mungkin mundur.
Pengintai segera melaporkan posisi Pedang Penghakiman dan kawan-kawannya.
Di posisi dalam celah, selain itu pengintai juga melaporkan kondisi kereta perang mereka. Dikibuli untuk kedua kalinya, selain kehilangan banyak peralatan, yang lebih paras adalah semua kereta perang telah dihancurkan.
Meskipun tembok benteng sudah roboh, bahkan tanpa kereta perang kita tetap bisa menerobos masuk.
Tapi tentu lebih baik dengan kereta perang. Jika bisa memperbesar celahnya, pasukan Fajar Bersayap tidak perlu khawatir terjebak di celah. Dengan celah yang lebih besar, Pedang Penghakiman sama sekali tidak bisa mempertahankan posisi seperti sekarang.
Kedua pihak saling berhadapan di seberang celah.
Kali ini, Meng Hui Shisan dan Shiyishao tidak lagi bertengkar dengan Piao Ling. Mereka terlihat agak diam.
Lu Li tidak naif mengira diamnya mereka karena ketakutan. Dia terus menyesuaikan formasi pasukan, mengatur pertahanan dengan penempatan personel yang tepat sasaran.
Diam bagai kedamaian sebelum badai. Jelas pasukan Fajar Bersayap akan bertarung mati-matian.
“Haruskah kita memisahkan pasukan untuk pertahanan horizontal benteng, jika mereka mengirim pencuri untuk menyusup akan sangat merepotkan.” Piao Ling berkata.
“Kau bawa dua orang untuk bertahan, jika tidak sanggup ingat minta bantuan, aku di sini akan mengunci mereka.” Lu Li berpikir sejenak, merasa lebih baik berjaga-jaga. Meski pemisahan pasukan ini membuat kekuatan mereka tersebar, tekanan di celah tembok benteng akan menjadi sangat besar.
Untungnya, di tahap pertarungan ini, waktu yang tersisa untuk Fajar Bersayap sudah tidak banyak.
Pertempuran kembali pecah. Shiyishao memimpin serangan dengan mengendarai kuda, diikuti yang lain. Kali ini persiapan mereka matang, butuh beberapa penyihir bekerja sama baru bisa menghabisinya dalam hitungan detik.
Namun, pasukan di belakangnya sudah tidak bisa sepenuhnya dihadang lagi.
Semua terlibat dalam perkelahian kacau, celah benteng menjadi titik vital yang diperebutkan berulang kali.
“Piao Ling mana? Suruh dia datang mati!” Shiyishao cepat beregenerasi dan kembali bergabung dalam pertempuran. Dia langsung maju ke medan tempur, lalu langsung mengeluarkan Whirlwind. Dua pemain Pedang Penghakiman langsung terkuras HP-nya oleh skill ini.
“Sombong apaan sih.” Fat Monkey melonjak dan membekukannya: “Lu cuma warrior kampungan, udah ga punya Whirlwind masih berani aja. Sekarang kan cuma bisa nunggu kematian?”
Shiyishao kembali dihabisi oleh karakter jarak jauh dalam hitungan detik.
Prajurit gila di tahap ini memang terlihat canggung saat dikepung. Mereka juga minim skill mobilitas yang memadai. Selain cangkang lebih tebal, praktis cuma jadi sasaran latihan yang bisa digerakkan.
"Aduh, dapat lagi satu legenda, makasih, Shiyishao!" Fat Monkey yang gesit berhasil merebut peralatan, lalu kabur dengan kilatan cahaya menghindari kepungan pemain Fajar Bersayap. Orang ini tingkat PK-nya semakin meningkat. Kompleks dungeon Menara Batu Hitam pada dasarnya agak menolak penyihir api, dia terpaksa memanfaatkan kesempatan orang lain masuk dungeon untuk berlatih di arena pertarungan.
Di sisi ini Fat Monkey berhasil merebut satu peralatan dari Shiyishao, di sisi lain anggota Fajar Bersayap juga membunuh Can Meng dan merampas satu peralatan darinya.
Situasi serupa sangat banyak terjadi, intinya saling rebut-merebut peralatan.
Pedang Penghakiman tidak lagi meraih kemenangan mutlak seperti dua kali sebelumnya, semua pihak saling silih berganti menyelesaikan dan merebut peralatan lawan.
Pertempuran berlanjut selama lebih dari sepuluh menit, Fajar Bersayap akhirnya berhasil memajukan garis pertempuran ke dalam benteng. Kristal benteng yang terletak tidak terlalu jauh dari pintu terlihat kasat mata, mata para pemain Fajar Bersayap mulai memerah. Mereka tahu, dengan menghancurkan kristal yang sangat mencolok itu, benteng ini akan menjadi milik mereka.
"Hmm~"
Suara terompet panjang tiba-tiba bergema, membuat Meng Hui Shisan tersentak menyadari ada sesuatu yang terlupakan.
Pohon Pengetahuan!
Dari semak-semak lebat di kedua sisi jalan, ribuan bibit pohon kecil melonjak keluar bagai gelombang pasang yang menyelimuti langit dan bumi, menerjang para pemain Fajar Bersayap.
"Pertahanan!" raungan panik Meng Hui Shisan membelah udara.
Nima! Ini jebakan lagi!
Masihkah kita bisa bermain game dengan gembira? Meng Hui Shisan bahkan mulai curiga Lu Li dan kawan-kawan sengaja membuat lubang plot untuknya. Kalau tidak, kenapa harus ada satu demi satu situasi kritis yang menunggunya?
