Setelah mencoba beberapa sudut pandang, Lu Li menyadari dirinya tak bisa menyelinap diam-diam ke dalam gua.
Area ini hampir seluruhnya menjadi medan pertempuran. Skill beterbangan ke mana-mana, level penyamarannya setinggi apapun akan ketahuan jika kena satu serangan.
Begitu ketahuan, dua serikat yang ada pasti akan menganggapnya musuh. Bisa saja mereka bersatu dulu untuk mengalahkannya, karena siapa tahu ini orang mau merebut BOSS. Kalau sampai mati dan kehilangan peralatan, Lu Li pasti menyesal.
Belum lagi kalau BOSS menyadari niatnya, pasti langsung menjadikannya target serangan utama.
Jangan lihat level BOSS cuma empat puluh sekian, dengan bonus template BOSS, satu serangan saja cukup untuk menghabisi pencuri berbaju zirah kulit seperti Lu Li.
“Kakak Feng ada tidak, ada tidak.” Lu Li menggunakan chat pribadi.
“Ada apa, sedang bertarung.” Mo Wangfeng menerima komunikasi, sambil mengobrol sambil menghindari serbuan prajurit lawan yang maju ke medan tempur, dengan santai melemparkan skill untuk membekukan lawan di tempat.
“Aku melihat.” kata Lu Li.
“Kamu melihat masih bicara omong kosong? Tunggu, kamu bilang kamu melihat?” Mo Wangfeng tersadar.
“Ya, aku sedang berjongkok di sekitar 25 yard depan kirimu...” Lu Li tersenyum dingin: “Inikah cara kamu menyambut tamu?”
“Haha.” Mo Wangfeng canggung menarik kembali tongkat sihirnya, seolah badai salju di area 25 yard depan kiri bukan berasal darinya: “Aku terlalu ingin bertemu denganmu, siapa sangka kamu tidak jujur. Apakah Pedang Penghakiman berniat merebut BOSS ini juga?”
“Tidak ada niat seperti itu. Hari ini aku datang sendirian.” kata Lu Li, seolah tidak memperhatikan upaya pembunuhan tadi.
“Lalu untuk apa kamu datang, sekadar lewat?” tanya Mo Wangfeng kesal.
“Cuma melakukan tugas, bantu aku geser medan pertempuran ke area pusat, nanti aku catat utang budimu.” Lu Li menghela napas.
“Kamu mau masuk ke gua di belakang BOSS itu?” Mo Wangfeng melakukan pengamatan sekilas, langsung mengetahui tujuan Lu Li, ia berkata santai: “Gua itu sudah kumasuki beberapa kali, isinya kosong. Pasti kamu memicu misi khusus ya.”
“Bukan misi khusus, cuma bantu gadis di serikat menyelesaikan tugas. Kamu tahu di pasukanku ada anggota kecil yang sangat suka melakukan quest.”
“Aku tidak percaya.”
“Bantu atau tidak? Kalau tidak, aku akan tarik orang untuk ikut bertempur.” Lu Li terang-terangan mengancam, tapi bukan omong kosong. Selama Ordo Ksatria Suci Dewa Sihir dan klub bintang tidak menyingkir dari mulut gua, ia lebih memilih mengerahkan pasukan untuk mengacaukan situasi ini lebih parah.
“Hari ini ada pembaruan sistem, kamu tidak pergi ke Sarang Sayap Hitam, tidak mencoba membuka dungeon baru, bahkan tidak mengawasi anggota baru klub yang sedang bertanding, malah ke sini membantu tugas seorang gadis kecil. Kamu pikir aku bodoh?”
“Lalu apa maumu?”
Begitulah kalangan game. Kadang kita adalah teman baik yang bisa makan ayam bersama, saling merekrut teman ke klub masing-masing. Tapi begitu menyangkut kepentingan, semua jadi ahli perhitungan.
“Bagikan tugas ini, atau setidaknya beri tahu cara memicu tugas setelah selesai. Firasatku mengatakan tugas ini penting.” Mo Wangfeng juga bukan tipe yang mudah diatur. Sebagai bos Ordo Ksatria Suci Dewa Sihir, meski klubnya tak sekuat tiga aliansi di belakang Lu Li, dalam pertarungan sebenarnya mereka tak akan langsung terdesak.
Apalagi, Ordo Ksatria Suci Dewa Sihir adalah serikat yang sangat kuno dengan sekutu-sekutu sendiri.
“Hanya wanita yang punya indera keenam.” Lu Li tidak tahan mengolok, andai saja dari awal bertransaksi dengan Serikat Bintang. Mengangkat batu untuk menghempaskan kaki sendiri, pemain senior yang tak tahu malu ini benar-benar tak bisa diremehkan. Para orang licik di kalangan game ini tak ada yang bisa dipandang sebelah mata.
“Kamu sendiri sudah memanggilku Kakak Feng, masa indera keenamku tidak boleh muncul?” Memang ketebalan pertahanan Mo Wangfeng sudah termasyhur.
“Baiklah, nanti kuberi tahukan caranya.” Lu Li menyetujui, toh tugas ini cepat atau lambat akan ditemukan orang. Lagipula kata 'nanti' yang dia ucapkan tidak ada batasan waktu konkret. Bahkan jika baru memberitahu setelah mereka memenangkan Pembunuhan Pertama di Zul'Gurub, tetap disebut 'nanti'. Soal tak tahu malu, dia memang tak pernah takut pada siapa pun.
“Nah, tunggu kata-kata itu! Sekarang kusuruh MT menarik monster itu. Kamu sendiri yang harus lincah memanfaatkan situasi.” Tujuan Mo Wangfeng tercapai, wajahnya memancarkan kebanggaan sekaligus kelugasan.
Sebenarnya perangkap terselubung dalam ucapan Lu Li itu, mana mungkin tidak dia sadari.
Sebenarnya semua orang punya 'sense B' dalam hati mereka sendiri, kalau dipaksa sampai terjepit mungkin dia tidak akan mendapat keuntungan sama sekali. Karena dia sekarang begitu kooperatif, Lu Li juga tidak mungkin benar-benar tidak mempertimbangkan utang budi sama sekali.
MT menarik Calon Imam Jahat untuk mulai bergerak. Begitu BOSS bergerak, para pelaku lainnya otomatis akan mengikuti. Medan pertempuran pun semakin menjauh dari posisi gua. Lu Li memanfaatkan situasi saat tidak ada yang memperhatikan untuk langsung menyamar dan memasuki gua.
Gua ini pernah dia datangi di masa lalu, waktu itu benar-benar tidak ada apa-apa di dalamnya.
Kini kembali ke tempat yang sudah dikenal, mungkin karena dia telah menerima tugas, di pusat gua yang sebelumnya kosong sekarang terdapat objek berbentuk telur raksasa.
Ini mungkin adalah Telur Purba yang dimaksud.
Apakah ini telur yang ditinggalkan semi-dewa Hakkar?
Pengaturan game ini memang cukup omong kosong - semi-dewa berkembang biak dengan bertelur. Tapi kalau ingat desain Ular Angin Hakkar, sepertinya makhluk ular bertelur juga tidak aneh.
Lu Li mendekat dan mengambil telur raksasa ini, berhasil menyimpannya dalam status terbungkus.
"Lu Li, dasar kamu brengsek! Apa yang kamu lakukan sampai BOSS mengamuk? Cepat kabur! Jangan lupa bagikan tugasnya." Mo Wangfeng berteriak-teriak di alat komunikasi. Dia sibuk mengatur personel untuk memblokir BOSS yang berusaha kembali ke posisi semula sambil memberi tahu Lu Li.
"Makasih, nanti aku kirimkan panduannya." Lu Li tidak berani menunda. Di dalam gua, dia menggunakan skill avatar berubah menjadi burung gagak, terbang keluar mulut gua menuju langit.
Di bawah, Calon Imam Jahat Hexx benar-benar mengamuk total, bahkan lebih dahsyat dari status Amuk.
Dari atas, Lu Li bisa melihat satu per satu pemain berubah menjadi cahaya putih dan mayat oleh BOSS. Area pengaruh amukan ini terus meluas ke area eksternal, bahkan monster kecil Troll Cabang Setan biasa juga ikut mengamuk. Beberapa pemain level rendah tewas hanya karena serangan monster kecil.
Rasa bersalah hanya muncul sekejap. Lu Li buru-buru kembali untuk menyerahkan tugas, sama sekali tidak sempat mengurus kekacauan di bawah.
Dan dia percaya kekacauan ini hanyalah sementara. Asalkan Ordo Ksatria Suci Dewa Sihir dan Serikat Bintang tidak sibuk saling serang, tapi fokuskan tenaga ke BOSS, meski sedang mengamuk, Calon Imam Jahat tetaplah BOSS level empat puluh-an yang tidak akan bisa menimbulkan masalah besar.
"Untuk merebut Telur Kuno ini, banyak saudara kami yang gugur." Lu Li berdiri dengan wajah masam di depan ahli arkeologi troll Yejiya.
"......" Yejiya ingin memuntahkan darah. Kalau memang sesulit itu, kenapa bisa datang secepat ini? Baru belasan menit sudah pulang-pergi, bahkan berhasil membunuh Calon Imam Jahat Hexx. Kau bilang banyak korban? Aku juga merasa putus asa.
