"Pergilah ke Darnassus, di luar tembok benteng, kau akan menemukan orangku. Individu ini akan melayani kita, dan memberitahu Tyrande tentang rencana kita tanpa sepengetahuan Kulit Rusa." Malfurion menghela nafas: "Penjaga selama seribu tahun akhirnya merosot."
"Jangan tidur lagi, Ibu memanggilmu pulang makan!"
"Ah, Penjaga selama seribu tahun akhirnya merosot..."
"Orang bodoh, Tyrande itu milik Illidan, kau cuma bisa tertidur panjang, semua Druid itu bangsat, eh, Ba Jiang, aku tidak bermaksud menyinggungmu, sial, jangan menggigit! Kau ini anjing ya? Lepaskan!" Lu Li masih belum menyerah.
"Ah, Penjaga selama seribu tahun akhirnya merosot..."
"Berani tidak upgrade Cincin Supreme-ku? Ayolah, kumohon upgrade cincinku! Dia hampir ketinggalan zaman." Lu Li menerjang untuk merangkul pelindung kuat, tapi justru menembus bayangan samar Malfurion yang langsung menghilang.
Rekan satu tim Lu Li——dia toh tidak mungkin menembus Kuil sendirian——mereka semua berpura-pura tidak melihat kejadian itu.
Sungguh memalukan, mustahil bos kami se-tidak bermoral ini.
Di luar tembok benteng Darnassus tidak terlihat NPC apa pun, namun Lu Li yang murung tahu harus berinteraksi dengan seseorang. Ia menepuk lembut Pohon Dunia, lalu seekor elf kecil hutan perlahan-lahan muncul melayang.
"Raja Druid agung, pemimpin besar bangsa Elf Yang Mulia Malfurion, menyuruhku datang ke sini mencari elf kecil yang menggemaskan, mungkin itu kamu. Kukira kamu pasti tahu maksud kedatanganku." Lu Li memuji dengan antusias pemimpin night elf yang baru saja disebutnya "orang bodoh".
Elf kecil itu hanya bisa mengeluarkan suara seperti gumaman bayi. Anehnya, ia bisa mengerti perkataan Lu Li.
"Kami akan memberi kabar ke Tyrande, manusia biasa. Yang Mulia Malfurion telah menyuruh kami bersiap menghadapi hal ini. Sekarang kamu harus pergi ke Moonlight Clearing, bicaralah dengan Remulos. Dia akan membimbingmu lebih lanjut untuk memanggil Ilidanikus."
Remulos, itu teman lama.
Moonlight Clearing tetap begitu damai, sementara Remulos masih malas seperti biasa, bahkan tidur tengkurap di depan pintu kuilnya sendiri. Kedatangan Lu Li pun tidak membangunkannya.
"Yang Mulia Penjaga Hutan, saya membawa pesan dari Yang Mulia Malfurion," ujar Lu Li memulai pembicaraan.
Sikapnya sangat sopan, nada lembutnya membuat beberapa orang yang ikut merasa jijik. Tapi Lu Li sama sekali tidak merasa ini memalukan, bahkan jika memungkinkan ia bisa lebih menjilat lagi.
Selama bajingan Malfurion itu tidak keluar dari mimpi giok, satu-satunya yang bisa membantu upgrade cincin Lu Li hanyalah putra semi-dewa ini.
"Oh temanku yang masih muda, sungguh tak terduga bisa melihatmu secepat ini," Remulos membuka matanya perlahan, "Kamu menyebut siapa tadi? Malfurion? Sudah lama tak ada kabar tentangnya."
“Hah, ini tentang Ilidanikus. Sekarang ras serangga Qiraji mulai gelisah lagi." Lu Li berkata.
"Aku paham." Remulos menjadi khidmat, katanya: "Jika Ilidanikus menolak, maka kita selamanya tak bisa membangunkan mereka. Namun, niatnya justru ingin masuk ke alam semesta kita, karena dia ingin menghancurkan tubuh Malfurion. Jika dia sukses, maka sekutu terkuat kita di mimpi giok akan lenyap. Jika Malfurion tumbang, maka giok akan menelan seluruh alam semesta..."
"Hah, itu benar-benar mengerikan, temanku. Aku harus melakukan sesuatu." Lu Li berkata.
"Kamu harus pergi ke empat pintu masuk mimpi giok di dunia Azeroth. Di setiap pintu masuk, kamu bisa mengumpulkan fragmen-fragmen yang mengkorupsi mimpi buruk. Makhluk hidup spesies naga yang tinggal di wilayah-wilayah ini akan membawa fragmen seperti ini. Saat kamu mengumpulkan keempat fragmen, kembalilah kepadaku." kata Remulos.
"Kedengarannya tidak terlalu sulit." ujar Lu Li.
"Ini baru permulaan, temanku. Apakah kamu sudah siap?" tanya Remulos.
"Tentu, aku akan berangkat sekarang juga." Tidak boleh terus membuang-buang waktu. Susah payah memimpin satu jarak karakter dari klub lain, jika berlari sedikit lebih lambat pasti akan tersusul.
Keempat wilayah sudah ditunjukkan dalam petunjuk tugas. Tidak perlu lagi mempelajari lokasi empat pintu masuk mimpi giok. Yang terdekat adalah Lembah Abu-abu, di sebelah sumur bulan yang terkontaminasi. Di sini terdapat banyak monster satyr.
Sama seperti Naga, satyr pertama dulunya adalah night elf, namun sejak itu ras-ras lain juga telah bergabung ke dalam barisan satyr, dan mereka sekarang semua telah berdistorsi dan jahat.
Mereka sangat antusias menciptakan pertumpahan darah dan penderitaan, atau dengan kata lain antusias terhadap SM.
Level monster-monster ini sangat rendah, wilayah Lembah Abu-abu sendiri adalah peta level 30-40, kadang ada monster level 50-60, tapi sama sekali tidak termasuk satyr-satyr ini.
Setelah membunuh entah berapa banyak elite monster satyr, Can Meng akhirnya meraba barang yang dibutuhkan Lu Li.
Tiga lainnya berada di Lembah Abu-abu, Feralas, dan Hinterland, perlu membunuh elite orang naga di pintu masuk mimpi giok. Lu Li harus merasa lega bisa memanggil gantungan Pemburu kecil kapan saja. Di kehidupan sebelumnya, Xiao Mo yang mengerjakan tugas ini harus mengulang lebih dari 30 jam baru bisa membuat empat fragmen muncul.
Sedangkan Lu Li, hanya membutuhkan waktu kurang dari tujuh jam.
Kembali ke Moonlight Clearing, tempat ini telah menjadi medan pertempuran. Dulu hanya pemain Druid yang menginjakkan kaki di sini, sehingga terlihat sangat dingin.
Namun saat ini ramai dengan kerumunan orang. Bukan hanya seratus ribu pemain bertipe pejuang Pedang Penghakiman yang berkumpul di sini, banyak juga orang klub lain yang datang. Mereka ingin mengintip seluruh proses ini agar tidak kekurangan pengalaman ketika giliran mereka tiba.
Ada juga banyak pemain soliter yang sepenuhnya nimbrung.
"Kita harus berusaha mengendalikan Ilidanikus sebisa mungkin. Kita harus membuatnya mendapatkan penebusan, bukan menghancurkannya. Tyrande sudah dalam perjalanan untuk membantu kita. Kita harus menahan serangan Naga, melindungi Pelabuhan Malam Abadi dari lukaan. Belum siap sepenuhnya! Kamu dan sekutumu adalah harapan Esa kami."
"Aku paham, teman-temanku akan menjadi rekan satu tim yang berjuang bersama kita," kata Lu Li.
"Bagus, aku akan mencari sumber mimpi buruk berdasarkan fragmen-fragmen yang kamu kumpulkan, pahlawan. Dengan begitu kita bisa membuka retakan untuk menarik Ilidanikus keluar dari mimpi giok. Tetaplah kuat, temanku. Kita akan mengajak avatar mimpi buruk memasuki alam semesta kita." Remulos berdiri di Danau Dewi Bulan Pelabuhan Malam Abadi, memulai pemanggilan Ilidanikus.
Empat fragmen mimpi buruk digenggamnya di tangan, mantra mulai dibacakan. Cahaya hijau berpusar di ujung jarinya.
Saat bacaan mistis Penjaga selesai, gaya tak kasat mata bagai pedang tajam tiba-tiba menggores langit di atas Danau Dewi Bulan, membentuk celah retakan.
Itulah jurang ruang-waktu, belahan mimpi giok telah terbuka...
"Jangan lengah, petualang. Bersiaplah! Invasi Ilidanikus akan membawa perang kekacauan ke seluruh alam semesta." Sang Penjaga Remulos mengaum: "Dia akan menggunakan segala cara untuk menghancurkan tubuh Malfurion. Kita tak boleh membiarkan ini terjadi... Tyrande sedang dalam perjalanan, kita harus mengendalikan binatang buas itu sebelum kedatangannya."
Retakan di langit semakin membesar, getaran udara di Moonlight Clearing terasa jelas saat sang Penjaga berteriak: "Pertahankan Pelabuhan Malam Abadi, pahlawan..."
Tak perlu perintah lagi, semua orang bisa menyaksikan siluet yang berdesakan masuk melalui retakan.
Ilidanikus benar-benar luar biasa besar hingga retakan itu hampir tak cukup untuk dimasukinya, Remulos terpaksa melanjutkan mantra untuk menyediakan saluran yang lebih luas.
Di tengah rintihan tertekan dan decak kagum para pemain, siluet hijau sang Tiran Mimpi Buruk Ilidanikus terbang keluar dari retakan, melesat dari ketinggian dengan sayap raksasa yang hampir menyelimuti seluruh Moonlight Clearing.
"Serangan penuh! Eliminasi dia sebelum berhasil menghancurkan efek perisai!" perintah Lu Li dengan tegas.
Remulos harus memimpin sebuah ritual, jika tidak mimpi giok akan menyebar ke seluruh benua - saat itu semua makhluk akan hidup dalam mimpi, perlahan melangkah menuju maut seiring membusuknya fisik, yang berarti benua Azeroth akan dihabisi seluruhnya.
Karenanya, ketika Ilidanikus muncul di langit Moonlight Clearing, Remulos sama sekali tidak bisa bertindak.
Druid Moonlight Clearing membentangkan efek perisai kekuatan alam untuk melindungi Pelabuhan Malam Abadi dan Remulos. Namun bahkan orang bodoh pun bisa membayangkan bahwa perisai ini memiliki Daya Tahan, terutama saat menghadapi Ilidanikus dalam kondisi seperti ini.
Yang pertama bertindak menyerang adalah pemain Pedang Penghakiman. Prinsip "semut banyak bisa menggajah sampai mati" bukanlah omong kosong belaka.
Namun seiring waktu, yang menjadi penanggung jawab utama damage bukan lagi hanya pemain Pedang Penghakiman. Atmosfer di TKP akhirnya menginfeksi para pemain sampingan yang awalnya hanya mengintip, membuat beberapa dari mereka tidak tahan lagi untuk ikut terlibat.
Sebagian mungkin merasa partisipasi bisa memberi hadiah, sebagian lagi benar-benar hanya karena kebosanan - toh ini hanya sasaran yang tidak akan melawan balik.
Yang terpenting adalah atmosfer tersebut, suasana menantang komunitas naga raksasa itu.
Manusia mudah terbawa arus ketika menghadapi sesuatu yang kuat. Itulah mengapa banyak pasukan yang nekat maju ke medan tempur dalam perang—sebenarnya bukan karena mereka tak takut mati. Tidak ada orang yang tidak takut maut di dunia ini. Hanya ada atmosfer yang membuat mereka mengabaikan segalanya saat itu.
Efek perisai itu pun segera hancur berkeping-keping. Para Druid tergeletak lemah di tanah tak mampu bangkit, sementara korban jiwa mulai bermunculan di antara para pemain.
Kabur?
Bagaimana mungkin lari di depan banyak orang seperti ini?
Kalau direnungkan, kematian dalam game ini hanyalah sesuatu yang biasa. Para pemain yang bisa bertahan hingga hari ini sudah tidak ada yang takut mati. Bahkan jika awalnya ada rasa takut, kematian yang berulang akan membuat mereka terbiasa.
Demi menjaga muka pun, tidak boleh kabur.
Alhasil, para pemain terus berganti seperti ombak. Kekhawatiran Lu Li justru tidak terjadi—malah semakin banyak orang yang sengaja datang setelah mendengar kabar perang di sini, ikut ambil bagian.
Setelah peristiwa itu, seorang wartawan mewawancarai pemain yang terlibat kala itu. "Mengapa Anda memutuskan untuk bergabung?"
"Jawaban yang diberikan pemain sangat polos, di dunia nyata mungkin tidak akan pernah menemukan situasi berdarah panas seperti ini. Kenapa tidak melepaskan diri dalam game, meningkatkan serangan, mati, lalu setelah regenerasi kembali bertempur."
"Pengalaman seperti ini jika terjadi di dunia nyata, cukup membuat seseorang hingga masa tua bisa membanggakannya ke cucunya."
