“Hmph!” Aesiregoth mengeluarkan suara "Hmph!" keras: "Jika aku tidak mengerti hal yang benar, mungkin aku akan menganggapmu sedang mengejekku, manusia biasa. Sebenarnya ucapanmu ada benarnya juga, mungkin layak dicoba seperti katamu, tapi lebih baik kau bungkus dirimu rapat-rapat."
“Baiklah, beraninya aku bertanya, bagaimana cara mendapat pelampung pancing Orichalcum?” Lu Li tak berdaya membantah.
“Serahkan buku perhitungan ini kepada teman lamaku di Tanaris, namanya Narian, seorang teknisi jenius yang sangat ekstrem. Dia seharusnya bisa memahami semua ini. Tak perlu berterima kasih, sungguh, ini memang tugasku...”
Sungguh tidak ada niatan untuk berterima kasih, “Semoga beruntung.” Lu Li memberi salam dengan barang-barangnya, lalu pergi dari tempat itu.
“Apa sih ini yang kau tunjukkan padaku.” Dengan suara Krek!, buku perhitungan dari Aesiregoth itu dihujamkan ke wajah Lu Li sebelum akhirnya jatuh ke debu.
"Tapi Aesiregoth, Yang Mulia Naga Biru mengatakan seharusnya kamu bisa memahaminya." Lu Li sudah tidak tahan lagi ingin berbalik dan memenggal naga biru mati itu.
"Ah si gila itu." Teknisi kurcaci Narain menggelengkan kepala: "Memang benar aku punya bakat linguistik, tapi bahasa Naga ini seperti tujuh lubang yang hanya kumengerti enam - sama sekali tidak paham!"
"Apakah Anda benar-benar sekutu dengannya?" Lu Li memandangnya dengan wajah penuh belas kasihan.
"Aku mengerti maksudmu. Maksudmu betapa besar hatiku bisa berteman dengan naga hina itu alih-alih membunuhnya untuk dijadikan makhluk mesin." Teknisi kurcaci Narain berkata dengan perasaan haru: "Sebenarnya ide itu selalu ada di pikiranku. Lalu menurutmu kenapa aku berteman dengan naga?"
"Semoga keinginanmu terkabul." Kata Lu Li dengan penuh semangat.
"Haha, mari kita lihat apa isi buku catatan sihir ini. Aesiregoth si naga hina itu pasti tahu aku tidak bisa bahasa Naga, tapi kenapa dia menulis semua ini dengan bahasa Naga?" Teknisi Kurcaci Narian menggosok-gosokkan tangannya.
Perbedaan ras dan status justru menyatukan keduanya menjadi teman baik berkat kebencian yang sama terhadap Aesiregoth.
"Ada cara lain?" Waktu respawn Naga Biru tiga hari. Kembali untuk bertanya akan membuang-buang waktu.
"Sebenarnya ada solusi. Teknik rekayasa agung bisa menyelesaikan semua masalah! Untuk menerjemahkan ini, kita harus pakai kacamata ramalanku. Sayangnya, baru-baru ini sahabat karibku—bukan, mantan sahabat karib, Stewart Volair, menjatuhkanku dan mengambil kacamataku!"
"Hmm... teman-teman Yang Mulia memang... cukup unik." Lu Li hanya bisa berkomentar demikian.
“Dia sudah bukan temanku lagi, aku tekankan sekali lagi, itu mantan sahabat karib.” Teknisi kurcaci Narian berkata dengan garang: “Dengan bantuan bola kristal setiaku, sekarang aku sudah menemukannya. Dia mungkin berada di Tembok Greymane di Hutan Perak, atau di Daratan Terlarang yang dipenuhi pintu teleportasi, di sana penuh anggota Burning Legion. Kamu harus melacaknya lalu mengambil kembali kacamataku!”
“Sama sekali tidak masalah. Sekadar bertanya, apakah Anda punya cara untuk mengirimku ke Daratan Terlarang juga?” Lu Li bertanya.
“Hah, yang ini benar-benar tidak bisa. Beberapa barang masih dalam tahap percobaan.” Narian menolak Lu Li tanpa ragu. Sebelum Daratan Terlarang dibuka, jelas pemain tidak bisa menginjakkan kaki di tanah itu.
“Itu benar-benar penyesalan.” Lu Li berkesedihan untuk Cincin Supreme-nya.
"Daratan Terlarang tidak bisa dimasuki, untungnya masih ada Hutan Perak untuk menunggu kelinci menabrak pohon. Lu Li segera mengirim personel dan menemukan kurcaci yang bersembunyi ini di sebuah kotak di tepi Tembok Greymane - mengurung diri dalam Peti Harta, memang individu yang jenius."
"Selamat siang, Stuart Worgen, jika saya tidak salah orang." Lu Li memberikan salam dengan sopan layaknya pria terhormat: "Saya membawa salam dari Narain."
"Tidak, aku tidak percaya dia menemukanku. Kukira sudah meluruhkannya di Daratan Terlarang. Aku tidak akan kembali, tidak, sama sekali tidak. Aku tak mau lagi menjadi teman dan budak full-time-nya!" Stuart Worgen meringkuk di dalam kotak, berteriak seperti burung unta.
"Sobat, kurasa ada sedikit kesalahpahaman. Saya bukan datang untuk menangkapmu kembali, hanya mencari Kacamata Peramalan Narain." kata Lu Li.
“Kamu hanya ingin kacamata kuramalkan-nya, baiklah, ini bukan masalah. Beri aku satu menit. Lho, kok hilang..." Stuwaldo mencari-cari kacamata kuramalkan yang tak kunjung ditemukan. Setelah beberapa saat, dia menjelaskan dengan malu: "Ada beberapa kabar buruk, dan beberapa kabar yang lebih buruk. Kabar buruknya adalah aku kehilangan kacamatanya. Kabar yang lebih buruk adalah, aku menghilangkannya minggu lalu saat berkeliaran di Hati Magma. Ya, kamu tak salah dengar - Hati Magma. Ini jelas di luar kemampuanku. Selamat tinggal!"
"Mau kabur? Tak semudah itu! Setidaknya kamu ingat di wilayah mana benda itu hilang?" Lu Li menarik anggota ini.
"Baiklah, baiklah! Aku akan ikut kalian. Tapi jangan beri tahu Narian aku di sini." Stuwaldo membuat sedikit kompromi.
Tugas meski dikerjakan oleh Lu Li seorang diri, namun yang mendukung di belakangnya adalah seluruh klub Pedang Penghakiman. Cukup mengacungkan jari, langsung tersedia pasukan Hati Magma yang lengkap dan kuat, berbaris megah memasuki dungeon.
Tak butuh waktu lama, Lu Li menemukan kacamata peramalan yang hilang dari tubuh Lucifron.
"Jangan beri tahu Narian posisiku, kumohon." Pesan terakhir Stuart Woll kepada Lu Li. Tampaknya hari-hari diperbudak sahabat karib itu benar-benar kenangan buruk. Dia lebih memilih mengembara di luar daripada kembali.
"Dia seorang peramal, kamu tahu. Untuk hal ini aku hanya bisa mendoakanmu." Lu Li menggeleng, "Aku mencintaimu tapi tak bisa menolong."
"......" Kurcaci malang itu nyaris jatuh dalam keputusasaan.
"Oh, kembalikan kacamataku. Biar kuperiksa apakah ada kerusakan." Setelah memeriksa, teknisi kurcaci Narian bertanya, "Mana Stuart Woll? Di mana dia? Mengapa tidak membawanya kembali?"
“Dia sepertinya sangat protes karena kamu memperlakukannya seperti budak.” Lu Li berkata.
“Tidak, Elf, aku menganggapnya sebagai saudara. Tapi ternyata dia malah menumbangkanku dan mencuri kacamataku!” kata kurcaci teknisi Narain dengan marah. “Jika ada prinsip yang harus kamu pahami dariku, itu adalah: Jangan pernah ikut campur urusanku. Hal yang kulakukan berada di luar pemahmanmu. Contohnya, tahukah kamu apa itu penyearah energi listrik mental? Jelas tidak. Itulah mengapa aku yang bertanggung jawab atas seluruh proyek, sedangkan Stutvolt hanya bisa jadi kurir.”
“Ya, Tuan. Aku paham maksud Anda.” Lu Li langsung mengikuti arah angin. “Jika diperlukan, segera akan kusuruh orang menelanjangi dan melemparkannya ke tempat tidur Anda.”
“Baiklah, jika kamu ingin melanjutkan, aku butuh ayam seberat 500 pon.” Kurcaci teknisi Narain terlihat puas dengan sikap Lu Li yang mengakui kesalahan.
“Lima ratus pon?!” Pergi jauh-jauh lah, 500 pon masih pantas disebut ayam?!
