Banyak pemain level rendah berkumpul di sini, karena tidak semua orang suka upgrade level secara bertahap dengan berburu monster satu per satu.
Soal upgrade via tugas? Maaf, kecuali nilai daya tarikmu luar biasa tinggi, hampir mustahil mencapai level 60 hanya dengan tugas. Mayoritas orang harus grinding monster untuk EXP.
Banyak juga yang memilih berbisnis di sini.
Dengan menerima bayaran untuk membantu upgrade level, satu grup bisa membawa 4 akun baru. Cukup tarif belasan koin perak per orang per sesi, sehari bisa dapat ratusan koin emas - lebih untung daripada karyawan kantoran manapun.
Tapi ini adalah paten para penyihir, profesi lain dengan peralatan biasa sekalipun operasinya sangat lihai, tetap tidak bisa mengulang kompleks dungeon berwarna darah secara efektif. Jika butuh lima jam baru bisa menyelesaikan satu putaran, lebih baik menambang atau mengumpulkan herbal untuk menghasilkan uang.
Tentu saja, ada juga yang datang untuk membantu teman meningkatkan level, sekaligus mengajak anak kecil secara gratis.
Lu Li memasuki Gudang Senjata terlebih dahulu. Dia terkejut menemukan probabilitas elite monster mengumpulkan jiwa sangat tinggi, jauh melebihi imajinasinya. "Baru" delapan puluh lebih monster sudah mengumpulkan satu jiwa.
Anak yang malang, dia sudah menganggap diri mereka cukup "jahat".
Setelah membersihkan area Gudang Senjata, akhirnya mendapatkan jiwa ketiga. Sayangnya dua jiwa yang didapat dari sini bukan jiwa BOSS, jiwa BOSS jelas tidak semudah itu dikumpulkan.
Di luar dungeon, Lu Li hampir dikalahkannya.
Tidak, HP-nya sangat tinggi, kerusakan sedikit ini sama sekali tidak berpengaruh, apalagi dia memakai lencana yang menambah semua sifat sebesar dua ratus. Benda ini memang hanya berguna untuk menambah semua sifat dua ratus, tidak ada efek tambahan sama sekali, tapi tambahan HP-nya agak berlebihan. HP Lu Li sudah berhasil mencapai lima ribu poin, bahkan bisa dibandingkan dengan prajurit gila biasa tentang siapa yang lebih tebal darahnya.
Tapi Lu Li memang berhasil diserang.
Menguras ratusan poin HP-nya!
Seandainya dia tukang cari gara-gara, mungkin sudah krekkk langsung tumbang sambil merintih menunggu orang lain mengirim biaya pengobatan, setidaknya bisa menipu seratus dua ratus ribu.
Orang yang menyerangnya pun membeku sejenak, jelas penampilan Lu Li ini tidak konsisten dengan target yang ingin mereka intai.
"Kenapa serang aku?" Lu Li terlihat polos.
"Sepertinya salah sasaran, lebih baik kita jangan menantang dia deh, seorang pencuri mana mungkin merebut bisnis kita," salah satu penyihir berbisik tidak terlalu pelan saat bernegosiasi dengan rekannya.
“Bunuh dia!” Yang satunya, juga penyihir, tanpa ampun melanjutkan serangan ke Lu Li.
Mengingat rekan-rekan sudah bicara, orang-orang ini——semuanya penyihir level tinggi, tentu tidak mungkin untuk berselisih dengan rekan mereka sendiri demi seorang pencuri tak dikenal. Selama ini organisasi kecil mereka selalu mengikuti perencanaan dan perintah dari penyihir yang ingin menyerang ini.
Semut banyak bisa menggajah sampai mati, apalagi orang-orang ini belum sampai lemah untuk disebut sebagai semut.
Lu Li langsung menggunakan Langkah Angin untuk menghalau kerusakan, lalu masuk ke mode penyamaran.
“Langkah Angin, sial!” Para penyihir ini cukup tahu barang bagus, setidaknya mereka mengetahui keberadaan skill seperti Langkah Angin.
Langkah Angin bagi Lu Li dan kawan-kawan adalah skill wajib, di dungeon saat skill book ini muncul tidak ada yang membutuhkannya. Cara penanganannya biasanya dilempar ke Gudang Serikat, dengan membuka kewenangan ke semua anggota serikat. Cukup menukar poin tertentu untuk mendapatkannya.
Tapi pemain biasa berbeda, banyak dari mereka hingga kini masih belum memiliki skill Langkah Angin.
“Memancing keluar dia.” Pemimpin penyihir langsung menggelar badai salju di depan, berusaha memaksa Lu Li yang baru masuk penyamaran muncul. Penyihir lain pun melakukan hal serupa, seketika menutupi area besar dengan rapat.
Beberapa akun baru yang baru keluar dungeon juga terkena imbas. Pemain yang leveling di sini umumnya sekitar level tiga puluh, tak punya peluang melawan badai salju penyihir level enam puluh.
Beberapa mayat langsung bergelimpangan di tanah, tapi pencuri yang ingin mereka tangkap tetap tak berbekas.
“Ngapain lawan dia? Pencuri ini kayaknya kuat banget.” Seorang penyihir mengeluh.
“Skill kita cuma ngikis sedikit darahnya. Perlengkapannya pasti sangat bagus. Kalau bisa membunuhnya dan mengambil perlengkapannya, kita bakal sukses!” ujar pemimpin penyihir.
“Bener juga.” Mata para pelaku lainnya berbinar, teringat hal itu.
Maka, kelompok ini pun berakting mati-matian mencari pencuri untuk dijarah, sampai ada yang menyela mereka.
"Serang saja aku! Membunuh orang polos bukanlah kemampuan!" Seorang penyihir berbaju jubah biru muncul di pintu dungeon, tepat di posisi tempat Lu Li baru saja keluar. Melihat kejadian ini, diliputi amarah membara.
Hanya dialognya agak kekanak-kanakan.
Kalian sedang berakting? 'Orang polos' yang dimaksud, jangan-jahan diri kalian sendiri?
Lu Li yang awalnya ingin menghindar dan langsung masuk dungeon menghentikan langkah kaki. Ia merenung, dirinya memang benar-benar polos. Jika serangan pertama bisa disebut kesalahpahaman, pengejaran berikutnya jelas bukan lagi kesalahan paham.
"Hehe, berani muncul lagi? Bunuh dia juga! Peralatan yang baru saja di-drop tadi cukup bagus," penyihir pemimpin tertawa terbahak-bahak.
Penyihir Jubah Biru awalnya berencana berbalik kembali ke dungeon, karena tinju tak bisa melawan empat tangan. Tapi melihat ada yang terkena imbas karena dirinya, ia pun mengerahkan keberanian bergabung dalam pertempuran sambil berteriak: "Aku membimbing pemain baru secara gratis mengganggu kalian bagaimana? Kalian benar-benar keterlaluan!"
"Karena kami memang muak melihat wajahmu!" Para penyihir ini jelas bukan pertama kali berani melakukan hal seperti ini, teknik PK mereka semua cukup mumpuni.
Penyihir Jubah Biru segera terdesak. Jika bukan karena orang-orang ini masih ingin memancing Lu Li keluar, mungkin sudah sejak lama mereka bekerja sama mengalahkannya.
Lu Li berdiri menempel di dinding, persis menghindari jangkauan badai salju. Ia mengeluarkan decakan kagum. Orang baik bukan hal asing baginya, tapi yang sampai selevel ini benar-benar langka. Membimbing orang tanpa memungut bayaran saja sudah luar biasa, apalagi mau mempertaruhkan nyawa untuk orang asing.
"Kalian para preman ini, aku akan bertarung habis-habisan!"
Tiba-tiba, beberapa pemain bergabung dalam pertempuran.
Target mereka jelas adalah para penyihir yang ingin membunuh Lu Li ini. Apakah ada yang ingin menolong dengan menghunus pedang?
Tapi, orang-orang yang turun tangan ini terlalu lemah. Jelas-jelas akun baru level tiga puluh, masuk ke dalam badai salju murni tindakan bunuh diri.
"Xiao Yuan, jangan mendekat, minggirlah!"
"Kakak Shenghun, kami tidak takut mati!"
Lu Li hanya bisa menggelengkan kepala, merasa seperti menonton film klise yang berlebihan. Tapi apa yang bisa dia lakukan? Akun-akun baru itu langsung tewas begitu masuk.
"Aku akan bertarung habis-habisan dengan kalian!" teriak Penyihir Jubah Biru yang dipanggil Shenghun dengan putus asa. Pola bertarungnya yang awalnya defensif-Ofensif berubah total, jelas ingin mempertaruhkan nyawa.
Gak habis pikir, dialog kayak gini masih dipake? Penulis naskahnya Tante Qiong Yao dari ratusan tahun lalu ya?
Lu Li menghela napas, melepas Lencana Pembentuk Jiwa. Dia sama sekali tidak mengagumi tokoh-tokoh utama dalam drama besar ini - mulai dari penyihir pekerja leveling berhati hitam, penyihir yang menawarkan jasa leveling gratis, bahkan sampai akun baru yang nekad menyerbu meski tahu itu bunuh diri. Tiba-tiba dia tersadar bahwa dirinya juga adalah korban.
Korban yang menuntut keadilan untuk diri sendiri adalah hal yang sepenuhnya logis.
