Setelah jeda dua minggu, perang benteng kembali mengganas. Klub-klub besar terpaksa mengalihkan energi dari eksplorasi dungeon baru yang sedang panas ke pertahanan benteng.
Klub tanpa benteng berjuang mati-matian untuk mendapat satu, sementara yang sudah punya enggan melihat bentengnya direbut.
Seperti dikatakan Komandan Kar Pokken dari Xuese Zhanqi: Ini adalah pertarungan bertahan hidup.
Meski Pedang Penghakiman menguasai dua benteng yang kokoh seperti besi, tetap ada klub-klub bermentalitas spekulatif yang menantang, bahkan beberapa orang menghubungi Lu Li atau Genhao San menawar benteng dengan realitas dalam jumlah besar.
Harga yang ditawarkan benar-benar absurd, baru kemudian Lu Li tersentak menyadari bahwa nilai pasarnya sendiri ternyata telah mencapai ratusan juta.
Tentu saja, dia tidak akan menjual. Orang bodoh pun tahu tidak boleh membunuh ayam untuk mengambil telurnya. Selama "Fajar" berkembang sehat dan teratur, industri-industri ini hanya akan semakin bernilai.
Mungkin di masa depan ketika asetnya bertambah, dia akan mencairkan sebagian untuk memperbaiki kehidupan di dunia nyata.
Dulu Lu Li sangat paham hidup hemat dan mengelola rumah tangga, tapi itu bukan sifat aslinya. Pada dasarnya semua manusia adalah hedonis. Setelah adik perempuannya sembuh dan klub berjalan di rel yang benar, yang dia inginkan adalah meningkatkan kualitas hidup.
Contohnya belakangan ini dia ingin memiliki mobil, terbaik adalah jenis yang lebih keren.
Setiap pria pasti punya mimpi memiliki mobil mewah. Lu Li menyukai jenis SUV klasik yang gagah, mengemudikannya memberi aura karakter pria sejati, aspek keamanan juga terjamin.
Jika sedang berkencan dengan Elf Air dan membiarkan Elf Air yang menyetir, itu akan terlihat kampungan.
Perang benteng kali ini tidak membuka peta baru, sehingga 10 benteng yang sudah ada menjadi rebutan semua orang. Benteng-benteng tersebut adalah: Blackshore dan Lembah Abu-abu milik Pedang Penghakiman, Bagian Barat Jauh milik Paviliun Hujan Ringan, Tanaris milik Surga Ketujuh, Tanah Tandus dan Lembah Duri milik Ibu Kota Kejayaan, Bukit Hillsbrad milik Xuese Zhanqi, Pegunungan Batu Cakar milik Kota Wushuang, Pilar Batu Seribu milik Fajar Bersayap, serta Kawah Anjungan milik Hongtu Baye.
Di antaranya, dua benteng milik Pedang Penghakiman memiliki sejarah terpanjang dan sistem pertahanan yang paling matang.
Relatif lebih mudah diserang adalah benteng Hongtu Baye. Bagaimanapun usaha mereka, kelemahan dasar klub yang kurang kuat tidak akan menunjukkan perkembangan berarti dalam jangka pendek, sehingga memberi kesan "siapa saja bisa mengganggu mereka".
Selanjutnya ada Fajar Bersayap, Surga Ketujuh, Xuese Zhanqi, dll. Benteng-benteng mereka sudah terlalu sering dilanda perang sehingga tidak sempat berkembang dengan baik.
Hasil lelang tanah pagi ini sudah keluar.
Mungkin karena melihat Sistem tak kunjung merilis peta baru, klub-klub yang menunggu peta baru tidak bisa duduk diam. Harga deal lelang tanah kali ini melonjak puluhan persen dibanding sebelumnya, yang terendah bahkan sudah mencapai 70-80 ribu koin emas. Estimasi ulang untuk menembus batas 100 ribu koin emas hanyalah soal waktu.
Semakin tinggi harga deal lelang tanah, semakin menguntungkan klub seperti Pedang Penghakiman yang memiliki dua wilayah.
Jika tidak berhasil membeli kualifikasi penyerangan benteng, koin emas yang ditawar memang akan dikembalikan, tapi hanya sekitar enam puluh persen. Empat puluh persen sisanya, separuh masuk ke perusahaan game, separuh lagi ke benteng yang dilelang.
Jadi hanya dari lelang kualifikasi saja, Pedang Penghakiman sudah mendapat pendapatan 40.000 koin emas.
Sedangkan klub yang berhasil membeli kualifikasi tapi kalah dalam pertarungan, separuh koin emas yang mereka keluarkan akan masuk ke perusahaan game, separuh lagi ke benteng - lagi-lagi pendapatan besar yang menggiurkan.
Risiko dan kepentingan berjalan beriringan. Jika benteng berhasil dijatuhkan, klub tersebut tidak hanya akan mendapatkan sebuah benteng, tetapi juga seluruh pendapatan yang seharusnya menjadi milik pihak benteng akan dialihkan atas namanya.
Lu Li harus menghargai perang benteng. Dia bahkan berharap bisa mengadakan perang benteng setiap hari.
Satu kali perang benteng dapat membuat Pedang Penghakiman yang menguasai dua benteng memperoleh sekitar 200.000 koin emas atau lebih. Sementara kerugian seperti ramuan, biaya perbaikan, dan peralatan untuk pertahanan benteng, semuanya dapat terselesaikan dengan maksimal 50.000 koin emas.
150.000 koin emas, dengan rasio 35 harga pasar saat ini, dapat ditukarkan menjadi Lima juta realitas.
Tentu saja, perkembangan dalam game sangat membutuhkan koin emas. Biasanya koin emas tidak akan ditukar keluar. Untuk menghemat koin emas, terkadang bonus untuk anggota serikat yang unggul dalam performa dibagikan dalam bentuk realitas.
Dua benteng milik Pedang Penghakiman kali ini memperoleh hak penyerangan masing-masing dari Ibu Kota Kejayaan dan Bangsawan Jiangnan.
Bekas klub top pertama dan kedua di Tiongkok, kini sama-sama mengincar tanah warisan Pedang Penghakiman. Dalam arti tertentu, Lu Li sudah pantas merasa bangga.
Lagipula, dia memiliki keyakinan yang cukup besar.
Inilah alasan mengapa dia tidak meminta Paviliun Hujan Ringan atau Kota Wushuang untuk menyerang benteng serikatnya sendiri. Meski pasti segalanya sempurna, tapi keuntungan yang seharusnya didapat juga hilang.
Lu Li memimpin satu tim menghadapi Ibu Kota Kejayaan di Lembah Abu-abu, sementara Piao Ling dan Wei Yun Dan Yue memimpin pasukan di Benteng Blackshore untuk melawan Bangsawan Jiangnan. Pertarungan tiga klub top ini menarik banyak sorot mata.
Tiket masuk juga menjadi sumber pendapatan besar.
Hanya dengan pendapatan dari benteng saja, Pedang Penghakiman sudah tidak perlu menarik investasi apapun untuk mendapatkan dukungan finansial demi perkembangan pesat.
Lu Li dan Xiao Mo bisa dibilang teman lama. Di Forum 'Fajar' ada banyak tulisan tentang hubungan emosional mereka yang bernuansa BL, juga sejumlah besar fudanshi dan fujoshi yang tidak mendukung CP Lu Li dengan Elf Air, lalu menciptakan berbagai CP baru hasil imajinasi.
Terakhir kali, Wei Yun Dan Yue membawa pasukan untuk melakukan serangan tipuan ke Benteng Tanah Tandus milik Pedang Penghakiman. Xiao Mo dan dia saling tatap dengan tegang hingga detik terakhir. Meski terlihat santai bagai angin sepoi-sepoi, sebenarnya hatinya mendidih kemarahan.
Betapa berharganya waktu. Jika satu kesempatan terbuang, banyak persoalan akan mengalami transformasi.
Kali ini, Ibu Kota Kejayaan mengabaikan benteng yang lebih mudah ditaklukkan dan kembali membidik Pedang Penghakiman. Ini sepenuhnya sesuai dengan sifat asli Xiao Mo yang takkan pernah menghindar dari pertarungan hanya karena kesulitan.
"Bos, strategi apa yang akan mereka gunakan?" Fat Monkey menjulurkan lehernya, menunggu musuh muncul.
"Pertempuran sengit ya. Xiao Mo sebenarnya jarang pakai strategi. Strategi itu barang yang cuma disukai pihak lemah. Petarung kuat mengandalkan gaya untuk menghancurkan." Lu Li pernah mempelajari karakter Xiao Mo, ini adalah musuh utama nomor satunya.
"Ck, kita juga nggak lemah." Fat Monkey bersikap sombong.
"Houzi, sikapmu begini nggak bisa. Jangan meremehkan lawan manapun, apalagi lawan sekelas Xiao Mo. Baik kamu maupun aku, sama-sama tidak layak meremehkan Xiao Mo." Lu Li berkata dengan khidmat.
Sebelum bertarung dengan Xiao Mo, sosok Xiao Mo di benak Fat Monkey adalah pertempuran besar yang tak tertembus. Setelah berhadapan dengannya, pujian berdatangan dari dunia luar yang menganggapnya sebagai kandidat paling berpeluang mewarisi Gelar Dewa Sihir Xiao Mo. Perbedaan yang terlalu besar ini membuat Fat Monkey tak bisa hindari tersesat.
"Aku mengerti." Fat Monkey diam sejenak lalu mengangguk.
Pasukan inti Ibu Kota Kejayaan segera muncul dalam pandangan, sebagian besar wajah-wajah familiar. Tampaknya kali ini mereka serius, yang datang adalah orang-orang terkuat klub.
Oh, tidak, bukan hanya Ibu Kota Kejayaan.
Ada juga Ning, Yun Tianye, Windwhisper dan lainnya di antara mereka. Ini jelas menunjukkan para bos besar Legiun Angin Kencang juga dikerahkan. Dua klub top bersatu, level pertempuran langsung naik beberapa tingkat.
Menurut aturan penyerangan benteng, benteng yang berdekatan lebih mudah diserang dibandingkan yang tidak terkait. Alasan utamanya adalah jumlah cadangan personil lebih sedikit, sehingga bisa memilih lebih banyak jagoan.
Kali ini kubu Ibu Kota Kejayaan hampir seluruhnya jagoan top.
Dua komentator yang sedang menyiarkan pertarungan ini tertegun tak bisa bicara. Salah satu langsung merintih: "Sudah lama Ibu Kota Kejayaan tidak mengerahkan pasukan sekuat ini!"
Keunggulan apa yang dimiliki Pedang Penghakiman?
Tembok benteng, Pohon Pengetahuan, dan kehendak pantang menyerah mereka. Di wajah rekan-rekannya, Lu Li hanya melihat semangat bertarung yang kental, tanpa sedikit pun rasa takut atau keinginan untuk mundur.
Lu Li merasa, bahkan jika mereka kalah dalam pertempuran ini, dia tidak akan merasa menyesal.
"Mereka membawa tangga, entah bagaimana cara membuatnya." Fat Monkey mengamati dengan cermat. Sebelumnya Lu Li mengatakan Xiao Mo tidak punya strategi, tapi dia tidak terlalu percaya sehingga terus memantau senjata pamungkas lawan.
"Sejak zaman kuno, tangga sudah digunakan untuk menyerang benteng. Ini game realitas virtual, cepat atau lambat pasti akan muncul." Lu Li menenangkan semua orang sambil berkata: "Fungsi tangga terbatas, paling-paling hanya mengirim beberapa orang ke atas. Cukup bunuh mereka saja."
"Betul! Datang ke sini cuma mengirim peralatan gratis." Wei Lan Hai Feng mengayunkan senjata legendaris barunya, berkata dengan penuh keyakinan: "Kita Takkan Takut!"
Meriam ditambah tangga penyerbuan, membentuk pedang-pedang tajam ofensif. Pedang Penghakiman membalas tanpa ampun dengan tembakan meriam dan skill. Pertempuran langsung memasuki keadaan memanas yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak awal.
"Ada yang naik ke atas, bunuh dia!" teriak Lu Li keras-keras.
Mengiringi teriakannya, siluet yang lebih cepat melesat. Moonlight langsung bertubrukan dengan sang pendatang - sama-sama prajurit gila.
Ning!
Prajurit gila nomor satu Legiun Angin Kencang ini, bersama Ning, Shiyishao, Celana Emas Mematikan, dan Ming Pojun, adalah lima besar prajurit terkuat di seluruh kalangan game.
Dua prajurit besar bertubrukan. Di mata mereka, hanya ada satu sama lain.
Ning juga tahu dirinya takkan bertahan hidup setelah naik ke tembok benteng. Tujuannya adalah mengacaukan irama pertahanan di atas tembok, agar meriam bisa mendapatkan sudut tembak optimal.
Tapi dia dihadang Moonlight.
Jika yang menghalanginya adalah Lu Li, dia bisa mengabaikan. Tapi ini adalah Moonlight. Mustahil baginya menghindari perang takdir ini, bahkan perintah Xiao Mo pun takkan mampu menghentikannya.
Dengan prinsip yang sama, saat Moonlight melihat Ning, dia langsung menerjang.
Para pemain kelas prajurit selalu punya darah berdesir panas. Kejayaan adalah batas psikologis yang takkan pernah bisa mereka lewati.
Lu Li tidak bertindak soliter. Seperti dia yang terus mengamati Xiao Mo, Xiao Mo juga memantau posisinya. Begitu ada kesempatan, keduanya takkan ragu mengerahkan semua serangan untuk melumpuhkan lawan.
Pertempuran tanpa komandan bagai perahu takkan kemudi - tak ada yang bisa memprediksi arahnya.
