Highlord Mograine yang menggenggam artefak suci Pembawa Debu, merupakan Ksatria Suci besi darah paling ikonis dan berpengaruh di seluruh benua.
Senjata yang dipenuhi tenaga keadilan ini bahkan dipuji oleh Raja Lich Arthas: "Jika kita bisa mengasimilasi 'Pembawa Debu' dengan 'Frostmourne'-ku, seluruh alam semesta akan gemetar di bawah pedangku!"
Namun, Highlord Mograine adalah prajurit dengan iman yang teguh.
Sebagai salah satu pendiri Tentara Salib Berdarah, Mograine terus bertempur di garis depan Tanah Wabah yaitu Stratholme. Banyak pasukan Bencana yang menyerbunya untuk merebut "Pembawa Debu", namun yang menunggu mereka adalah penghakiman terang.
Dengan mengayunkan "Pembawa Debu", Mograine menginjak jenazah pasukan Bencana yang telah menjadi debu. Ia memimpin pasukan Salib Berdarah merebut Gereja Besar Stratholme dan membangun benteng kokoh yang tetap berdiri hingga hari ini.
Sebagai putra "Pembawa Debu" Renault Mograine, dia terus diselimuti cahaya sang Ayah. Namun sebagai pribadi yang kompetitif, dia tidak ingin bergantung pada perlindungan ayahnya. Dia ingin membuktikan bahwa dirinya adalah petualang pemberani dan Tak kenal takut.
Tapi sang atasan sepertinya tidak mengakui performa Renault. Dia terus mencari-cari kesalahan anaknya, sering menghukum Renault di depan umum. Hal ini membuat Renault yang memiliki harga diri tinggi sangat kecewa. Campur tangan dalam hubungannya dengan White Mane semakin memicu kebencian mendalam terhadap ayahnya.
"Mengapa Ayah tidak menyetujui hubunganku dengan White?"
"Emosi dan nafsu daging akan menghilangkan kehendakmu untuk berperang," jawab sang atasan dengan dingin terhadap keraguan anaknya.
"Bagaimana mungkin? Kira aku masih anak kecil yang cengeng? White juga salah satu dari sedikit wanita di Tentara Salib Berdarah yang memiliki kekuatan suci kuat. Apa dia tidak bisa mengendalikan keinginan mereka?"
“Lalu kutanyakan padamu, jika Bencana menempatkan White di hadapanmu, bisakah kau mengendalikan amarah dan keputusasaanmu?”
“……”
“Jawab aku, Nak!”
“Ayah, jika Bencana menangkapku, menyiksaku, menempatkanku di hadapanmu, bisakah Ayah mengendalikan amarah dan keputusasaan?”
“Nak, Ayah akan membebaskanmu dulu, lalu menghancurkan semua Bencana yang menyiksamu. Kau paham, Renault?”
Renault menunduk dan menjawab pelan: “Aku paham, Yang Mulia.”
Perang masih berlanjut. Pasukan Bencana mengepung Sang Atasan, Renault, dan Fairbanks demi merebut "Pembawa Debu" untuk memuaskan keinginan tuan mereka.
Meski "Pembawa Debu" masih perkasa, manusia tetaplah manusia. Menghadapi pasukan Bencana yang bergelombang seperti air pasang, Fairbanks tumbang, Sang Atasan pun tumbang. Hanya Renault muda yang masih bertarung sengit. Menghadapi kegilaan berani Renault, Bencana pun mundur.
"Bantu kami, Renault! Bantu ayahmu, Nak!" Atasan yang terluka parah berteriak memanggil anaknya, berharap putranya bisa membawa mereka kembali ke gereja. Tapi Renault malah mengambil "Pembawa Debu" sambil tersenyum mendekati ayahnya; "Ayah, kau sudah cukup menderita di tangan Wabah. Biarkan anakmu memberimu kedamaian!"
"Apa yang kau lakukan? Renault, apa yang kau perbuat?" Atasan menatap putranya dengan mata penuh kengerian.
"Mewujudkan sumpahmu, Ayah!"
"TIDAK!!!" "Kemarahan Debu" yang putih murni berubah menjadi pedang hijau penuh aura jahat saat menembus tubuh Atasan.
Renault melempar "Pembawa Debu" di tangannya. Ia memandangi mayat ayahnya yang semakin dingin, air mata penyesalan mengalir di pipinya.
Beberapa hari kemudian, di kedalaman Naxxramas, seorang Ksatria Kematian baru menunggangi Kuda Maut Merah yang menyimbolkan kebinasaan. "Pembawa Debu" yang merosot di tangannya menyebarkan kebencian tak berujung.
"Senang kau bersedia menjadi Ksatria Kematian Raja Lich. Meski sayang 'Ambaras Debu' tak lagi memiliki tenaga sucin, tetap kusambut kedatanganmu."
"Terima kasih, Kel'Thuzad. Kaulah yang memberiku pemahaman tentang kebenaran mutlak hidup. Akan kugunakan gaya-ku untuk membantu Raja Lich yang luar biasa membersihkan total alam semesta yang jelek ini."
"Bagus, Highlord Mograine. Kutunggu performa-mu. Para petualang Wabah! Buat dunia ini merasakan amarah kalian!"
Empat Penunggang Kiamat, mereka adalah mahakarya Kel'Thuzad dan Arthas, semuanya Ksatria Suci terkuat di benua. Para pemain menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di dungeon terakhir era enam puluhan tahun. Mungkin tidak ada BOSS tunggal sesulit Ouro atau Naga Merah Kecil, tapi setiap BOSS di sini memiliki asal-usul yang signifikan dan kekuatan luar biasa. Secara keseluruhan, sama sekali tidak mengurangi gelar sebagai dungeon akhir yang legendaris.
Setelah bertarung tiga ronde di babak 100 besar, Lu Li dan kawan-kawan baru semakin memahami mekanisme Empat Penunggang ini.
Ketiga lawan ini tidak bisa dianggap lemah. Bagaimanapun, bisa masuk ke babak 100 besar sudah menjadi manifestasi kekuatan. Orang yang terlalu rapuh dengan apa bisa masuk 100 besar? Meski menggunakan uang untuk menghujamkan jalan, tidak semua lawan mau menghargai taktik seperti itu.
Pedang Penghakiman tidak lagi bisa mencukur botak lawan seperti di konser pertama. Kehilangan dua-tiga poin sudah menjadi hal biasa. Pertandingan tim melawan Fajar Bersayap berakhir memilukan, Pedang Penghakiman langsung kehilangan empat poin. Ditambah dua poin yang hilang di pertarungan arena, skor akhir menjadi 9:6, artinya Pedang Penghakiman mengumpulkan sembilan poin sementara lawan enam poin.
Baik di pertarungan arena maupun pertandingan tim, membunuh satu orang memberi satu poin.
Sampai saat ini, setiap pertandingan selalu mendapatkan sembilan poin. Belum ada kasus skor di bawah sembilan yang berarti kekalahan.
Di papan peringkat utama, enam klub sementara ini memiliki skor sempurna: Xuese Zhanqi, Ibu Kota Kejayaan, Pedang Penghakiman, Kota Wushuang, Surga Ketujuh, dan Penjaga Biru Murni. Karena Xuese Zhanqi telah memainkan sesi terbanyak - satu sesi lebih banyak dari klub lain - mereka memuncaki klasemen.
Di dua hari pertama 100 besar, puluhan klub meraih skor sempurna. Tapi segera beberapa klub mulai bertemu dengan batu keras.
Paviliun Hujan Ringan dan Legiun Angin Kencang bertemu dalam pertandingan, hasilnya kalah, tapi mereka tetap meraih skor bagus tujuh poin.
Perang benteng tidak mungkin tetap tegak tanpa bergerak selamanya. Di minggu kedua 100 besar, peta baru Tanah Berduka langsung menyedot perhatian berbagai klub begitu muncul. Lagi-lagi benteng di peta besar, meski miskin berbunyi 'ding'.
Ya, tempat ini sangat miskin, kurang sumber daya, pemainnya juga relatif sedikit.
Tanah Berduka adalah daratan luas sebesar gunung yang terbengkalai, terletak di wilayah padang gurun. Ada legenda bahwa centaur adalah spesies hasil perpaduan putra semi-dewa Cenarius dengan putri elemen tanah yang kacau. Meski Tanah Berduka lega tidak hancur lebur menjadi Kosong dalam Perang Iblis, namun karena centaur terus bertikai, wilayah ini akhirnya menjadi padang liar.
Tapi sumber daya batu permata di Tanah Berduka punya keunikan tersendiri.
Batu permata dapat dipotong menjadi batu sintetis dengan sifat berbeda yang bisa disematkan di slot peralatan, dengan probabilitas cukup tinggi menghasilkan batu penguat sebagai produk sampingan.
Sebagian besar tambang permata dikuasai oleh centaur, di antara mereka ada yang bertransaksi dengan Goblin untuk mendapatkan senjata, peralatan, dan persediaan yang dibutuhkan untuk ekspansi dan kelangsungan hidup.
Faktanya, baik Horde maupun Alliance memiliki markas di sini. Kedua pihak memiliki beberapa tujuan yang konsisten, namun target utama mereka berbeda.
Alliance memiliki dua tujuan utama: membebaskan jiwa Zalhtar putra Cenarius, dan menghancurkan mayat hidup yang semakin berkembang di area ini; Sementara Horde harus berjuang melawan Iblis serta pengikut Iblis dari Klan Fireblade di wilayah ini.
Kedua faksi sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga membiarkan ras centaur yang terdistorsi menguasai Tanah Berduka.
Inilah daya tarik Tanah Berduka. Jika tambang permata dikuasai Alliance atau Horde, dengan kekuatan pemain saat ini menantang kedua penguasa ini jelas ibarat telur menabrak batu. Tapi berbeda jika dikendalikan centaur.
Begitu mendapatkan kendali benteng di Tanah Berduka atas nama wilayah warisan, pemain punya alasan sah untuk melakukan ekspedisi militer.
Mungkin ada yang berargumen: meski tanpa benteng, pemain tetap bisa menyerang centaur. Tapi serangan semacam itu tidak diakui sistem - centaur yang terbunuh akan direfresh, pasukan kuda mereka bakal terus menggerus seperti air pasang, bahkan klub besar pun tak sanggup menanggung pengeluaran terus-menerus.
Dengan benteng, situasi berubah. Tambang yang direbut akan menjadi harta klub.
Meski sesekali centaur masih menyerang, tapi centaur yang di-refresh di sini tidak akan muncul lagi. Tekanan pertahanan jauh berkurang.
