“Sayangnya, para idiot ini berhasil kabur dari hukuman.” Blood Dagger mengambil cangkir teh dan menghabiskannya sekali teguk.
Di sebelahnya, Xishan Bai meminum seteguk kecil dengan sikap elegan. Ekspresi wajahnya kontras tajam dengan Blood Dagger. Jika Blood Dagger menyesal tidak mendapat giliran melawan Pedang Penghakiman, Xishan Bai justru bersyukur – pertarungan terbaik harus disimpan untuk akhir.
“Jangan remehkan Pedang Penghakiman. Jika mereka idiot, lalu apa kita ini?” Xiao Mo melirik Blood Dagger, namun tangannya kembali mengisi penuh cangkir teh itu.
Hanya segelintir orang yang layak dilayani teh secara langsung olehnya.
“Menyingkirkan Kota Wushuang juga bagus. Jika kita gagal lagi merebut gelar juara kali ini, dewan direksi pasti akan menghujani kita dengan teguran.” Xishan Bai menghela napas.
“Terkekeh, yang tidak mau bekerja sama biar pergi sejauh mungkin.” Xiao Mo tersenyum dingin, sikapnya keras karena dialah pemegang saham terbesar. Xishan Bai dan lainnya juga menguasai banyak saham, dewan direksi keluarga mereka bisa asal mengatur.
“……” Yang satu ini estimasi ulang kondisi hati tidak baik. Blood Dagger dan kawan-kawan cukup tahu diri langsung diam.
Setelah duduk sebentar, mereka satu per satu pamit. Saat keluar hampir bersinggungan dengan seorang individu. Karena semua saling kenal, memberi salam menjadi sulit dihindari. Dari situ terkuaklah alasan kondisi hati Xiao Mo yang buruk.
Setelah masuk, Night Provocation duduk diam berseberangan dengan Xiao Mo.
“Dia masih tidak mau pulang?” Bahu Xiao Mo merosot, sama sekali tak tersisa keanggunan legendaris saat memarahi Blood Dagger tadi.
“Gak mau lah, udah lulus kuliah, di rumah juga gak ada yang bisa mengontrolnya. Sekarang dia jadi paladin penyembuh inti di tim pembuka lahan baru Pedang Penghakiman, peralatannya aja bikin aku melongo. Penghasilannya per bulan sampai jutaan, aku bisa ngapain lagi.” Ye Xin berkata kesal.
“Seorang gadis, ngacir ke kota orang, bergaul sama sekumpulan pecinta anime...” Xiao Mo hanya menunjukkan sisi kekanak-kanakannya di depan calon kakak iparnya ini.
“Hmph...” Ye Xin tersenyum dingin tanpa bicara: “Kelakuanmu sendiri aja jorok, berani-beraninya mau ngatur adikku.”
“Itu cuma salah paham, aku cuma pura-pura aja. Lagian emang gak terjadi apa-apa. Udah bayar mahal buat kesalahpahaman receh ini, hukuman segini juga udah cukup dong? Apa dia mau aku nyembah-nyembah minta dia pulang? Eh...” Xiao Mo melirik takut-takut ke Ye Xin.
Ye Xin memandangnya dengan sinis, tetap diam sambil menyunggingkan senyum dingin.
“Ya sudahlah, katakan apa yang harus kulakukan agar dia mau kembali.” Bahu Xiao Mo benar-benar lunglai: “Hubungan kita dengan Pedang Penghakiman sekarang bagai api dan air, dia terjepit di tengah pasti sulit. Aku tidak percaya Lu Li tidak mewaspadainya.”
“Untuk apa waspada? Selama eksplorasi dungeon dia selalu mengikuti, partisipasi penuh dalam pertahanan benteng.” Ye Xin agak bersikap sarkastik: “Hatinya sudah tidak di sini, percuma bicara. Mau kau yang merayu, bahkan ibuku pun datang merayu juga percuma.”
“Lu Li...” Xiao Mo menggigit giginya hingga berbunyi.
Bajingan ini!
Ada seseorang dengan latar belakang misterius, bersikap ambigu dengan rival terbesarmu. Tidakkah kau merasa perlu waspada? Tidakkah pantas memberi ujian kesabaran? Tidakkah seharusnya kau usir dia?
Sosok yang dijuluki 'Dewa Idaman' di kalangan gamer ini, untuk pertama kalinya merasakan kecemasan akan kutukan 'hidup selamanya sendiri'.
"Ibu Kota Kejayaan dari atas sampai bawah semua menyesal tidak bisa berhadapan dengan Pedang Penghakiman, sementara Xuese Zhanqi yang benar-benar berhadapan dengan Pedang Penghakiman sama sekali tidak merasa mereka begitu beruntung."
Bukan karena mereka merasa tidak bisa mengalahkan Pedang Penghakiman, kekuatan kedua belah pihak hampir setara, tidak ada alasan untuk meningkatkan wibawa lawan dan mengurangi semangat tim sendiri. Masalah utamanya adalah tidak ada yang ingin di awal langsung menghadapi lawan sekuat ini yang akan menguras tenaga dan pikiran, pasti akan mempengaruhi persiapan melawan Ibu Kota Kejayaan.
"Xuese Zhanqi, hehe, bagaimana kalau aku yang duluan." Fat Monkey menjilat bibirnya, menunjukkan sikap haus darah yang mengerikan.
"Houzi, itu Xuese Zhanqi, bukan Jinyiwei." Lu Li berseru dengan suara berat.
“Aku tahu, aku tahu. Aku hanya bercanda untuk mencairkan suasana.” Fat Monkey dengan enggan menyembunyikan ekspresinya. Namun, tidak perlu menyangkal sikap meremehkannya terhadap Xuese Zhanqi. Persis seperti Xuese Zhanqi yang menetapkan Ibu Kota Kejayaan sebagai musuh terlemah mereka, Pedang Penghakiman juga menjadikan Ibu Kota Kejayaan sebagai target ultimate mereka di Piala Huaying kali ini.
Sementara itu, alasan utama Ibu Kota Kejayaan sangat membenci mereka – setidaknya karena faktor Malam, Xiao Mo ingin menghancurkan Pedang Penghakiman hingga ke tulang-tulang.
“Untuk pertarungan arena, KUANGYE mungkin akan mengambil inisiatif serangan. Kamu yang maju atau aku?” Moonlight bertanya.
KUANGYE adalah penyihir paling dominan di versi terkini. Teknik bertarungnya luar biasa, gelar pemain bintang melekat sejak tahun kedua kariernya dan bertahan hingga kini. Meski kapten Xuese Zhanqi adalah Shanghua Pinyu, anggota terkuat mereka tetaplah KUANGYE.
"Aku yang maju." Di Piala Huaying edisi sebelumnya, Lu Li pernah berhadapan dengan KUANGYE di ring pertarungan. Saat itu, level, peralatan, dan skill-nya jauh lebih unggul secara signifikan berkat kemampuan terlahir kembali, sama sekali tidak merasakan tekanan.
Sekarang, dia menghadapi KUANGYE yang berada di puncak kejayaannya.
Keunggulan teknis dari kemampuan terlahir kembali sudah tidak ada. Para pemain profesional melalui proses pengendapan gameplay selama satu tahun lebih, tidak ada yang belum bisa menguasai gaya khas mereka dengan mahir. Soal peralatan, meski ada sedikit kesenjangan, tidak terlalu signifikan. Meski Pedang Penghakiman tidak punya banyak tim elit guild, tapi sering memperoleh Pembunuhan Pertama sehingga peralatan top-nya sama sekali tidak kalah.
Lapisan es mulai menyebar di bawah kaki Lu Li. Meski tidak tahu bagaimana lawan bisa menangkap posisinya, dia sadar sedang menghadapi masalah besar.
Dengan gerakan cepat, dia melesat ke belakang dan langsung memasuki mode penyamaran.
Tapi dia segera berputar kembali, mendekati KUANGYE dengan hati-hati tanpa terburu-buru menyerang. Sebelum KUANGYE sempat melepaskan skill lagi padanya, dia sudah kabur, sama sekali tidak menunjukkan keinginan untuk berlama-lawan.
"Lu Li dirugikan." Deep Tone Secepat Angin menyuarakan pandangan semua orang. Ini hal yang jelas - KUANGYE menggunakan dua skill untuk mengimbangi dua skill kabur Lu Li. Meski skill kaburnya banyak, tidak mungkin dikuras seperti ini.
"Dia sedang menguji cara persepsi KUANGYE." Jiu Feng berkata.
"Benar. Dalam pertarungan pencuri melawan penyihir, terutama pertarungan tingkat tinggi seperti ini, wajib mengetahui cakupan persepsi penyihir - apakah melalui sifat persepsi alami, skill, atau efek tambahan peralatan. Kalau nekat bertarung habis-habisan, itu sama saja bunuh diri." Deep Tone Secepat Angin menjelaskan.
"Sudah lama tidak melihat pertarungan Pencuri-Mage sehebat ini. Pastinya kalian semua punya kandidat yang didukung, sekarang ambil controller di tangan, pilih pihak yang kalian dukung. Pemain yang menebak dengan benar dalam kompetisi arena ini berkesempatan mendapatkan peralatan legenda yang disediakan pihak resmi game..."
Memang spektakuler, ini adalah fitur baru yang diluncurkan pihak resmi.
Dengan begitu banyak pemain di TKP, hanya ada satu peralatan legenda. Meski peluang mendapat rezeki nomplok dari langit sangat kecil, antusiasme pemain untuk berpartisipasi tetap tak terbendung.
