Mengingat ini adalah penelitian terhadap Ibu Kota Kejayaan, maka pertarungan antara Paviliun Hujan Ringan dan Ibu Kota Kejayaan ini harus mereka saksikan langsung di TKP.
Meski tiketnya sulit didapat, itu hanya bagi pemain biasa. Pada level Lu Li sekarang, mendapatkan tiket adalah hal yang mudah.
Mereka sekelompok orang duduk di tribun, menunggu Paviliun Hujan Ringan memaksa mengeluarkan semua potensi Ibu Kota Kejayaan. Adapun kemenangan Paviliun atas Ibu Kota Kejayaan, hal itu tidak terlalu berani mereka bayangkan.
Sebenarnya jika Paviliun Hujan Ringan bisa mengalahkan Ibu Kota Kejayaan, Lu Li pun tidak keberatan menjadi juara kedua.
Toh kita semua orang dalam dong!
Dalam atmosfer penuh gairah yang diciptakan komentator, pertandingan akhirnya dimulai.
Kekuatan kedua tim belum tentu, tapi di tribun sedang terjadi adu popularitas: Elf Air dan Xiao Mo sama-sama pusat perhatian. Elf Air punya banyak penggemar pria dan wanita - toh penggemar kecantikan tak peduli gender, sementara Xiao Mo menguasai sebagian besar pemain wanita di TKP. Meski mengendarai kuda biasa, dia tetaplah Pangeran Tampan Berkuda Putih di hati para perempuan.
Kehadiran Lu Li dan kawan-kawan di sini sama sekali bukan untuk melihat pria tampan atau wanita cantik, bahkan tidak terlalu mempedulikan hasil pertarungan.
Mereka semua sedang melakukan rekaman pengamatan.
“Pisau belati legenda itu ada di tangan Blood Dagger, dia menggunakan efek tambahan kedua.” Lu Li segera menarik kesimpulan pertama. Dalam duel melawan Elf Air, Blood Dagger terpaksa menggunakan efek tambahan peralatan untuk menyelesaikan pertarungan dengan cepat, sesuai dengan screenshot sifat peralatan yang diberikan Shen Wansan.
Sayangnya, dihalau oleh Elf Air menggunakan Langkah Angin.
Blood Dagger yang sedang kesal tiba-tiba melihat Elf Air mundur dua langkah, lalu menerjang ke arahnya dengan dash.
Karena Blood Dagger sudah menggunakan Langkah Angin sebelumnya, Lu Li tiba-tiba merasa kasihan. Dia tahu rencana menyelesaikan pertarungan cepat Blood Dagger akan bangkrut. Elf Air sengaja menunggu sampai skill Langkah Angin-nya terkuras - begitu skill itu habis, itu akan menjadi akhir bagi Blood Dagger.
Pisau Sang Penguasa Runtuh (Legenda): Damage 100-135, Kelincahan +150, Tenaga +120, CRIT +35%, Hit +30%, Slot 3, Efek 1: Level Skill Shadowstrike +1, Efek 2: Level Skill Langkah Angin +1, Efek 3: Maju, pilih target dalam 15 yard, melakukan charge ke target dan langsung muncul di sisinya menyebabkan damage 2x serta efek pusing 2 detik, Efek 4: Serangan Maut, Fase 1: mengorbankan 30% HP diri sendiri untuk damage 2x, Fase 2: mengorbankan 50% HP untuk damage 3x, Fase 3: mengorbankan 99% HP untuk damage 5x, Waktu Tunggu 8 jam, probabilitas tertentu memicu efek one-hit kill, Persyaratan Level 60, Daya Tahan 340/340.
Senjata ini memiliki 4 efek. Efek 3 dan 4 bisa digunakan sebagai taktik kombo serangan. Tanpa skill escape ultimate seperti Langkah Angin, target yang diserang hanya ada jalan kematian.
Karena sebelumnya sudah saling bertukar sebagian HP, Elf Air hanya menggunakan efek tambahan kedua dari Serangan Maut, mengorbankan 50% HP diri sendiri untuk memberikan damage tiga kali lipat.
Damage dua kali lipat di awal, disusul damage tiga kali lipat, Blood Dagger langsung dingin.
Sayangnya tidak bisa melihat efek tambahan lain dari peralatan legenda itu!
Sambil menyesal, Lu Li melihat Blood Dagger yang sudah mati tiba-tiba berdiri kembali — ternyata ada efek regenerasi, meski HP-nya terlihat menyedihkan. Melawan Si Kaya seperti Elf Air yang ciri khasnya "teknisi kurang, peralatan yang melengkapi", mustahil mengalahkannya dengan satu set skill. Setelah meronta beberapa kali, Blood Dagger akhirnya tumbang lagi, dan kali ini benar-benar tak bangkit lagi.
Meski sama-sama peralatan legenda, peralatan Blood Dagger jelas kalah mentereng dibanding Pisau Sang Penguasa Runtuh yang baru didapat Elf Air.
Jangan ditanya lagi betapa frustrasinya, Blood Dagger awalnya mengira dengan peralatan legenda barunya pasti bisa mengalahkan Si Kaya dengan mudah, bahkan berharap bisa bertarung seru dengan atlet esports berikutnya dari Pavilion Hujan Ringan.
Yang tidak dia tahu, Pertemuan hari ini sangat mungkin akan terulang kembali di suatu hari di masa depan.
Karena Lu Li memiliki senjata serupa!
Di tubuh Blood Dagger terdapat dua peralatan baru, Lu Li mencatat data di notepad: satu pisau belati legenda dan sepatu legenda langka yang memberinya kecepatan gerak dan kemampuan penghindaran luar biasa.
Elf Air berhasil mengalahkan Blood Dagger.
Hasil ini cukup di luar dugaan, mengingat Blood Dagger sangat perkasa di season ini, sering memenangkan pertarungan arena 1 vs 3 secara mutlak. Tak disangka bahkan Elf Air pun tidak bisa dikalahkannya.
Elf Air masih menyisakan sekitar 30% HP, menyambut kedatangan Xiao Mo si dewa game yang turun langsung ke ring.
"Kenapa bos turun langsung?" Blood Dagger kembali ke belakang panggung sambil menonton pertandingan dengan terkejut bertanya pada Xishan Bai. Menurut rencana awal, Xiao Mo seharusnya tidak tampil di pertarungan arena. Paviliun Hujan Ringan bukan lawan terbesar mereka, tidak perlu mengekspos terlalu banyak senjata rahasia.
Blood Dagger hanya membawa dua peralatan, yang benar-benar diperlengkapi sampai ke gigi adalah Xiao Mo.
"Hah, pahlawan sulit melewati pintu kecantikan." Xishan Bai sambil mengupas biji bunga matahari berkesedihan berkata.
"Apa?!" Blood Dagger terkejut: "Bos tertarik pada Elf Air, lalu..."
"Apa kamu bodoh." Xishan Bai meludahkan sekelupas kulit biji bunga matahari ke wajah Blood Dagger: "Bos Xiao merasa wanitanya diculik Lu Li, jadi dia mau 'dibayar dengan darah' dengan cara mengalahkan Elf Air untuk membuat Lu Li sakit hati."
"Menurutmu apakah Lu Li akan sakit hati?" Blood Dagger tidak sepakat.
“Jangan ukur yang wajar untuk menebak seseorang yang kehilangan akal sehat karena cinta.” Xishan Bai membuang sisa kuaci dan mengelap tangannya di baju Blood Dagger: “Semua cepat cari cara, bikin malam cepat kembali, nanti kalau tidak bakal ada masalah.”
“Babat Pedang Penghakiman.” Blood Dagger menyeringai dingin: “Anggota perempuan malam itu pasti akan pulang dengan patuh.”
“Wah, benar-benar gagasan bagus. Kamu saja yang membabat Pedang Penghakiman, kami akan menunggu dan melihat.” Xishan Bai menyindir pedas.
Saat mereka berbicara, Elf Air sudah terbunuh.
Lu Li memang tidak menunjukkan perasaan khusus, malah sibuk merekam data. Ia heran menemukan taktik/metode yang digunakan Xiao Mo hari ini sangat asing, bahkan beberapa di antaranya sepertinya sama sekali tidak perlu – tanpa trik baru pun seharusnya dia bisa dengan mudah mengalahkan Elf Air.
Meski dia sudah memeras otak, tetap tak mungkin terpikirkan persaingan cinta antar pria——bahkan bukan persaingan cinta, intinya saling melukai tanpa alasan yang jelas.
Walau dia tahu Xiao Mo menyukai Ye Se, tapi hubungannya dengan Ye Se tidak ada hubungan sama sekali. Apa harus memecat Ye Se demi menghindari konflik? Hal yang mustahil! Dia tidak takut sampai segitunya, malah senang mengetahui Xiao Mo sedang menderita.
Mengetahui hidupmu tidak bahagia, hatiku jadi tenang!
Atlet esports Paviliun Hujan Ringan yang naik panggung kembali dihancurkan habis-habisan, benar-benar dijagoin dalam pertarungan.
Lu Li sambil gemetar dalam hati, sambil gembira membuat catatan: Xiao Mo ini sudah gila rupanya! Membunuh lawan dengan kejam untuk meluapkan emosi, konsekuensinya banyak taktik langka yang dulu tak pernah terlihat sekarang dipamerkan semua.
Seandainya Ye Se duduk di sampingnya——tidak, lebih baik duduk di pangkuannya, lalu biarkan Xiao Mo melihatnya, Pasti Kakak Xiao akan membuat muka Lu Li masam karenanya.
