Karena keduanya memiliki keharmonisan tak terucap seperti ini, semua orang tentu senang melihat kesuksesan mereka.
Pertarungan arena pembuka ini mungkin menjadi pertandingan terpanas di Piala Huaying edisi ini. Pihak resmi menambahkan kursi sementara, menyediakan 10 juta tiket masuk, tetap habis terjual hingga tak bersisa.
Saat ini harga tiket satu koin emas per lembar, sepuluh juta tiket berarti 10 juta koin emas.
Dana ratusan juta langsung mengalir ke kantong panitia penyelenggara. Inilah mengapa mereka yang punya uang dan sumber daya bisa dengan mudah meraup keuntungan besar. Coba bayangkan Lu Li yang baru terlahir kembali harus menghasilkan satu miliar, pasti takkan sanggup meski dipaksa.
Bukan pertama kalinya Lu Li dan Xiao Mo bertarung. Di masa lalu, sebagian besar pertarungan dimenangkan oleh Lu Li.
Awalnya karena level Lu Li lebih tinggi, sementara Xiao Mo saat itu sudah berencana mundur ke balik layar. Kemudian, dengan memanfaatkan keunggulan terlahir kembali, Lu Li tetap bisa unggul dalam duel melawan Xiao Mo.
Namun keunggulan ini semakin memudar. Kini, kelebihan terlahir kembali Lu Li hampir tak tersisa sama sekali.
"Apakah dia bisa mengalahkan Xiao Mo memang sebuah misteri. Beberapa hari lalu, Xiao Mo bahkan berhasil menghancurkan Elf Air yang juga termasuk Delapan Pencuri Legendaris dengan mudah sekali."
Setelah naik panggung, keduanya tidak langsung bertarung.
Lu Li juga merasa aneh. Menurutnya tidak ada yang perlu dibicarakan dengan Xiao Mo. Jika Ibu Kota Kejayaan ingin mempertahankan status penguasanya, mereka harus meredam kebangkitan Pedang Penghakiman. Sebaliknya, Lu Li yang ingin mendudukkan Pedang Penghakiman di tahta tertinggi juga harus mengalahkan Ibu Kota Kejayaan milik Xiao Mo.
Sebenarnya tidak ada dendam pribadi. Tapi demi serikat, hubungan mereka sudah seperti air dengan minyak.
"Apakah Ye Se baik-baik saja di tempatmu?" tanya Xiao Mo.
Malam? Lu Li tersadar, baru teringat bahwa di pihaknya ada seseorang yang memiliki hubungan dekat dengan Xiao Mo. Meski sama-sama berada di tim pembuka lahan baru, interaksi Lu Li dengan Malam tidak banyak. Perhatian utamanya tertuju pada dungeon dan Elf Air. Lagipula, saat pacarnya ada di sisinya, ngobrol dengan gadis cantik lain jelas tindakan nekat.
Namun dia tetap menjawab dengan serius: "Sepertinya Malam baik-baik saja, terlihat cukup bahagia."
Kebahagiaan Malam justru membuat Xiao Mo tak nyaman. Kalimat klise seperti 【Aku tahu kau baik-baik saja, itu sudah membuatku tenang】 sama sekali tak cocok untuk pria otoriter seperti dirinya. Menurutnya, kebahagiaan Malam hanya mungkin terwujud jika bergantung padanya.
"Jujur saja, harga apa yang harus kubayar untuk mengembalikan Malam ke sisiku?"
"Kakak." Lu Li hampir tertawa: "Apa maksudmu aku yang membuat Malam kembali padamu? Aku tak bisa mengendalikan keputusannya. Jika dia ingin kembali, apa alasanku untuk menahannya? Paling-paling hanya minta dia membayar uang ganti rugi. Jumlah itu bagi Anda kan bukan masalah. Jika dia tak mau kembali, meski kusuruh pergi, paling dia hanya keluar dari Pedang Penghakiman kita. Mungkin malah gabung ke klub Xuese Zhanqi atau..." Dia menyeringai sinis, "...klub mana pun selain Ibu Kota Kejayaanmu."
Ekspresi Xiao Mo berkerut seperti orang tersiksa: "Konflik antara kami sebenarnya tidak kontradiktif. Ciptakan saja kesempatan untukku berbicara dengannya. Atas nama Ibu Kota Kejayaan, gelar juara kali ini bisa kuserahkan padamu."
“Ha ha! Aku berkata, Dewa Game Xiao Mo, apakah perasaanmu terlalu baik terhadap diri sendiri, ataukah cinta benar-benar bisa membuat seseorang menjadi bodoh total? Kita tidak butuh pemberianmu! Gelar juara ini, kami bisa raih dengan kekuatan kami sendiri.”
“Maaf, jika kata-kataku membuatmu tidak nyaman.” Xiao Mo harus menahan diri, ia berkata dengan suara lembut: “Kamu juga punya orang yang dicintai, seharusnya kamu bisa memahami kesakitanku.”
“Tidak, aku tidak bisa memahami kesakitanmu. Orang yang kucintai kau pukul sampai mengeluarkan air mata di pertarungan arena. Aku sudah baik-baik tidak mengacau, masih mau kau minta bantuanku...” Lu Li menyeringai, kebingungan akan logika Xiao Mo. Dulu mengira lawan yang sangat kuat - setidaknya semua orang menganggap Xiao Mo ini sempurna tanpa cacat seperti dewa - ternyata juga manusia biasa.
Penonton di bawah panggung tidak tahu apa yang mereka bicarakan di atas ring.
Karena para atlet esports dapat memilih untuk mempublikasikan rekaman suara mereka atau tidak, mereka bisa bebas mengobrol di atas panggung kecil, sepenuhnya menggunakan arena pertandingan sebagai tempat ngobrol.
Semua orang penasaran apa yang dibicarakan Xiao Mo dan Lu Li - dua orang ini, satu mewakili Pedang Penghakiman dan satu mewakili Ibu Kota Kejayaan, pasti sedang mendiskusikan hal sangat penting dan sensasional.
Banyak penonton berteriak-teriak menuntut panitia membuka akses rekaman suara pertandingan.
Ada juga yang berteriak bertanya ke orang di sebelahnya, "Siapa yang bisa membaca gerakan bibir?!"
Ini adalah game, tidak akan secanggih sampai memberi celah bagi orang untuk memanfaatkan kelemahan sistem.
Negosiasi Lu Li dan Xiao Mo berakhir dengan pecahnya pembicaraan. Lu Li tidak menerima tawaran baik Xiao Mo untuk mendapatkan gelar juara Piala Huaying tanpa kesulitan, sementara Xiao Mo yang tak bisa menahan amarahnya jelas ingin menggunakan kekuatan sebenarnya untuk mempermalukan Pedang Penghakiman.
Xiao Mo memiliki banyak senjata pamungkas, tapi sebagian besar sudah digunakan sebelumnya. Karena itu, peralatan yang dipakai Lu Li semuanya spesifik menargetkannya - mungkin bukan barang langka, tapi sangat tepat guna.
Xiao Mo agak menyesal. Set armor yang dipakainya sekarang fokus pada kontrol, agak efektif melawan pencuri. Damage-nya standar saja. Sebenarnya jika menggunakan elemen kejutan, pasti bisa menggilas Lu Li, sayangnya Lu Li sudah waspada.
Set armor yang dipakai Lu Li saat ini dikumpulkan dari klub Aliansi Tiga Faksi, khusus untuk kelas pencuri dengan fokus pada kerusakan berkelanjutan dan skill kabur.
Taktik Lu Li sederhana: meningkatkan serangan untuk memberikan damage over time ke Xiao Mo, lalu kabur setelah terkena crowd control. Metode tidak bermoral ini intinya "menggerogoti musuh pelan-pelan".
Tentu saja Lu Li tidak mungkin mendekati Xiao Mo tanpa cedera lalu kabur dengan mulus. HP-nya juga terus turun perlahan.
Saat pertandingan memasuki menit ke-13 —— untuk pertarungan arena, durasi ini sudah termasuk sangat panjang —— Lu Li akhirnya berhasil menggerogoti Xiao Mo sampai mati dengan taktik liciknya, sementara darahnya sendiri juga tinggal sedikit.
Kemenangan Lu Li sangat mengandalkan trik. Damage-nya tidak tinggi, bahkan bisa dibilang menyedihkan. Pencuri dengan peralatan asal-asalan pun damage-nya lebih tinggi darinya. Pertahanannya juga tidak istimewa. Jika Xiao Mo benar-benar bisa mengendalikannya untuk menerima satu putaran serangan, mungkin dia sudah harus menyerah.
Kuncinya terletak pada kemampuan membatalkan kontrol dan kerusakan berkelanjutan yang sangat efektif melawan lawan.
Penonton di tribun sangat kecewa dengan pertandingan ini, banyak yang menyiulkan Lu Li, meski siulan takkan mengubah hasil.
Dengan hasil pertandingan ini, Lu Li membuktikan ketidakbermoralannya —— eh, salah —— kekuatannya!
Xiao Mo dikalahkan!
Mengapa Xiao Mo yang sekuat ini, berulang kali dikalahkan oleh anggota baru yang baru dua tahun debut?
