Membunuh satu penyembuh tidak cukup mengubah situasi pertempuran, tapi gangguan semacam ini lebih efektif daripada membunuh damage dealer.
Kebanyakan penyembuh bertanggung jawab atas satu regu. Jika penyembuh mati tanpa ada yang menyembuhkan, damage dealer akan tersingkir ke titik regenerasi di tengah hujan peluru skill pembaptisan.
Lu Li dan Sangat Takut Seperti Kayu segera menghadapi serangan balik Ibu Kota Kejayaan yang dipimpin Blood Dagger.
Sesama jagoan top profesi pencuri, saat Pertemuan seperti ini mustahil tidak ingin bertarung - gatal rasanya di dalam hati bila tidak saling menguji kemampuan.
“Berani duel satu lawan satu!” Lu Li langsung mundur selangkah menghindari jangkauan skill begitu melihat banyak musuh mendekat.
“Kalau berani jangan kabur, aku akan duel satu lawan satu denganmu,” kata Blood Dagger sambil mendengus.
Masa sih, Lu Li sama sekali tidak percaya Blood Dagger akan duel fair. Bahkan jika Blood Dagger setuju, dirinya sendiri pun tak mau menerima bentuk pertempuran kekanak-kanakan seperti ini.
Sebelum tembok benteng runtuh, kedua pihak mengandalkan karakter jarak jauh. Karakter jarak dekat baru bisa berperan setelah tembok jebol.
Pernah ada guild yang membentuk pasukan full karakter jarak jauh. Taktik ini ampuh baik saat menyerang maupun bertahan. Namun begitu benteng jebol dan kedua pihak bertempur jarak dekat, pasukan full ranged ini langsung dihancurkan.
Baik di atas tembok maupun di bawahnya, semuanya berada dalam jangkauan skill. Hanya kereta perang yang berada cukup jauh yang bisa menghindari serangan gelombang pertama.
Jadi di tahap awal, yang terjadi hanyalah pertempuran sengit antar karakter jarak jauh.
Pihak penyerang selain harus menyebabkan kerusakan pada musuh, juga harus menghancurkan Daya Tahan tembok benteng.
Di medan pertempuran, cahaya putih terus bermunculan. Terlihat orang mati silih berganti, lalu kembali dari titik regenerasi untuk bergabung lagi. Sebenarnya kematian seperti ini selain melemahkan kekuatan musuh, tidak akan menyebabkan kehilangan peralatan - karena semua mati di dekat orang dalam, kalau ada yang jatuh peralatan pasti akan diambil.
Yang melanggar aturan ini adalah Lu Li dan Sangat Takut Seperti Kayu. Mereka berkeliaran di area pinggir pasukan Ibu Kota Kejayaan. Begitu melihat ada yang kehilangan peralatan, mereka langsung menerjang seperti serigala lapar untuk merampas.
Orang-orang Ibu Kota Kejayaan sangat membencinya, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Ini adalah tugas yang hanya bisa diselesaikan oleh pencuri.
Sebagai penyerang, bahkan Blood Dagger pun tidak mendapat fasilitas seperti ini. Karena jika dia melonjak ke atas tembok, itu sama saja dengan bunuh diri.
Setelah mengambil beberapa peralatan, Lu Li juga harus membayar harga. Dia dikendalikan oleh Blood Dagger, lalu dikalahkan oleh serangan terpusat sekelompok orang, kehilangan satu peralatan yang melekat di tubuhnya.
Untungnya ada persiapan cadangan. Setelah terpasang, pertempuran bisa dilanjutkan.
Dibandingkan dengan barang-barang yang ditemukan, yang hilang sebenarnya tidak berarti. Peralatan semua orang pada dasarnya setara. Tanpa membawa peralatan legenda, sungguh memalukan mengaku sebagai elit klub besar.
Pemain yang pernah dihubungi Lu Li di kehidupan sebelumnya kebanyakan low-end. Memiliki peralatan legenda saja sudah dianggap luar biasa; Hanya dengan memasuki lingkaran ini, baru tahu bahwa hal-hal yang sulit dijangkau orang biasa, sudah menjadi pemandangan biasa di sini.
Awal era Perang Benteng memang membosankan seperti ini. Pertempuran sesungguhnya baru dimulai ketika tembok benteng ditaklukkan.
Saat tembok terkoyak sebuah celah, Ibu Kota Kejayaan berduyun-duyun datang, sementara pasukan Pedang Penghakiman mati-matian berusaha mengepungnya.
Pada celah yang sempit ini, korban jiwa yang terjadi dalam waktu singkat jauh lebih banyak dibandingkan pertempuran selama setengah jam sebelumnya. Peralatan mulai mengalami kerugian, namun sekarang semua orang sudah lebih cerdas - meski tidak membawa persiapan cadangan, mereka memenuhi tas dengan berbagai barang sehingga probabilitas kehilangan peralatan yang dikenakan tidak terlalu tinggi.
Orang berpengalaman bisa menilai tingkat peralatan dari penampilan dan ornamennya, menentukan strata kepemilikan sebenarnya.
Di fase ini, meski profesi jarak jauh tetap penting, pejuang jarak dekat mulai menunjukkan kekuatan tak tergantikan. Para pejuang dari kedua kubu - baik pencuri maupun prajurit - bertabrakan dengan ganas.
Skill-skill dikirim tanpa henti bagai hujan ke tubuh lawan, menguras energi seperti tak ada besok.
Xiao Mo dan Lu Li menjadi target prioritas utama kedua belah pihak. Kemampuan bertarung mereka mencengangkan, sekaligus memikul peran sebagai komandan sementara, ditambah peralatan yang lebih baik di tubuh mereka.
Sekali lagi terbunuh, Lu Li berlari keluar dari titik regenerasi. Untungnya peralatan di tubuhnya tidak terjatuh kali ini, yang terkuas hanya satu peralatan cadangan di tas.
Yang membuatnya kesal adalah, tadi dia fokus menyerang Xiao Mo, sementara Xiao Mo juga fokus menyerangnya. Hampir saja dia berhasil mengalahkannya, tapi tak disangka skill Xiao Mo menghasilkan CRIT tiga kali lipat yang langsung membunuhnya.
Xiao Mo yang darahnya tersisa mungkin juga sulit kabur dari maut, hanya tidak tahu peralatan apa yang akan jatuh ke tangan bajingan mana.
Sambil bergabung kembali ke pertempuran, Lu Li buru-buru bertanya di saluran tim: "Xiao Mo menjatuhkan apa?"
Jumlah peralatan legenda di tubuh Xiao Mo bahkan lebih banyak dari Lu Li. Jika bisa mengambil satu saja, keuntungannya akan sangat besar.
"Hehe, lihat apa yang ada di tanganku?" Mo Wangfeng mengayunkan senjata barunya yang sudah terpasang, berkata dengan penuh kebanggaan.
Suasana hati Lu Li langsung memburuk. Xiao Mo kehilangan peralatannya, dan yang hilang adalah senjata penting. Sebenarnya ini hal yang seharusnya menyenangkan, tapi yang mengambil adalah Mo Wangfeng, bukan anggota Pedang Penghakiman-nya. Berharap orang seperti Mo Wangfeng mengembalikan peralatan itu—sungguh mimpi di siang bolong!
Bagaimana mungkin Lu Li bisa senang? Jika Xiao Mo tidak kehilangan peralatannya, mungkin lain kali bisa dapat drop. Tapi sekarang senjata legendaris sudah ter-drop, lain kali siapa tahu dapat apa.
Lu Li sama sekali tidak percaya bahwa tongkat sihir cadangan Xiao Mo juga legendaris.
Tapi mati sekali langsung kehilangan senjata, keberuntungan Xiao Mo benar-benar parah.
Mo Wangfeng masih berbangga diri, tiba-tiba jadi target serangan terpusat. Tak sempat bereaksi langsung tewas di tempat. Pertempuran begitu sengit, skill penyelamatan semua orang udah habis dari tadi.
Lu Li tertawa terbahak-bahak di samping, tapi sekejap kemudian juga tenggelam dalam hujan skill.
“Sial, bajuku, bajuku hilang, siapa yang mengambil siapa yang mengambil?” Mo Wangfeng berteriak-teriak setelah regenerasi.
Lu Li memeriksa peralatannya, wajahnya langsung muram. Pisau belati legendanya memang tidak hilang, tapi Demon's Strike-nya terkuras.
Mengikuti jejak Mo Wangfeng, Lu Li mulai berteriak di saluran tim: "Ada yang nemuin senjataku? Ada yang lihat senjataku?"
Dua bos besar ini, satu tanya baju, satu tanya senjata, bisa dibilang sama-sama dalam penderitaan.
Tapi nasib Mo Wangfeng tampak lebih buruk. Baru saja ia mengambil senjata Xiao Mo, kini bajunya yang hilang direbut tim Ibu Kota Kejayaan. Sedangkan senjata Lu Li berhasil diambil kembali oleh kawanan Pedang Penghakiman.
"Ini soal keberuntungan, Kakak Feng. Jalan-jalan tanpa baju kan melanggar etika, wkwk!" Lu Li tak tahan menertawakan sekutunya sendiri dengan gembira.
