"Dari empat benteng, aku harus dapat satu," Elf Air berkata dengan tegas.
"Aku paham. Perlukah kita membantu?" tanya Lu Li.
Pihak resmi telah membuka empat benteng: benteng-benteng baru di dataran tinggi Arathi dan Tanaris, serta benteng kedua di Barat Jauh dan Paviliun Hujan Ringan. Saat ini Paviliun Hujan Ringan mendominasi wilayah Barat Jauh, mereka tidak bisa mentolerir kekuatan lain yang hidup berdampingan dalam satu peta yang sama.
Waktu bermain game saat ini adalah malam hari, posisinya berada di rumah Lu Li di Darnassus.
Halaman belakang dipenuhi hewan-hewan kecil yang dirawat Lu Xin. Mereka melompat-lompat riang mengelilingi sumur bulan, kekuatan mistis alam telah memberikan vitalitas tak berujung pada sumur bulan tersebut.
Lu Li dan Elf Air duduk di bawah pohon maple di depan halaman. Dari sini terlihat permukaan Danau Olomis yang hijau giok. Cahaya bulan terpantul di permukaan danau menciptakan riak-riak berkilauan, ditambah ikan-ikan kecil yang meloncat-loncat di permukaan seperti gulungan lukisan hidup yang penuh vitalitas.
Dalam lukisan hidup seperti ini, Lu Li justru merasakan kedamaian yang memabukkan.
Saat Elf Air pertama kali datang ke sini, Lu Li dan Elf Air duduk berhadapan dengan jarak sedekat itu namun terasa menjauh yang mengerikan. Saat itu tak ada yang menyangka mereka akan sampai pada titik ini - Lu Li tidak, seluruh pikirannya tertumpah pada penyakit sang adik, dan kegilaannya untuk menguasai takdirnya sendiri.
Elf Air pun tidak. Sebagai wanita yang sangat diistimewakan, meski ada sedikit rasa kagum pada Lu Li, tak mungkin ia menaruh pengharapan terakhir hidupnya.
Kini, mereka duduk berdekatan, tempel-menempel. Elf Air dengan naturalnya bersandar pada Lu Li, lemas bagai kucing kecil, namun mempertahankan pose penuh keyakinan yang membuat Lu Li ingin memeluknya erat-erat.
Kenyataannya, memang begitulah yang dilakukannya.
"Tak perlu. Kalian cukup jaga bentengmu. Jika tak sanggup, aku bisa cari bantuan." Baginya, segala persoalan yang bisa terselesaikan dengan uang tak pernah dianggap sebagai kesulitan.
Meskipun berselisih dengan ayah dan tidak mendapat dukungan Kelompok Shen, pihak kakek Air MM juga cukup berarti. Pamannya yang mewarisi bisnis keluarga di sini sangat menyayangi anak adik perempuannya, mengagumi kemampuan gadis ini dalam game, dan pasti akan memberikan dukungan penuh jika diminta.
Dulu, ketika ibu Elf Air menikahi ayahnya, di mata orang-orang dalam lingkaran itu, ini jelas merupakan pernikahan yang menikahi di bawah statusnya.
Lagipula, Air MM sendiri memiliki aset yang cukup besar, sehingga sama sekali tidak masalah membiarkan Lu Li hidup santai bergantung padanya.
"Hah, ini sementara tidak perlu. Kami... maksudku Piao Ling punya ide. Dia mendorong Bendera Perang Berdarah dan lainnya membentuk pasukan gabungan untuk menyerang benteng Ibu Kota Kejayaan, sambil diam-diam memberi tahu pihak Ibu Kota Kejayaan. Dengan begitu mereka bisa saling menghancurkan. Aku memanggilmu agar hatimu tenang."
“Ini... ini terlalu kotor. Tak kira Piao Ling ternyata sejahat ini.” Elf Air berkata dengan wajah masih pucat, untung lawan bukan musuh.
“Iya, benar-benar licik! Makanya ketampanan tak bisa dijadikan nasi. Lelaki tampan biasanya pemikirannya kotor.” Lu Li mengernyitkan hidung sambil berkata.
“Lalu kenapa kamu tetap menempatkannya di sisimu? Tak takut kena balasan sihir?” Elf Air khawatir bertanya.
(Piao Ling: Balasan apaan itu?! Pasangan anjing! Kalian berdua sama-sama brengsek, pantas dibakar! Pacarmu 100 kali lebih jahat dariku!)
“Tak apa. Dia pemalas. Kalau bukan karena harus bernapas untuk hidup, mungkin dia malas menarik napas sekalipun. Jadi mustahil memberontak.” Lu Li menjawab santai, tak lupa menyelipkan hinaan terakhir untuk Piao Ling.
Elf Air akhirnya lega. Dengan semua guild sibuk saling serang, peluang mereka merebut benteng kedua di Barat Jauh jadi semakin besar.
Lu Li juga pernah berpikir untuk mendadak merebut benteng lagi.
Tapi dia harus menyadari kekuatan rumah kita sendiri. Ini berbeda dengan merebut Pembunuhan Pertama, yang hanya butuh 40 orang. Merebut benteng memerlukan 80 pejuang. Bahkan jika Hongtu Baye tidak membutuhkan bala bantuan, Lu Li dan kawan-kawan tetap harus mengumpulkan 160 jagoan.
160 orang saja sudah sulit, jadi pertahanan dilakukan dengan Upaya Setengah Hati, dan harus meminta bala bantuan.
Jika Pedang Penghakiman langsung mengendali tiga benteng, mereka harus memiliki 240 orang yang memenuhi syarat.
Benar-benar tidak ada!
Bahkan yang mirip pun tidak, kecuali meminjam 100 bala bantuan - itu juga tidak mungkin. Seratus bala bantuan lebih baik menyerang benteng sendiri lalu dijual ke klub besar.
"Mengembangkan klub adalah proses berkelanjutan, tanpa jalan pintas!"
Ini adalah kalimat yang sering diucapkan Genhao San saat rapat, di saat semua orang lain semangat ingin mencoba untuk mendominasi kalangan game, orang ini tenang hampir pesimis, dia sepertinya selalu merasa kapal raksasa Pedang Penghakiman ini akan tenggelam dalam sekejap.
Lu Li tidak sepessimis dia, tapi sangat lega karena dulu mengundangnya untuk mengurus manajemen Pedang Penghakiman.
Sayangnya, rencana tidak bisa mengimbangi transformasi.
"Kami ingin Hinterland, selama Pedang Penghakiman menginginkannya, kami bisa mengirim benteng di Lembah Abu-abu ini kepada Pedang Penghakiman." Bei Jiu Du Zhuo dengan wajah masam, penyesalannya hampir membuatnya berlutut di hadapan Lu Li.
"Kalian..." Lu Li tentu marah.
Menahan tekanan besar dari Ibu Kota Kejayaan, memberikan bantuan langsung, mengusulkan gagasan, membantu Hongtu Baye merebut benteng, sekarang katanya tidak mau lagi?
"Lu Li, dengar dulu, aku tahu ini sangat tidak ber-solidaritas. Aku juga menentang keputusan ini, tapi bos di belakang layar kami bersikukuh. Menurut mereka, kami akan semakin menempelkan diri pada kalian. Semua tahu dua benteng di Lembah Abu-abu pasti akan kalian rebut. Sekalipun kami mendudukinya, itu hanyalah untuk kepentingan kalian."
"Jadi bos kalian mengubah keputusan, ya?" Lu Li mencoba tenang. Situasi sudah begini, marah tak ada gunanya.
"Benar. Bos kami ingin merebut benteng yang sepenuhnya milik Hongtu Baye. Sudah kusarankan tapi tak didengar. Dia tidak mengerti bahwa dengan kekuatan Hongtu Baye saat ini, belum saatnya untuk menduduki benteng secara independen." Bei Jiu Du Zhuo menghela napas berat.
"Terkekeh." Lu Li hanya bisa menyunggingkan senyum dingin.
Di permulaan game dulu, Bei Jiu Du Zhuo mewakili Hongtu Baye mengajaknya bergabung dengan syarat yang sangat menggiurkan. Andai bukan karena keraguan, mungkin saat itu juga ia akan menyetujui.
Bagaimanapun, saat itu semua pikirannya tercurah untuk menyembuhkan penyakit adik perempuannya, belum ada ambisi untuk membangun jalan sendiri di dunia.
Keraguan saat itu adalah nahkoda Hongtu Baye, Huangtu Baiye.
Berdasarkan pemahamannya tentang orang ini, ambisinya besar tapi kemampuan minim, bukanlah pemimpin yang baik.
Bersekutu tidak masalah, yang penting saling menguntungkan. Begitu kamu tak bisa memberiku keuntungan lagi, aku bisa meninggalkanmu kapan saja.
Hanya tak menyangka sekutu ini begitu bermasalah, masalah muncul secepat ini.
Memang benar, Hongtu Baye menguasai Benteng Kedua Lembah Abu-abu itu seperti mempersiapkan Pedang Penghakiman, tapi sebagai sekutu, Lu Li tak akan mengecewakan mereka nanti. Bahkan bisa membantu mereka merebut benteng sendiri.
Lagipula, sekarang benteng dan peta terpisah. Pedang Penghakiman ibarat meminjamkan wilayah untuk Hongtu Baye mengembangkan benteng mereka.
Ketika Hongtu Baye benar-benar mampu menguasai benteng sendiri, mereka bisa memindahkan benteng yang sudah dibangun ke atasnya.
