"Aku ingin pergi ke sisi lain Gerbang Kegelapan. Aku sudah mempersiapkan diri." kata Lu Li.
"Gerbang Kegelapan... Tampaknya kamu sudah memahaminya, mungkin juga sudah siap. Tapi sisi lain Gerbang Kegelapan jauh melampaui imajinasimu. Masuklah ke dalam mimpiku, akan kutunjukkan padamu." Remulos langsung memahami maksud kedatangan Lu Li.
Sebagai saudara Ratu Mimpi, Penjaga Hutan dengan mudah menarik Lu Li masuk ke dunia mereka sendiri.
Gerbang Kegelapan adalah saksi seluruh sejarah perang manusia dan bangsa orc, merupakan garis start segalanya.
"Mungkin perang Burning Legion melawan Azeroth bisa ditelusuri hingga sepuluh ribu tahun lalu, tapi baru ketika air pasang hijau mengalir deras dari Gerbang Kegelapan dan menyapu seluruh tanah, barulah manusia biasa mengetahui adanya makhluk seperti bangsa orc. Pada momen itulah manusia fana Azeroth membuka babak perang melawan Burning Legion. Di saat yang sama, manusia dan bangsa orc mulai tenggelam dalam siklus kebencian yang saling membara."
"Tapi Elf, Naga, dan Aegwynn sudah sejak lama bertarung melawan Burning Legion," kata Lu Li.
“Maksudku manusia biasa, Anakku. Mereka semua bukan manusia biasa. Mage Agung Aegwynn jauh lebih kuat dari yang kamu bayangkan. Bahkan pantas disebut semi-dewa.” Remulos jelas-jelas sangat mengagumi penyihir wanita terkuat umat manusia itu.
Pemandangan di sekitar berubah, Lu Li seketika tiba di depan sebuah pintu teleportasi raksasa.
Pintu legendaris ini desainnya mirip gerbang kuil, terlihat khidmat dengan sentuhan mistis.
Konon, dua patung batu di gerbang itu dibuat menyerupai wujud Medivh sendiri. Namun hingga kini material konstruksi Gerbang Kegelapan masih menjadi misteri. Secara visual, ini hanyalah pintu batu biasa, namun tingkat kekokohannya jauh melampaui imajinasi manusia.
Pada Tahun ke-6 Kalender Gerbang Kegelapan, serangan balik Alliance akhirnya memaksa bangsa orc mundur ke sisi lain gerbang.
Saat itu mereka memiliki niat untuk menghancurkan Gerbang Kegelapan. Sayangnya kekerasan Gerbang Kegelapan jauh melampaui imajinasi mereka, mereka tidak bisa menghancurkannya. Akhirnya, setelah mempelajari, penyihir Khadgar yang familiar dengan Medivh baru menemukan cara untuk menutup Gerbang Kegelapan. Bahkan setelah menerima ledakan ruang dari Draenor, Gerbang Kegelapan tetap utuh, membuktikan kekokohannya. Mungkin, pembangunnya telah memperkuatnya dengan sihir. Dan ini adalah tenaga yang tidak bisa ditandingi oleh manusia biasa.
"Bahkan kamu... putra semi-dewa, juga tidak bisa menghancurkannya? Bagaimana dengan naga? Yang Mulia Naga Perunggu pasti bisa kan?" Lu Li tidak percaya.
"Kamu harus mempertimbangkan pembangun pintu teleportasi ini. Mereka tidak lebih lemah dari naga mana pun, tentu saja kecuali beberapa yang terkuat. Tapi kesenjangan kekuatan tidak sebesar yang kamu bayangkan. Selain itu, yang membuat pintu teleportasi ini tak tergoyahkan adalah nyawa tak terhitung orang Draenei."
Pembangun Gerbang Kegelapan adalah dua dari segelintir semi-dewa dalam sejarah "Fajar" yang berasal dari manusia biasa, dan merupakan yang terkuat di antara mereka. Salah satunya adalah Penjaga Terakhir yang memiliki kesadaran Sargeras——Medivh, sedangkan yang lain adalah penyihir gelap orc yang mendapat ajaran langsung dari Kil'jaeden——Gul'dan.
Pada tahun ke-5 Era Gerbang Kegelapan, Medivh yang telah sepenuhnya dikendalikan oleh Kehendak Sargeras menggunakan mantra untuk membangun hubungan dengan Gul'dan penyihir gelap orc di Draenor.
Dalam godaan tanah subur dan citra ilahi, Gul'dan setuju memimpin bangsa orc yang telah terpolusi oleh Burning Legion untuk menginvasi Azeroth. Maka Medivh membangun generator pintu teleportasi sendirian di daerah terpencil yang disebut Tanah Kutukan, yang kini dikenal sebagai Gerbang Kegelapan. Sementara Gul'dan dan para penyihir bayangannya membangun satu lagi di Draenor. Kemudian Medivh menggunakan tenaganya yang tak tertandingi untuk merobek ruang, menciptakan saluran dimensi antara Azeroth dan Draenor, menyediakan jendela pertama bagi bangsa orc untuk mengintip alam semesta Azeroth.
Retakan ruang perlahan-lahan meluas, sementara Gul'dan terus menyempurnakannya.
Akhirnya pada Tahun 1 Era Gerbang Kegelapan, Gul'dan berhasil membuka saluran permanen antara dua dunia. Setelah pembukaan pertama Gerbang Kegelapan, suku-suku orc membanjiri masuk dan mulai menginvasi Azeroth. Bagi manusia biasa, khususnya umat manusia, proses sejarah Azeroth pun berubah selamanya.
Kurang dari 4 tahun kemudian, Stormwind jatuh.
Invasi bangsa orc memberikan pukulan dahsyat bagi peradaban manusia. Makhluk-makhluk hasil modifikasi Burning Legion ini sama sekali tidak memiliki konsep belas kasih. Begitu masuk ke Azeroth, yang mereka tinggalkan hanyalah kenangan buruk darah dan api bagaikan mimpi ngeri.
Mungkin ada segelintir pahlawan seperti Grommash yang karena terlalu menghargai kejayaan mengampuni wanita dan anak-anak manusia, namun sebagian besar orc mungkin menganggap makhluk inferior lemah seperti manusia tidak layak mendapat perlakuan demikian.
Bangsa orc yang memang menyembah kekuatan fisik, di bawah pengaruh darah yang membara, hanya akan semakin haus darah.
Maka dendam darah antara manusia dan bangsa orc pun terjalin seperti ini.
"Kamu berpihak pada pihak mana, Yang Mulia Remulos." Lu Li bertanya, dia merasa ini poin penting, atau mungkin selama ini rasa penasarannya selalu membara.
Di Moonlight Clearing terdapat Druid dari berbagai ras, tidak hanya terbatas pada Alliance.
"Secara adil, kerusakan akibat perang dialami kedua belah pihak." Tangan Remulos melambai, membawa Lu Li ke sebuah benua asing.
Persis ketika Lu Li ingin melakukan pemeriksaan tentang tempat ini, benua tersebut mengalami transformasi yang mencengangkan - bagaimana sebuah planet yang sehat dan bangkit bisa mengalami kemerosotan langkah demi langkah.
"Selain fanatik dan haus darah, sebagian besar orc juga ingin merebut sebidang tanah subur untuk keluarga mereka - Draenor udah dari dulu dikacaukan Gul'dan sampai mirip Neraka," Remulos tersenyum mengejek: "Persis seperti serangan manusia terhadap troll dulu, bedanya cuma campur tangan Burning Legion..."
Namun kebiasaan suka berperang dan tingkat pengetahuan sosial yang relatif tertinggal mereka membuka celah bagi Burning Legion. Pada akhirnya, mereka dikendalikan oleh legiun tersebut. Inilah kelicikan Legion: membiarkan bangsa orc yang mati, lalu Legion mengambil untung di akhir. Mungkin beberapa orc kuat seperti Grom - elit di antara elit - akan diakui Legion karena kekuatannya dan akhirnya bergabung dalam barisan mereka. Tapi sebagian besar orc hanya menjadi umpan meriam untuk invasi Burning Legion. Bahkan tidak layak disebut umpan meriam Legion, karena Gul'dan hanyalah sosok egois yang kecanduan memperoleh citra ilahi untuk dirinya sendiri.
Bagaimanapun juga, perang telah dimulai dan segalanya tak dapat diubah. Manusia membenci bangsa orc sampai ke tulang sumsum, sementara perasaan orc terhadap manusia juga tidak lebih baik. Namun setidaknya manusia lebih beradab dibanding orc, mereka hanya mengubah orc yang kalah menjadi budak.
"Dari perspektif zaman sekarang, ini juga bisa dikatakan tidak memiliki belas kasihan sama sekali. Kehidupan budak tidak bisa dibayangkan oleh orang yang bisa duduk di rumah minum teh sambil berselancar internet."
"Mengapa Kau memperlihatkan semua ini padaku?" Lu Li bertanya dengan kebingungan.
"Anakku, jangan pernah kau merasa sudah sepenuhnya memahami dunia ini." Remulos menghela napas, membawa Lu Li kembali ke realitas: "Sekarang, ada sebuah tugas yang harus Kau lakukan."
