Dulu, Khadgar, Turalyon dan lainnya memimpin pasukan Alliance memasuki Draenor. Ras-ras lain untuk melindungi rumah mereka, juga merespons seruan masuk ke benua yang sudah hancur ini.
Mereka membangun dua benteng di Hellfire——mengapa dua bukan satu? Hanya bisa dikatakan Alliance dan Horde selamanya tidak bisa saling mempercayai sepenuhnya.
"Untuk mencegah Burning Legion memasuki Azeroth lagi, mereka menyalakan kobaran perang di berbagai wilayah Semenanjung Hellfire, terutama di Tangga Takdir yang menjadi choke point Gerbang Kegelapan. Pasukan penjaga ditempatkan siang-malam tanpa henti untuk bertempur."
"Menghadapi pasukan Burning Legion yang terus-menerus datang, satu tim tentu tidak cukup. Dibutuhkan beberapa regu untuk sistem giliran jaga."
"Pada awalnya, satu tim hanya perlu bertempur satu hari. Namun seiring berkurangnya jumlah personil ekspedisi, giliran jaga setiap beberapa hari menjadi lumrah. Tapi sistem tujuh hari sekali seperti ini memang jarang terjadi."
"Tim baru yang datang juga berbalut perlengkapan kumuh. Mereka terkejut melihat orang asing di sini."
"Semuanya bisa dipercaya. Mereka adalah pejuang yang layak dihormati," Letnan Jenderal Wolren melapor kepada Komandan garis depan baru Sesilia.
Letnan Jenderal Voloren tidak terlibat dalam giliran jaga. Sebagai komandan tertinggi di sini, beliau menjaga lokasi ini sepanjang tahun. Sesekali ikut bertempur, hanya makan roti kasar bernutrisi rendah dan dendeng hewan lokal Draenor. Saat lelah, beliau tidur sebentar di samping kereta perang terbengkalai yang masih berlumuran darah.
Sesilia adalah seorang Pastor mayat hidup.
Tidak diketahui apakah semasa hidupnya dia cantik, tapi sekarang sama sekali tidak terlihat menarik.
"Tampaknya segel Gerbang Kegelapan hampir terlepas," suara Sesilia terdengar serak. "Menurut kabar terbaru, akan banyak petualang yang melintasi Gerbang Kegelapan untuk memberikan bantuan."
"Kau benar. Ini semua petualang yang sengaja datang lebih awal untuk melapor, termasuk kereta perang ini - semuanya sumbangan mereka." Letjen Voloren berbicara khidmat. "Sesilia, aku tahu kehidupan tidak berarti bagimu. Tapi demi rekan seperjuangan yang gugur ini, kuharap kau menghargai kehidupan mereka."
“Kehidupan.” Sesil mengejek dengan beberapa kali tertawa serak, “Aku mengutuk semua makhluk hidup, tapi kebencianku lebih besar terhadap Wabah yang bahkan merampas status sebagai makhluk hidup dari kita, serta dalang sebenarnya di balik semua ini.”
Berkat perlindungan komandan tertinggi, Lu Li dan kawan-kawan tidak dikirim sebagai umpan meriam.
Mereka tetap bisa mengepung Komandan Abyss. Sesil menyukai situasi ini - Komandan Abyss yang dikepung Lu Li terutama memanggil Hellfire penyerang selama pertempuran. Jika terus diserang, ia tak sempat melakukan pemanggilan bebas.
“Sial, ini agak keterlaluan!” Yu Si Liulangren membentak sambil melempar peralatan ke tanah. Orang yang meraba peralatan itu ternyata hanya mendapatkan satu peralatan emas.
Meski Lu Li menjelaskan bahwa peralatan ini sebenarnya cukup bagus, ia tak tahan melihat anggota timnya membuatnya memalukan di depan bos.
“Aku juga tidak mau seperti ini. Aku merasa sudah cukup bagus dalam meraba peralatan, lihat saja barang apa yang diambil orang lain dari monster kecil.” Orang yang meraba peralatan itu terlihat tersinggung, bahkan ingin membantah — Kalau bilang aku jelek meraba, coba suruh bos sendiri yang meraba.
“Jangan ribut, ambil peralatannya, bersiap-siap hadapi gelombang monster berikutnya.” Lu Li melihat level-nya sendiri, merasa hari ini masih ada harapan naik ke level 61.
"Pedang Penghakiman si jago merah akan segera datang. Xiao Ba Jiang mengerjakan misi sendirian sambil membawa Can Meng, Wei Lan Hai Feng, Hua Di Li Qing, dan Luo Ying Hui Yi. Kalau tidak, pasti sudah datang lebih awal. Anggota klub lain juga gila-gilaan mencari titik pemicu misi."
Dengan adanya Wei Lan Hai Feng dan Can Meng, nanti melawan Komandan Abyss akan lebih mudah, juga bisa membuat kerusakan lebih besar.
Barang yang di-drop sekarang terlalu buruk, ini juga terkait kerusakan aktual yang mereka buat terlalu sedikit.
Pada sore hari, Lu Li akhirnya menerima kabar bahwa Xiao Ba Jiang dan rombongan akan melewati Gerbang Kegelapan. Dia secara khusus mengingatkan anggota baru yang datang belakangan: "Sebaiknya setiap orang membeli sebuah kereta perang untuk didonasikan ke NPC. Dibandingkan jimat diperkuat, kereta perang itu bukanlah masalah besar."
Lagipula jimat itu tidak dijamin akan diberikan. Meski donasi kereta perang mungkin tidak mendapatkan jimat diperkuat, setidaknya jimat biasa pasti bisa diperoleh.
Jimat milik Lu Li meningkatkan damage sebesar enam puluh persen. Efisiensi berburu monster meningkat signifikan, dari segi apapun ini menguntungkan.
Xiao Ba Jiang dan sepuluh orang lainnya bukanlah batas maksimal jumlah yang bisa dibawanya. Namun Lu Li juga tidak mungkin terus memaksanya membantu tugas. "Mengorbankan Ba Jiang demi kesejahteraan bersama? Alasan muluk-muluk seperti itu tidak layak digunakan," batin Lu Li sambil mencibir.
Memanfaatkan jeda setelah satu gelombang monster dibersihkan, Lu Li bersama Legiun Ksatria Suci langsung menerjang ke depan Gerbang Kegelapan. Setelah menyambut orang yang dituju, mereka segera kabur kembali.
Tepat saat gelombang monster berikutnya menyerang, sama sekali tidak perlu mengambil risiko.
"Ini alur normal apa?" Yu Si Liulangren menyaksikan Komandan Abyss keluar dari pintu teleportasi, langsung terpaku. Bukan berarti dia belum pernah melihat Komandan Abyss - monster jenis ini sudah banyak mereka bunuh. Masalahnya, dia benar-benar belum pernah melihat situasi dimana empat Komandan Abyss sekaligus muncul.
Tidak mengikuti aturan main!
Sekalipun kalian menambah jumlah, seharusnya bertahap dari satu ke dua, dua ke tiga. Langsung naik ke empat, ini namanya apa?
Jika dari awal kalian main seperti ini, markas Tangga Takdir pasti udah dari dulu ditaklukkan!
Memaksa menunggu sampai pemain membantu pertahanan baru main begini, jelas-jelas Sistem tidak ingin memberi kesempatan orang yang sedang makan pengalaman di sini untuk menikmatinya dengan tenang, sengaja membuat masalah buatan!
“Yang Mulia Sesilia, kurasa kita perlu bantuan.” Jika bisa tidak bertahan mati-matian, Lu Li sama sekali tidak ingin menghadapi empat Komandan Abyss karena mereka termasuk orang yang "menyelundup" ke Daratan Terlarang. Jika mati tanpa penyelamatan, mereka harus kembali ke Azeroth untuk regenerasi.
Untuk kembali, mereka harus memicu tugas itu lagi dari awal.
Belum lagi kerugian besar pengalaman dan peralatan akibat dihabisi. Jika benar-benar tidak bisa bertahan, Lu Li bahkan akan memimpin anak buahnya mengorbankan markas ini dan mundur terlebih dahulu.
Xiao Ba Jiang dan yang lain semakin bingung. Sebelum datang, mereka terus mendengar anggota Legiun Ksatria Suci membanggakan betapa mudahnya Daratan Terlarang - peralatan bertebaran, monster lemah seperti tahu yang bisa dibabat sembarangan, sambil terus mendesak mereka mengirim Can Meng ke sini untuk meraba peralatan.
Sekarang situasinya bagaimana?
Mengapa empat BOSS menyerang secara bersamaan? Ekspresi Lu Li dan kawan-kawan serta NPC sudah jelas menunjukkan ini bukan kondisi normal.
Baru datang langsung mati pulang, apa mereka dianggap turis?
“Jenderal Wolren, kurasa kami membutuhkan pertolonganmu.” Sesilia tampak tidak terlalu panik, seolah situasi seperti ini pernah terjadi sebelumnya.
“Tenang saja, Sesilia. Kau tahu, inilah makna keberadaanku.” Letnan Jenderal Wolren yang telah sampai di garis depan menghela nafas. Tubuhnya mengalami ekspansi cepat, berubah dari pria perkasa bangsa orc setinggi dua meter menjadi monster setinggi lima hingga enam meter.
