Saat ini, jumlah pemain di Tangga Takdir semakin bertambah banyak.
Pasukan Burning Legion yang tersisa sudah tidak mampu menggoyang kekuatan pertahanan. Sebagai 'Raja Gunung' yang diakui secara resmi, Xiao Ba Jiang ternyata memimpin para pemain menyerang pintu teleportasi Burning Legion dan berhasil meraih kemenangan.
Hadiah dari penghancuran pintu teleportasi itu memberikan manfaat manis bagi para pemain.
Estimasi ulang menunjukkan situasi pertempuran di sana akan segera berakhir. Jika ancaman sudah tiada, tentu tidak akan ada lagi tugas yang tersisa.
Saat itu, jabatan raja gunung Ba Jiang pun akan berakhir. Lu Li telah mengirim sebagian anggota Pedang Penghakiman ke markas ekspedisi untuk mengerjakan tugas. Begitu Pertempuran Tangga Takdir mereda, NPC akan membersihkan jalan menuju Benteng Kejayaan atau Thrallmar. Barulah para pemain bisa benar-benar berpijak di Daratan Terlarang.
Lu Li tidak perlu repot-repot seperti itu, dia bisa terbang.
Saat ini, pemain game 'Fajar' yang tidak terlalu bernasib sial dan enggan menghamburkan uang, hampir semuanya telah memiliki mount. Menunggang kuda kecil tentu lebih cepat daripada kabur.
Level 70 tidak hanya menambah skill menunggang level lebih tinggi, tapi juga membuka skill mengendarai terbang di Daratan Terlarang.
Asalkan reputasi pemain mencapai nilai tertentu, mereka bisa membeli mount terbang dari NPC di Kota Shattrath - tentu dengan koin emas yang jumlahnya tidak sedikit. Banyak pemain yang mengumpulkan uang selama setahun, langsung kembali ke masa pembebasan setelah membeli burung itu.
Gaya arsitektur Shattrath dan Honor Hold berbeda, bahkan di Daratan Terlarang sekalipun, manusia tetap mempertahankan gaya kastil khas Azeroth.
Honor Hold terletak di selatan Path of Glory dan Hellfire Citadel. Setelah Perang Bangsa Orc Kedua, Alliance mengirimkan kontingen ekspedisi untuk melintasi Gerbang Kegelapan guna menghabisi ancaman bangsa Orc secara tuntas.
Di bawah kepemimpinan Danath Trollbane, Alleria Windrunner, ksatria griffin Kurdran Martir, Jenderal Turalyon yang tegas, serta Mage Agung Khadgar, pasukan ekspedisi terlibat dalam pertempuran habis-habisan melawan bangsa Orc Draenor demi misi agung mereka.
Pasukan ekspedisi berhasil menutup Gerbang Kegelapan dari sisi Draenor dengan memanfaatkan Buku Medivh dan tengkorak Gul'dan, mengorbankan satu-satunya kesempatan mereka untuk pulang ke kampung halaman.
Sebelum pasukan ekspedisi menghancurkan Gerbang Kegelapan di sisi Draenor, Ner'zhul telah membuka beberapa pintu teleportasi ke dunia lain. Draenor yang sudah terbebani oleh penyalahgunaan mantra iblis bangsa orc, akhirnya tak tahan menerima guncangan dari pintu teleportasi baru ini dan mulai berkeping-keping.
Anggota ekspedisi menyaksikan seluruh planet bergetar di bawah kaki mereka, menyadari tinggal di Draenor sama dengan bunuh diri. Mereka memilih pintu teleportasi baru dan melintasinya. Setelah hari penentu itu, para petualang ini tak lagi memberi kabar. Mengingat kemungkinan selamat mereka sangat kecil, mereka dinyatakan tewas dan diakui sebagai martir. Pengorbanan heroik mereka tetap dikenang hingga kini. Di Lembah Pahlawan dalam gerbang Stormwind, berdiri lima patung batu pahlawan ekspedisi.
Faktanya, tak satu pun pahlawan ini yang mati.
Setelah dua dekade kehilangan kontak dengan Azeroth, pasukan ekspedisi telah berhasil mengukuhkan posisi mereka di peta Daratan Terlarang.
"Untuk mengenang almarhum Anduin Lothar, mereka menyebut diri mereka sebagai 'Putra Lothar'."
Saat ini Putra Lothar mengendalikan beberapa benteng di Daratan Terlarang termasuk Benteng Kejayaan. Meskipun bangsa orc belum sepenuhnya dikalahkan, pasukan penjaga Benteng Kejayaan dan seluruh anggota Putra Lothar telah melihat harapan baru. Dengan bergabungnya pasukan segar, ekspedisi berniat menyelesaikan misi yang belum tuntas sejak dulu, kemudian kembali ke Azeroth.
Lu Li tidak mengenal Lothar, tapi persahabatannya dengan Marsekal Windsor dari Putra Lothar benar-benar luar biasa.
"Aku elf berasal dari benua Azeroth. Ingin bertemu komandan tertinggi kalian. Membawa laporan intelijen dari markas ekspedisi." Versi saat ini Benteng Kejayaan belum resmi dibuka, ini benteng militer tertutup. Lu Li terpaksa memperkenalkan diri, khawatir para prajurit bersenjata api yang membidiknya akan secara tidak sengaja menembak.
"Tunggu sebentar." Penjaga yang menghadang Lu Li masih belum melegakan kewaspadaan.
Mereka datang terisolasi ke wilayah asing ini, melewati ledakan Draenor, bertempur setiap momen, tetap waspada terhadap siapapun.
Tak lama kemudian, Lu Li melihat seorang pria manusia tinggi besar mendekat. Usianya tampak sudah lanjut, janggut keemasannya mulai semburat keputihan, otaknya yang botak membentuk pola Mediterania seperti kebanyakan NPC manusia.
"Aku Danath, Komandan Stromgarde. Elf, sekarang bisakah kau serahkan laporan intelijen itu padaku?"
Sikap paman Mediterania ini terhadap Lu Li tidak bisa dibilang ramah. Meski melihat pangkat Letnan Dua di tubuhnya, bawah sadarnya masih menganggap anggota berkulit halus seperti ini sebagai bangsawan yang membeli jabatan.
Danath Trollbane pernah menjadi Kapten milisi Stromgarde.
Karena kinerja luar biasa dalam melawan invasi Horde, terutama selama kampanye pembebasan Kaz Modan, Danath mendapat promosi. Setelah Gerbang Kegelapan hancur dan perang berakhir, Danath pernah tinggal di Stormwind yang baru dibangun, sekaligus bertanggung jawab atas manajemen kamp tawanan.
Kepadatan ekstrem di kamp tawanan memaksa Aliansi memindahkan tawanan orc ke Penjara Durnholde yang lebih besar di selatan benua Lordaeron demi alasan keamanan. Kemudian seorang Letnan manusia bernama Edelas Blackmoore ditunjuk sebagai sipir baru penjara tersebut.
Itu sudah menjadi kisah lain sama sekali.
Tak lama setelah Ner'zhul kembali membuka Gerbang Kegelapan, bangsa orc mengepung benteng Nethergarde yang menjadi pos terdepan Azeroth. Danath diperintahkan memimpin pasukan untuk memukul mundur serangan orc. Namun ini hanyalah taktik pengalihan cerdik Ner'zhul. Saat pasukan inti Danath bertempur sengit dengan kekuatan militer Horde di Benteng Nethergarde, satuan khusus gabungan orc dan Ksatria Kematian menyergap Stormwind yang baru. Pada akhirnya, mereka tidak hanya mencuri Buku Medivh, tetapi juga merampas artefak suci lainnya.
Meski kemudian Danath berhasil memukul mundur "serangan frontal" bangsa orc, sementara itu Ner'zhul pun pulang dengan membawa hasil jarahan yang melimpah.
Tak lama kemudian Aliansi mengorganisir serangan balik besar-besaran. Danath bergabung dengan tim ekspedisi yang dipimpin Ksatria Suci Turalyon dan Mage Agung Khadgar, melintasi Gerbang Kegelapan menuju dunia Draenor yang merah menyala. Pertempuran antara Aliansi dan Horde kembali berkobar. Belakangan Danath memilih untuk tetap tinggal di benua Draenor sebelum ledakan Gerbang Kegelapan bersama beberapa pahlawan lainnya, nasibnya tidak diketahui pasca ledakan.
Patung batu lima pahlawan didirikan selamanya di luar gerbang megah Stormwind.
Pada akhirnya, semua ini terjadi karena nilai daya tarik yang rendah.
"Danath Trollbane!" Mata Lu Li berbinar: "Anda adalah Danath Trollbane salah satu dari Lima Pahlawan?"
"Aku memang Danath Trollbane, tapi aku tidak tahu maksudmu dengan Lima Pahlawan." Sesuai pengaturan sistem, Danath Trollbane sampai saat ini belum pernah berhubungan dengan petualang dari benua Azeroth.
Alasan dia keluar menemui Lu Li adalah karena yang bersangkutan mengaku berasal dari Azeroth.
Maka Lu Li pun menceritakan legenda Lima Pahlawan di benua Azeroth, tentu dengan menyelipkan pujian halus berkali-kali.
Menyadari dirinya telah dijadikan martir hidup-hidup, Danath Trollbane menghela napas pilu. Terutama saat mendengar nama Windsor, akhirnya dia melepas kewaspadaan dan menarik Lu Li masuk ke markas.
