"Maafkan seorang petualang yang kelelahan. Tanganku berlumuran darah Naga, dikejar-kejar sekawanan Naga sialan. Jika Naga adalah musuh bersama, berikanlah sedikit persediaan makanan dan air bersih." Lu Li berbicara dengan sikap tenang, ekspresi mencekamnya berhasil mengelabui dua penjaga.
Tak lama kemudian, Lu Li dibawa masuk ke reruntuhan.
Di sini terlihat dibersihkan dengan rapi, setidaknya sangat berbeda dengan reruntuhan yang pernah dilihat Lu Li sebelumnya. Sebagian besar adalah Kaum Terbuang, penampilan mereka masih sedikit mirip orang Draenei, tapi jarang ada yang masih menyangka mereka sebagai Draenei.
Banyak orang berbaring miring di samping pilar reruntuhan yang terbengkalai, pandangan kosong dan bingung, dibandingkan Kaum Terbuang liar justru lebih sedikit kegilaan dan keinginan merusaknya.
Saat Lu Li melewati mereka, para Kaum Terbuang ini bahkan tak sekilas pun melihatnya. Kemungkinan mereka tidak memiliki kemampuan bertarung, agak tidak sesuai dengan kabar angin tentang Kaum Terbuang yang mulai mengagungi roh binatang dan mempelajari sihir Druid.
"Orang asing, apakah kau meremehkan kerabatku?" Sebuah suara terdengar.
Lu Li mengangkat kepala dengan cepat, mengikuti arah suara itu. Di atas sebuah reruntuhan terlihat seekor burung gagak. Burung itu tidak memandang Lu Li, sibuk merapikan bulu-bulunya dengan paruhnya. Tapi Lu Li yakin dialah yang berbicara tadi.
Setelah berubah menjadi burung gagak, Lu Li tidak bisa berbicara. Namun karena telah melakukan transformasi burung gagak berkali-kali, ditambah pengamatannya yang detail terhadap bentuk burung gagak di dalam game, dia dengan mudah menemukan perbedaan antara gagak asli dan palsu.
"Mohon maaf atas kelancanganku." Lu Li memberikan penghormatan kepada burung gagak itu.
Burung gagak itu pun tak bisa melanjutkan aktingnya. Dengan mengibaskan bulunya, dia mengepakkan sayap dan mendarat. Dalam kilauan cahaya, sosoknya berubah menjadi seorang Kaum Terbuang. Dibanding anggota suku lainnya, pria ini memiliki sepasang mata yang sangat berbinar.
"Jangan terlalu dipikir, remaja. Aku Ikuti. Dari sorot matamu, aku tak melihat keheranan. Apakah sebelumnya kau pernah melihat mantra transformasi serupa?" tanya Ikuti penasaran.
"Ya, aku pernah bertemu seorang makhluk agung. Dia menguasai mantra transformasi burung gagak, bahkan menggunakan bulu Dewa Gagak untuk membuat tudung jubah," jawab Lu Li.
“Hah……” Tiba-tiba merasa dihancurkan dengan mudah, Yi Kuti merenungkan sejenak, di antara orang-orang yang dikenalnya sepertinya benar-benar tak ada yang berani mencabut bulu Dewa Gagak untuk dibuat jubah, apalagi orang itu juga secara kebetulan P menguasai mantra transformasi burung gagak.
“Dia juga mengajarkan sihir ini padaku.” Lu Li berhenti sejenak, berubah menjadi bebek darah merah gelap.
Jauh lebih keren dan lebih mencolok daripada transformasi Yi Kuti!
Yi Kuti menatap Lu Li dengan ekspresi bodoh, tepat saat Lu Li mengira dia ingin mengakui hubungan saudara, barulah dia menghela napas panjang dan berkata: "Jika hanya sebatas ini, justru hatiku menjadi seimbang. Mantra transformasimu ini sebenarnya hanya bentuk luarnya saja, perubahan wujud itu nomor dua, yang lebih dominan adalah unsur sihirnya."
“Aku tidak paham.” Lu Li dengan jujur mengaku kalah.
Namun, ini justru membuktikan dari sudut pandang lain bahwa Yi Kuti memang punya dua kemampuan, makanya bisa diakui oleh artefak suci.
“Maknanya sederhana. Setelah bertransformasi, kamu tetap dirimu sendiri, sedangkan aku... adalah burung gagak sejati. Inilah Jalan Druid. Kami berdoa kepada roh binatang untuk diakui dan menjadi binatang buas yang memiliki kemampuan bertarung. Setelah bertransformasi, kamu seharusnya tidak bisa menggunakan mantra, kan?” kata Ikuti.
“Ya,” Lu Li mengangguk.
Ikuti kembali berubah menjadi burung gagak. Dengan suara "swish", dia terbang ke ketinggian. Kepakan sayapnya melepaskan kilat-kilat yang menghujam tanah, mengubah beberapa reruntuhan batu menjadi debu.
Rencana Lu Li untuk merampas artefak suci langsung pupus.
Ini jelas kekuatan level BOSS! Jika dipaksakan, meski bisa menjatuhkannya, Pedang Penghakiman harus membayar harga mahal. Lagipula menjatuhkan BOSS belum tentu membuat artefak suci drop. Lu Li tidak percaya pihak resmi akan membuat BOSS drop artefak di fase awal versi baru.
“Inilah jalan burung gagakku, roh binatang buas menganugerahiku kemampuan mengendalikan mantra alam. Segalaku berasal dari jalan alam.” Setelah mendarat, Ikuti berkata dengan bangga.
“Aku... sebenarnya juga mengagumi jalan alam. Aku sering terpesona oleh kekuatan dahsyat alam, merasa hanya alamlah yang merupakan kekuatan Yang Maha Tinggi.” Lu Li bertanya dengan kelicikan: “Maestro Ikuti, bolehkah aku mengikutimu mempelajari jalan alam?”
“Kau...” Ikuti terkejut, ia menggelengkan kepala: “Aku bisa melihat, kau adalah seorang penyamaran yang kuat.”
“Ini tidak menghalangi usahaku mengejar jalan alam. Apakah aku tak boleh belajar?” Lu Li memutuskan menampilkan artefak suci terakhirnya——ia mengulurkan tangan. Gerakan ini selalu berhasil, tak peduli seberapa hebat NPC yang melihat Cincin Agung-nya, pasti akan bersujud di celana jasnya, minimal memperlakukannya secara khusus.
Sayangnya, Ikuti mengabaikan alat di tangannya seperti seorang orang buta.
Lu Li canggung menarik kembali tangannya, barulah teringat, meski sama-sama disebut jalan alam dan merupakan pecahan Druid, tapi Azeroth dan Draenor sepenuhnya sistem yang berbeda. Gelar Cenarius, Iku'ti bahkan tidak pernah mendengarnya.
Ini benar-benar seperti memberikan isyarat mata ke Orang buta.
"Meski aku pencuri, tapi aku bisa menggunakan skill Druid. Lihatlah." Lu Li berubah menjadi macan tutul kecil, menggunakan beberapa skill. Ada juga bentuk beruang, juga menggunakan beberapa skill.
Sebenarnya, selain berubah menjadi macan tutul untuk kabur dan tak kasat mata, skill lainnya tidak terlalu berguna baginya. Justru transformasi anjing laut lebih berfungsi, mengingat kekuatan Lu Li yang sudah bisa menyelesaikan sebagian besar masalah. Jika ada masalah yang tak bisa diselesaikan dengan kekuatan sendiri, meski berubah jadi "Ultraman" pun tak akan berguna.
"Ini benar-benar artefak suci, artefak suci yang sesungguhnya!" Kesombongan Iku'ti langsung lenyap.
Dia adalah orang yang pernah menyaksikan artefak suci, namun belum pernah melihat barang seperti ini. Patung Dewa Gagak mungkin memiliki kekuatan ajaib, namun sehebat apapun tidak mungkin membuat seorang pencuri memiliki kemampuan Druid - pemberian langsung berbeda dengan pelatihan, dan di matanya Lu Li jelas bukan tipe orang yang bisa melatih sendiri Jalan Druid.
Fungsi patung Dewa Gagak sebenarnya sederhana: meningkatkan Intelejensia dan Semangat dari segi atribut - inilah akar kemampuannya menyelesaikan masalah kesadaran Kaum Terbuang. Kemudian juga menambah level mantra Druid - ini hasil tafsiran dari sudut pandang pemain. Dari sudut pandang NPC, artefak suci ini bisa memberikan kecerdasan pada orang, mencerahkan yang bodoh untuk menemukan kebenaran mutlak alam.
Singkatnya, ini adalah barang bagus.
Milik Lu Li ini juga barang bagus. Dalam arti tertentu sama sekali tidak kalah dengan patung Dewa Gagak, hanya saja artefak Lu Li ini belum lengkap, masih memiliki ruang pertumbuhan yang sangat besar.
"Temanku, terima kasih telah memberitahukan semua ini. Namun kau patut bersyukur, artefak ini telah mengakui dirimu sebagai tuannya. Seandainya tidak, mungkin aku takkan bisa menolak keserakahan dalam diriku." Ikuti akhirnya berkata.
