"Orang-orang di bawah itu dari perusahaan apa? Ada acara makan bersama perusahaan?" Seorang tamu dari ruang privat di lantai dua keluar ke toilet, berjalan di koridor untuk menghirup udara segar, kebetulan bisa memandang ke aula jamuan makan dari atas.
"Tidak terlalu jelas. Semuanya remaja. Perusahaan ini cukup bersemangat."
"Haha, waktu kita masih muda, semangat kita lebih membara daripada mereka."
"Hei, pelayan! Ini perusahaan apa? Di sini setidaknya ada ratusan orang. Jumlahnya terlalu banyak." Dalam pertemuan teman sekelas lama yang sedang agak mabuk, rasa penasaran jadi lebih besar. Mereka bahkan menarik pelayan dan bertanya.
“Ini masih banyak? Ini bahkan belum sepersepuluh dari jumlah sebenarnya.” Pelayan hampir merendahkan para lansia ini.
“Perusahaan dengan puluhan ribu karyawan? Itu pun semuanya masih muda, tidak mungkin, di Kota Jiangnan belum pernah dengar.” Bola matanya hampir terlepas dari soket.
“Klub game, pernah dengar Pedang Penghakiman? Ada 100-200 ribu pemain, di sini hanya sebagian anggota mereka yang berada di markas Kota Jiangnan.” Pelayan berkata dengan penuh kebanggaan. Pemuda Jiangnan yang bermain game umumnya menyukai Pedang Penghakiman dan bangga akan organisasi ini.
“Bermain game kok bisa sampai sebanyak ini? Terlalu berlebihan. Apa mereka bisa menghidupi sebanyak ini?” Kedengarannya seperti dongeng.
“Mereka punya tiga empat benteng di dalam game. Menghidupi ratusan ribu orang itu mudah, lebih menghasilkan daripada perusahaan besar di dunia nyata. Saya perkirakan kekayaan pribadi Lu Li minimal sudah miliaran, belum lagi pacarnya yang lebih kaya. Baru dua tahun lho.” Sebenarnya pelayan ini juga tidak tahu banyak, tapi itu tidak menghentikannya untuk menerbitkan pendapatnya.
“Main game, tak disangka bisa sesukses ini...” Apa sebaiknya tidak melarang anak di rumah main game lagi. Di sini dia sibuk mengakali perusahaan kecil, sedangkan anak muda itu sudah mencapai puncak hidup hanya dengan bermain game.
Zaman sudah berbeda, memandang segala sesuatu dengan cara berpikir lama benar-benar ketinggalan jaman.
Angin dan awan di bawah langit lahir dari generasi kami, begitu masuk dunia persilatan waktu seakan dipercepat.
Membicarakan ambisi kekaisaran sambil tertawa, tak sebanding dengan mabuk sekali dalam hidup manusia.
Pertemuan rasanya pasti ada minum-minum, apalagi dalam grup yang mayoritas laki-laki, akhirnya Lu Li pun tidak bisa menghindar.
Sebenarnya dia jarang minum alkohol.
Baik sebelum terlahir kembali maupun sesudahnya, hidup selalu seperti beban berat di pundaknya. Dia sama sekali tidak berani bersantai. Sekarang meski belum benar-benar sukses, setidaknya sudah punya karier sendiri dan sekelompok saudara yang bisa dipercaya.
Seolah dipengaruhi alkohol, dia berdiri sambil mengangkat gelas anggurnya.
Tempat pertemuan perlahan kehilangan suara, semua orang menatapnya.
"Terima kasih, semua yang hadir di sini."
"San Ge sebelumnya selalu bertanya mengapa aku terburu-buru, sebenarnya aku tak ingin orang tahu, aku ini orang yang sangat kekurangan rasa aman, rapuh, dan punya rasa inferior."
"Aku sering terbangun ketakutan karena mimpi, khawatir tiba-tiba jadi miskin. Jadi ini disebut 'terbangun karena kemiskinan'."
Saat mengatakan ini, semua orang tertawa terbahak-bahak. Lu Li pun ikut tersenyum.
Semua mengira Lu Li sedang bercanda, padahal hanya Lu Li yang tahu ini serius: "Dengan kalian di sini, barulah aku merasa aman. Kalian adalah pendukungku. Tanpa kalian, aku Lu Li sebenarnya bukan apa-apa."
Entah candaan atau tidak, perkataan ini cukup menyentuh hati.
"Hehe, dengan keberadaan orang di sampingmu itu, siapa yang bisa lebih aman darimu? Benar kan, Air MM!" Selalu ada orang bodoh yang merusak suasana, Biru Muda Laut Angin memang tipe orang kikuk seperti itu.
Lu Li juga menyadari suasana TKP yang mulai agak berat karena ulahnya sendiri, jadi dia berhenti bermain perasaan.
"Ayo, kita minum!"
"Bangsat, cuma bercanda dikit aja, kamu malah mau mabukkan aku. Habis aku mabuk nanti, mau ngapain? Dasar, aku anggap kamu saudara, kamu malah mau ngegituin aku. Hai Feng, ajarin tuh Lu Li kamu! Orang yang tiap hari ngandalin Xiao Zuo Xiao You itu bahaya!"
"Sial, mending elu minum aja!"
Tidak tahan mendengarnya, Lu Li menarik kerah Wei Lan Hai Feng dan langsung menuangkan segelas anggur ke mulutnya.
Awalnya Wei Lan Hai Feng membentak marah ke arah Lu Li, perlahan tatapannya mulai kosong. Sepuluh detik kemudian, diiringi hitungan beberapa orang, Krek! Dia limbung dan terjatuh ke lantai.
Langsung ada yang menyeretnya ke pinggir.
Orang minum segelas langsung tumbang kayak gitu nggak pantas duduk semeja sama bos saat makan.
"Tidak menunggu dia kenyang dulu baru minum bersama." Meski menjadi bahan candaan, setidaknya Elf Air masih menyimpan hati yang baik.
"Gapapa, di kamarnya ada tumpukan mi instan rasa daging sapi kecap manis semua." Lu Li sama sekali tidak punya belas kasihan.
Tapi sebentar lagi dia juga akan membutuhkan belas kasihan.
Di era apapun, meja-minum Tiongkok selalu memiliki konsep senior-junior. Dalam kondisi normal, kamu harus memberi hormat pada atasan, kalau tidak akan terlihat seperti memprotes kepemimpinan.
"Bos, saya menghormatimu dengan satu gelas ini. Saya habiskan, Bapak terserah."
"Bos, saya doakan Bapak dan Air MM cepat Mencapai hasil yang sempurna. Bapak terserah, gelas ini saya habiskan."
"Bos sudah bekerja keras, tidak perlu banyak bicara."
"Bos, saya cuma preman percuma. Semua yang ada hari ini berkat Bapak. Hari ini saya senang, Bos, ayo kita minum satu gelas."
Sekalipun 'terserah', minimal harus menyesap sedikit. Kalau sampai bibir tidak basah, benar-benar akan dianggap meremehkan orang.
Jadi, bencana Lu Li pun tiba.
Genhao San yang cekatan langsung menyimpan beberapa makanan di perutnya lalu ikut tumbang di sebelah Biru Muda Laut Angin.
Sudah ada satu petinggi yang pura-pura mati, kalau dia ikut pura-pura juga maka hari ini benar-benar tidak akan ada yang bisa dimainkan.
Untungnya toleransi alkohol Lu Li benar-benar luar biasa, terutama setelah mendapatkan latihan intensif selama satu dua tahun terakhir, ternyata dia bisa minum satu putaran penuh tanpa tumbang - setidaknya sudah lebih dari selusin botol bir yang dihabiskan.
Mereka yang menunggu-nunggu lelucon kosong dari Lu Li semuanya tertegun seperti patung: Kapan sih toleransi alkohol bos bisa sehebat ini?
Setelah menyelesaikan satu putaran minuman, Lu Li langsung menitipkan adik perempuannya kepada Can Meng dan Ba Jiang, lalu pergi membawa Elf Air di tengah sorak-sorai kerumunan orang.
Tanpa kehadiran bos di lokasi, para anggota lainnya baru bisa benar-benar bersenang-senang.
Seberapa akrab pun pemimpin berusaha tampil, tetaplah dia seorang pemimpin. Kalau benar-benar berbuat konyol dengan pemimpin, itu jelas menunjukkan rendahnya SQ dan EQ.
Pinggir sungai di tengah malam sangat cantik, sebagian besar adalah orang-orang yang tinggal di sekitarnya keluar untuk jalan-jalan setelah makan malam.
Lu Li menggenggam tangan Elf Air dengan sangat natural.
Pasangan kekasih seperti ini tidak jarang terlihat di tepi sungai, bahkan ada beberapa anggota senior berambut putih saling menopang berjalan di bawah cahaya lampu kekuningan yang kusam.
Sepertinya saling mendukung seperti ini juga tidak buruk, tiba-tiba Lu Li merasa agak iri pada orang-orang seperti mereka.
Alat komunikasi di dalam saku bergetar sekali.
Lu Li mengeluarkannya dan melirik sekilas.
Ternyata pesan dari adik perempuannya, hanya berisi beberapa kata sederhana.
"Kakak, pergilah ke alun-alun kecil, jangan terlalu terkejut."
Gadis kecil ini sedang merencanakan kejutan apa lagi, Lu Li bingung dalam hati, tapi dia juga cukup penasaran, lalu membawa Elf Air berjalan ke arah alun-alun kecil.
