Menghadapi pasukan sekeji ini, Penjaga Biru Murni sama sekali tidak memiliki solusi.
Bukan berarti formasi dua healer Pedang Penghakiman benar-benar kebal. Solusinya: Entah empat damage dealer fokus serangan terpusat pada healer dengan kemampuan bertahan hidup lebih lemah, atau kita juga pakai dua healer untuk duel endurance - menunggu pihak mana yang kehabisan sumber daya duluan atau membuat kesalahan fatal.
Pedang Penghakiman sama sekali tidak terburu-buru, sementara Penjaga Biru Murni terus berusaha mengingatkan diri sendiri untuk tetap tenang.
Tapi tetap ada yang panik. Di putaran ini mereka mengalami kekalahan telak.
Bahkan penjadwalan pertandingan persahabatan pun dibatalkan. Setelah menyelesaikan pertandingan, Lu Li dan kawan-kawan menerima wawancara sederhana dari media lokal, lalu bergegas terbang kembali ke Kota Jiangnan.
Setelah bertanding di kandang lawan, kini giliran kandang sendiri dengan interval satu hari.
Hari itu tentu digunakan untuk membuka lahan baru di dungeon Gunung Hyjal. Hanya dengan menjatuhkan Akumonde mereka bisa merebut Pembunuhan Pertama terakhir.
Wajar saja hari itu dihabiskan dalam kondisi dihabisi. Ini sama sekali tidak memengaruhi persiapan menghadapi Penjaga Biru Murni di kandang sendiri keesokan harinya, mengingat kemenangan gemilang di kandang lawan.
Stadion terbesar di Kota Jiangnan sebenarnya tak terlalu luas. Mengingat antusiasme penonton esports yang begitu besar, tiket pun menjadi langka.
Banyak yang mulai menggunakan koneksi.
Contohnya, kakek Elf Air mengonsultasikan ke Lu Li untuk mengamankan beberapa tiket, menyatakan ingin mengajak seluruh keluarga menonton pertandingan.
Ini jelas-jelas memberi kesempatan unjuk diri. Seandainya sang orang tua itu menyatakan ingin menonton pertandingan esports, tiket berjubel akan dikirimkan bahkan memenuhi separuh medan gaya pun bukan masalah.
Lu Li mengamankan 200 tiket dan mengantarkannya langsung.
Tuan Fan membawa seluruh keluarganya, ditambah beberapa kerabat dan tetangga, ternyata menggunakan sebagian besar dari 200 tiket tersebut.
"Kenapa tiba-tiba ingin menonton pertandingan esports? Dulu kamu tidak tertarik dengan hal ini kan." Istri bertanya penasaran pada suaminya.
"Tuan Fan yang mengajak, mana mungkin kita menolak." Suami juga menghela napas.
"Kakek Fan itu sudah sepuh, kenapa mengajak kita menonton acara seperti ini? Rasanya kurang pantas untuk kalangan atas." Sang istri sangat memperhatikan status sosialnya, tidak memahami makna di balik tindakan tokoh panutan kalangan atas seperti Tuan Fan.
"Jangan bicara sembarangan! Apa maksudmu 'tidak pantas'? Wanita tak berpengetahuan! Tahukah kamu industri game sekarang berkembang pesat? Aset ratusan juta kita ini jika diinvestasikan bahkan tidak akan membuat riak. Aku sempat berniat investasi di klub super, tapi ketika mereka tanya berapa yang mau kutanam, langsung diusir dengan sopan." Suami mengungkapkan perasaan campur aduk.
"Tapi apa hubungannya dengan Kakek Fan? Keluarga Fan kan keluarga terpelajar. Oh iya, kudengar putri kecil mereka mengelola beberapa industri game."
"Benar! Gadis kecil itu sekarang semakin kompeten. Nilai pasarnya setidaknya ratusan kali lipat nilai saya, baru berusia dua puluhan awal." Membandingkan manusia hanya akan membuatmu mati kesal, apalagi dengan kesenjangan sebesar ini.
"Oh, aku paham. Apakah pertandingan hari ini dari klub milik Putri kecil?"
"Bukan begitu, tapi ada kaitannya. Aku beri tahu, Putri kecil sudah memilih orang pilihan."
"Apa?"
"Pelankan suara! Orangnya ada di pertandingan hari ini. Jangan bicara sembarangan. Kudengar seluruh anggota keluarga Fan cukup puas."
"Pangeran dari keluarga mana?"
"Bukan dari keluarga mana pun. Katanya dia pemuda yang merintis dari nol. Sekarang punya dua klub. Sekretaris kota sering makan bersamanya. Dengan gaya keluarga Fan seperti itu, mana mungkin mereka tertarik pada anak orang kaya biasa."
“Ini memang benar. Bagaimanapun juga Nona Fan sudah menikahi pria seperti itu. Oh ya, Putri kecil sudah memilih tunangannya, apakah ayahnya Tuan Shen tahu?”
“Pasti tahu. Tapi selama Tuan Fan mengangguk, beranikah dia bersuara?”
“Apakah ini sudah diputuskan?”
“Konon bulan depan akan diadakan pesta pertunangan. Tuan Shen... hehe.”
“Ini akibat ulahnya sendiri. Tidak ada satu pun jantan yang bisa dipercaya.”
“……”
Di pihak Pedang Penghakiman, target yang akan turun ke arena sudah dipilih.
Orang pertama yang turun adalah Luo Ying Hui Yi.
Jangan salah paham.
Alasan memilihnya adalah untuk sengaja kalah di babak pertama.
Ini merupakan aturan tak tertulis. Jika keunggulan tandang sangat besar, saat tuan rumah harus memberikan satu kemenangan.
Ini disebut tuan rumah yang baik.
Luo Ying Hui Yi benar-benar tak mengecewakan dengan kekalahannya di babak pertama. Levelnya sekarang hanya di tier ketiga atlet esports. Di satu sisi karena sering menyia-nyiakan waktu, di sisi lain karena Shaman Peningkatan memang lemah di arena.
Di pertandingan kedua yang turun adalah Fat Monkey, Fat Monkey juga kalah dari Jubu Tanhan.
Ini agak canggung, Lu Li awalnya tidak berniat kalah di pertarungan ini. Nanti harus cari alasan untuk menghukum si orang bodoh ini.
Entah dia sombong atau tidak, yang jelas minum-minum, judi, dan pesta pora tidak pernah dia lewatkan.
"Apakah situasinya tidak terlalu baik?" Tuan Fan menoleh bertanya pada cucu perempuannya. Dia tidak terlalu paham, tapi setidaknya bisa membedakan menang atau kalah.
"Tidak masalah serius, hanya sedikit kekalahan kecil. Mungkin sengaja memberi muka pada lawan. Kemarin lusa Lu Li membawa tim ke markas mereka dan menang terlalu telak." Elf Air menjelaskan demikian.
"Wah, orang yang kamu sukai turun ke arena."
"Aduh, Kek, ngomong apa sih."
"Hahaha."
Lu Li naik ke panggung, dengan cepat mengalahkan Jubu Tanhan yang sudah dilumpuhkan Fat Monkey, lalu menghadapi prajurit gila dari Penjaga Biru Murni [Kakak Bingo].
"Prajurit gila memang memiliki keunggulan terhadap pencuri, lawan sengaja menggunakan keuntungan profesi untuk meng-counter dia." Elf Air membantu menjelaskan pada kakek.
"Lalu apakah Xiao Lu pasti akan kalah?"
"Tidak, bahkan saya pun bisa mengalahkan prajurit gila ini."
"Kamu sangat yakin padanya."
Semua yang terjadi di arena seolah membuktikan perkataan Elf Air. Meski agak tersendat, setelah pertarungan yang cukup panjang, Lu Li akhirnya berhasil mengalahkan prajurit gila yang dikirim lawan dengan keunggulan setengah HP.
Jika menghadapi level seperti Moonlight, mungkin dia memang tidak bisa menang.
Kakak Bingo sangat kuat untuk pencuri biasa, tapi sayangnya dia berhadapan dengan Lu Li.
Posisi ketiga di pertarungan arena Penjaga Biru Murni diisi oleh Sihir Merintih.
"Dia pemain bintang yang sangat hebat. Saya pernah beberapa kali bertarung dengannya dengan hasil menang-kalah." Kata Elf Air.
"Kalau begitu Xiao Lu tidak terlalu istimewa? Bagaimana bisa kamu tertarik padanya?"
“Hmph! Aku tidak mau bicara lagi denganmu.”
“Baik, mari kita lihat bagaimana Xiao Lu mengalahkan Sihir Merintih ini.”
Tidak diragukan lagi Lu Li bisa mengalahkan Sihir Merintih, tapi saat ini HP-nya tinggal setengah dan skill-nya hampir habis.
Pertandingan juga membatasi waktu maksimal. Jika Lu Li terus menyamar dan menghindari pertempuran sampai waktu habis, sistem akan menghakiminya sebagai pihak yang kalah.
Sang Buku panduan Pencuri legendaris sekali lagi membuktikan gelarnya dengan menunjukkan apa arti sesungguhnya dari "Buku panduan Pencuri" melalui kekuatan nyata.
Tentu ini juga terkait kehadiran keluarga Tuan Fan yang duduk di bangku penonton.
Kalau di situasi biasa, mungkin dia tidak akan bertarung mati-matian seperti ini. Hasil pertarungan arena biasanya 3-2 atau 2-3, selisih satu poin. Yang penting menang di babak arena, terserah skor akhirnya, toh tidak mempengaruhi kepastian Pedang Penghakiman lolos ke babak berikutnya dengan dua kemenangan.
Tapi sekarang, Lu Li harus menang.
