Setelah jimat ditempel, orang gemuk menghela napas. Dua mata naga yang sebelumnya mengucurkan darah akhirnya berhenti. Para penduduk desa memandangnya dengan nafas tertahan. Mungkin mereka tidak setuju tindakannya pada batu naga keluarga Chen, tapi mengingat contoh Chen Er Gou yang tewas seketika, siapa yang berani protes?
Ekspresi orang gemuk masih tegang setelah semua ini. Aku dan Chen Qingshan mendekat dengan hati-hati, takut mengganggu prosesnya. Setelah beberapa saat, dia berkata pada Chen Qingshan: "Kepala desa, suruh beberapa orang mengembalikan batu naga ini ke dalam dan kubur dengan baik."
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Chen Qingshan. Rangkaian peristiwa hari ini membuatku menyadari suasana hatinya yang sangat gelisah.
Orang gemuk menggelengkan kepala, “Tidak tahu. Tadi Sun Zhongmou hanya bilang 'satu daun menutupi mata' padaku. Aku juga tidak mengerti maksudnya, tapi dalam panik aku menggunakan darah murniku untuk menggambar jimat penangkal kejahatan dan menempelkannya. Tak disangka ternyata berhasil.”
“Yí yè zhàng mù?” Aku mengulang frasa itu. Rupanya dalam dua detik percakapan telepon, kakak hanya menyebutkan empat karakter ini. Setelah mengulanginya beberapa kali, aku memahami kenapa si gemuk memilih menutupi mata prasasti kepala naga dalam keadaan darurat - pada dasarnya ini berarti menghalangi pandangan.
“Apa arti frasa itu, Daun? Kau tahu aku tidak berpendidikan.” Chen Qingshan bertanya padaku.
“Ini adalah pepatah: 'Sebuah daun menutupi mata, tak melihat Gunung Tai'. Kira-kira maksudnya tertipu oleh permukaan, tidak bisa melihat hakikat sebenarnya.” Aku menjelaskan pada Chen Qingshan.
“Apa kau bilang? Yí yè zhàng mù apa?” Wajah si gemuk berubah pucat mendengar penjelasanku, “Maksudmu Gunung Tai?”
“Ya, 'tidak melihat Gunung Tai'.” Aku menjawab bingung.
“Gunung Tai... Gunung Tai... Batu Shigan Dang Gunung Tai!” Si gemuk bergumam berulang-ulang. Tiba-tiba ia menepuk pahanya, “Aku mengerti! Kepala desa, segera suruh orang mengembalikan prasasti kepala naga ke tempat semula! Sekarang juga!”
Chen Qingshan juga dibuat bingung oleh si gemuk, tapi melihat ekspresi tegang si gemuk, dia tidak berani lengah. Segera memanggil beberapa pemuda untuk mengangkat prasasti kepala naga ini kembali ke rumah Han Xue dan menaruhnya di lubang dalam. Si gemuk juga ikut masuk sambil memberi perintah: "Timbun semua tanahnya."
Baru setelah lubang itu tertutup dan semuanya kembali seperti semula, wajah si gemuk mulai sedikit tenang. Chen Qingshan berkata pada penduduk desa: "Saudara-saudara bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Sarapan belum dimakan kan? Pulanglah dan sibuklah, di sini sudah tidak ada pekerjaan lagi."
Pada saat ini sebenarnya tidak ada lagi hal menarik untuk dilihat, semua orang pun bubar. Namun rasa penasaran mereka sudah terbangun, kulihat banyak yang berdiskusi sambil berjalan. Setelah kerumunan bubar, kami baru menyadari Chen Er'gou yang bisu itu masih berjongkok di tanah, memandangi kami dengan sorot mata aneh.
"Kamu masih belum pergi?" bentak Chen Qingshan.
Chen Er'gou tetap berjongkok di tanah, memeluk kaki sambil menunjuk mulutnya sendiri, lalu melirik takut ke arah si gemuk. Artinya dia tidak akan pergi sebelum jimat penutup mulutnya dilepas. Melihat ini Chen Qingshan tertawa: "Sekarang tahu takut, sebelumnya ngapain aja? Bisa saja kamu memprovokasi orang. Kata Tuan Gemuk, pilih antara bersujud atau menunggu lidahmu membusuk. Aku tidak bisa menolongmu dalam hal ini."
Chen Er'gou menggelengkan kepala, wajahnya penuh ketidakpuasan, menandakan dia tidak akan bersimpuh. Chen Qingshan berkata: "Tidak mau bersimpuh ya sudah. Kalau ingin menunggu seperti ini, silakan tunggu saja."
Setelah itu Chen Qingshan berkata pada si Gemuk: "Ayo, cari tempat untuk ngobrol."
Melihat kami hendak pergi, Chen Er'gou langsung panik. Pada saat ini dia berganti-ganti antara ketakutan dan kemarahan, ekspresi wajahnya sangat rumit. Karena aku ini orang berhati lemah, lagipula masih satu desa, aku pun berkata pada si Gemuk: "Sudahlah Tuan Gendut, berdebat dengan orang seperti ini malah merendahkan statusmu. Bebaskan dia, kasihan sekali."
"Kamu ngerti apa? Orang picik seperti dia memang perlu dihajar. Kalau diberi muka malah semakin diberi hati minta jantung. Kalau mau menghajar harus sampai tuntas, biar si anjing ini kapok. Kalau tidak, dia malah akan cari cara menyusahkanmu." kata si Gemuk.
"Bukannya kau seorang praktisi Tao? Tapi aura kejahatanmu sangat kuat. Tidak terlihat sedikitpun prinsip 'mengalir dengan alam' darimu." candaku.
"Justru sikap Tuan Gendut inilah yang disebut Tao sejati. Bebas melakukan apa yang sesuai sifat asli, tidak perlu memaksakan diri. Sikap sok suci itu namanya kebodohan." bantah si Gemuk.
Belum lagi ucapan si Gemuk selesai, terdengar suara benturan kepala dari belakang. Setelah menoleh, kulihat Chen Er'gou bersimpuh membungkuk-bungkuk dengan keras ke arah bayangan kami.
Perubahan sikapnya yang drastis sekarang, bagaikan dua orang yang berbeda sama sekali dibandingkan saat dia pamer kekuasaan tadi.
"Saudara Maling Raja, lihat kan? Kata orang gemuk gak salah kan? Semakin keras teriakan di mulut, semakin sialan tak punya tulang punggung. Orang jahat sejati mana banyak omong kosong? Hal ini harusnya kau tiru dari Ye Jihuan yang namanya sama denganmu. Di masyarakat, Kak Ye-ku, kejam tapi jarang bicara."
"Sudahlah, dia sudah berlutut juga, cepat lepaskan." Kataku. Perkataan orang gemuk membuatku teringat kakak sulungku Sun Zhongmou, bukankah dia tipikal orang kejam yang sedikit bicara?
Orang gemuk ini pasti takkan melewatkan kesempatan memukul anjing tenggelam. Ia menoleh ke Chen Ergou sambil tertawa: "Kalau kau benar-benar keras kepala terus, aku akan hormati kau sebagai pria sejati. Ternyata cuma telur lunak, pulang sana! Minum sekilo minyak wijen langsung sembuh."
"Harus benar-benar sekilo?" Aku berbisik.
"Sesendok saja cukup. Kalau tidak sampai ususnya berminyak, dia takkan kapok." Kata orang gemuk.
"Kau ini benar-benar jahat sekali." Kutertawakan sambil memaki.
——Sampai di balai desa, orang gemuk yang sebelumnya santai karena menggoda Chen Ergou kembali terlihat muram. Sebelum sempat bertanya pada Chen Qingshan dan aku, dia langsung bicara: "Daun yang menutupi mata bukanlah intinya. Bukan maling kelas kakap, Master Gemuk juga takkan tahu ada frasa 'tak melihat Gunung Tai' di belakangnya. Dua karakter 'Tai Shan' inilah kuncinya. Batu Tai Shan Shigandang itu untuk menstabilkan rumah. Sun Zhongmou memberi tahu kita bahwa Batu Naga ini menekan mata fengshui Fudigou, fungsinya bukan untuk memakmurkan seluruh desa, tapi memanfaatkan kekuatan Batu Tai Shan untuk mengendalikan energi bumi Fudigou. Batu Naga ini kemungkinan besar juga terbuat dari batu Tai Shan."
"Mengendalikan energi bumi?" tanyaku.
Orang gemuk mengangguk: "Bukankah kita sebelumnya bertanya-tanya, Fudigou yang bersandar di Gunung Funiu dan menginjak Sungai Luoshui, seharusnya menjadi daerah yang makmur dan penuh energi positif, tak sepantasnya miskin menyedihkan begini. Waktu itu Master Gemuk belum menemukan akar masalahnya. Sekarang jelas, batu naga yang ingin dijaga mati-matian oleh Kakek Tiga-mu itulah penyebab energi bumi Fudigou tak bisa mengalir."
"Jadi maksudmu selama batu naga dikeluarkan, Fudigou akan semakin makmur?" tanyaku lagi.
Anehnya orang gemuk itu benar-benar mengangguk.
"Lalu ngapain dikubur lagi? Cepat keluarkan!" seru Chen Qingshan. Bukan hanya dirinya sebagai kepala desa yang berpikir begitu, bahkan aku pun setuju. Keluarkan saja bisa kaya, siapa yang mau tetap miskin?
“Kalian berdua benar-benar berpikiran sempit, tidak dengarkah kata-kata Sang Gemuk tentang menumpas energi bumi? Saat mata naga mulai berdarah, Sang Gemuk langsung tahu ada masalah. Jika tebakanku benar, prasasti kepala naga ini ditinggalkan oleh seorang ahli tingkat tinggi - bukan ahli biasa, pasti seseorang yang sangat mendalami ilmu fengshui. Dengan mendirikan prasasti kepala naga di mata fengshui Fudigou, ini seperti Melukis Mata Naga yang menghidupkan naga Fudigou menjadi berarwah. Tapi ketika keluar dari mata fengshui, prasasti ini tiba-tiba mengeluarkan darah dari kedua matanya sebagai peringatan. Bahkan tanpa Sun Zhongmou mengatakannya, Sang Gemuk akan segera mengembalikannya.” kata orang gemuk itu.
Sebenarnya aku cukup mengerti penjelasannya. Maksudnya ada ahli yang mendirikan prasasti kepala naga di mata fengshui untuk mencegah energi naga terbuang percuma dan tidak bisa memelihara penduduk desa Fudigou, tapi energi naga itu sedang menahan sesuatu dengan fungsi khusus. Makanya prasasti itu harus dikembalikan - mirip konsep segel dalam novel kultivasi.
Ketika kuantarkan pertanyaan ini kepadanya, Sang Gemuk mengangguk: "Pintar! Murid yang bisa diajar!"
"Apa yang ditahan itu?" potongku cepat-cepat sebelum dia mulai berfilsafat lagi.
“Kalau tebakan Paman Gemuk tidak salah, pasti ada sesuatu di dalam air. Di Dua Belas Gua Hantu yang penuh mayat terendam, sudah menjadi kuburan massal dengan aura kematian menyengat. Benda di dalam sarkofagus batu di air itu bahkan dijuluki dewa sungai, kalian sudah lihat sendiri kemampuannya. Tapi Dua Belas Gua Hantu tidak bisa mengganggu dunia manusia, paling-paling orang yang masuk tidak bisa keluar. Asal tidak provokasi, semuanya aman. Kenapa? Semua karena Monumen Kepala Naga ini yang menahannya! Sekarang kalian masih menyalahkan Paman Gemuk karena memasang Monumen Kepala Naga?” kata Orang Gemuk.
