“Tidak! Tidak ada yang terlambat!” Kulepaskan genggamannya dan berdiri. Kukeluarkan ponsel dan menghubungi nomor Kakak. Begitu tersambung, kuteriakkan dengan suara serak penuh isakan: “Sun Zhongmou! Aku tidak peduli rencanamu apapun! Paman Pilar tidak boleh mati! Jika kau masih menganggapku adikmu, selamatkan dia!”
Usai berkata, langsung kuputus sambungan telepon tanpa memberi kesempatan membantah.
Entah mengapa rasa takut ini begitu mencekam. Padahal Paman Pilar masih duduk di hadapanku, tapi perasaan mengerikan ini telah muncul sejak pertama kali melihat foto almarhum yang dipasangnya sendiri.
Kenangan masa lalu terbayang jelas.
Bagaimana mungkin aku tega membiarkan pria yang berperan sebagai ayah dalam hidupku ini meninggal?
"Dia berulang kali menasihatiku untuk menghentikan tindakan ini, tapi aku tidak mendengarkannya. Kematiannya, bukankah aku yang menyebabkan semuanya?"
Suara Paman Pilar gemetar menahan tangis, dia mengusap air mata di wajahnya: "Daun, jangan menyusahkannya. Zhongmou memang hebat, tapi tak bisa menyelamatkan orang yang pasti mati."
"Tidak! Dia pasti bisa! Sarkofagus batu itu sangat kuat, tapi dia bisa menyelesaikannya dengan tiga kali sentakan dan lima langkah. Si gemuk yang hebat itu? Bukankah dia tetap takut padanya? Oh iya, si gemuk!" Aku segera menelepon si gemuk: "Tuan Gemuk, carilah Chen Qingshan. Datanglah ke rumah Paman Pilar, kita harus menyelamatkan orang."
"Dasar anak bandel! Sudahlah, cepat! Pamanku tidak punya waktu lagi." Paman Pilar menghentikan tangisannya, memandangku dengan tegas.
Aku menutupi telinga sambil berteriak: "Aku tak mau dengar! Sepatah kata pun tak mau! Selama aku tak mendengar, Paman takkan mati. Aku salah, Pamanku! Sekarang juga aku akan pergi dari Fudigou, takkan kembali selamanya!"
Paman Pilar menghampiri, menamparku hingga terjatuh. Tapi kemudian dia menggendongku dengan hati-hati seperti saat aku kecil dulu: "Bodoh, sebenarnya Pamanku yang salah. Masalah ini sudah dimulai, bukan lagi urusan kita untuk berhenti sesuka hati. Dulu aku berjanji pada Kakek Tiga untuk menjaga rahasianya, bahkan bersumpah dengan racun. Tujuanku agar tak ada yang membunuhnya, tapi dia tetap mati. Karena dia sudah mati, orang itu pasti takkan melepaskanku."
“Sekarang, Paman akan memberitahumu, orang yang membunuh ayahmu bukan Raja Mayat dalam sarkofagus, melainkan...” Di saat itu, Paman Pilar tiba-tiba melemparkan seluruh tubuhku.
Aku jatuh ke lantai, menatap Paman Pilar dari belakang.
Dengan mata kepalaku sendiri, kulihat pupil matanya perlahan membesar, kemudian dari kedua pupil itu tiba-tiba menyembur dua percikan api.
Dua percikan api itu dalam pandanganku perlahan membesar, seketika berubah menjadi kobaran api yang melahap seluruh tubuh Paman Pilar.
Paman Pilar menatapku untuk terakhir kalinya, sorot matanya kembali lembut seperti biasanya. Dia mengulurkan tangannya. Aku menjerit histeris, hati dan empedu seakan hancur. Aku berlari ke arahnya ingin menariknya keluar dari api, tapi dia melambaikan tangan. Sorot matanya saat itu persis seperti si Bodoh saat menatapku sebelum mati.
Di matanya, hanya tertulis dua kata: Jangan.
Tiba-tiba suara langkah kaki datang dari luar. Kulihat bayangan seseorang menyambar masuk ke ruangan. Lelaki ini bertelanjang dada, otot-otot berisi di tubuhnya tampak sempurna.
“Kakak!! Selamatkan dia!!” Teriakku padanya.
Sebenarnya Kakak sama sekali tidak ragu. Dia mengeluarkan belati, menggoreskan telapak tangannya sendiri. Berlari ke arah Paman Pilar, dia menyiramkan darahnya ke tubuh Paman. Kuderengar suara api yang padam oleh siraman darah.
Paman Pilar saat ini sudah tidak bisa menahan kesakitan, dia meraih Kakak dengan kuat, akhirnya berteriak histeris: "Nyalakan Lampu Jiwa!!"
Setelah berteriak, seluruh tubuh Paman Pilar menjadi kaku dan terjatuh ke lantai.
Meskipun api telah padam, seluruh tubuh Paman Pilar mengeluarkan asap hitam. Pada saat yang sama, Orang Gemuk dan Chen Qingshan juga masuk ke dalam rumah. Begitu melihat situasi ini, Orang Gemuk langsung mengumpat "Sialan!", lalu berlari menyerang Kakak. Saat ini Kakak berdiri di samping Paman Pilar, sementara kondisi Paman Pilar membuat Orang Gemuk mengira Kakak sedang membunuh.
Saat Orang Gemuk mendekati Kakak, Kakak mengayunkan lengannya dan langsung melempar tubuh besar Orang Gemuk. Tidak ingin melihat konflik terjadi, aku berteriak ke Orang Gemuk: "Tuan Gemuk, hentikan! Bukan seperti yang kau pikirkan!"
Saat itu, Kakak berdiri dan mendekatiku. Dia menatapku - pertama kalinya aku melihat penyesalan di mata Kakak. Dia berbisik padaku: "Maaf, aku datang terlambat satu langkah."
"Tidak mungkin! Bagaimana mungkin? Orang yang baik-baik tiba-tiba terbakar?" Aku masih tidak percaya.
"Fosfor putih, api hantu." Kakak berbisik pelan.
Pada saat itu, Orang Gemuk sudah mendekati Paman Pilar. Dia mengecek hidung Paman Pilar dengan tangan: "Daun! Jangan nangis sialan! Masih ada napas, belum mati!"
Setelah berkata demikian, si gemuk dengan panik mengeluarkan mantra dan lebih kacau lagi menggambar simbol di tubuh Paman Pilar. Terakhir, ia membakar selembar mantra sambil berteriak ke Chen Qingshan: "Ambil air, cepat!"
Chen Qingshan yang sudah terpaku melihat pemandangan di dalam rumah langsung berlari mengambil semangkuk air setelah diteriaki. Si gemuk mencampur abu mantra terakhir ke dalam air, membuka mulut Paman Pilar dan menuangkan cairan itu. Dengan wajah bermandikan keringat, dia berkata padaku: "Aku sudah menahan arwahnya sementara dengan mantra penenang jiwa. Cepat hubungi ambulans! Sial! Tidak sempat, cari mobil sekarang!"
Aku menelepon layanan darurat. Chen Qingshan mengangkut Paman Pilar yang sudah menghitam terbakar menggunakan satu-satunya mobil van di desa. Meski begitu, butuh dua jam sampai Paman Pilar tiba di rumah sakit. Saat sampai, napasnya sudah sangat lemah.
Aku duduk di luar ruang gawat darurat dalam kondisi linglung. Kakak tidak ikut. Si gemuk duduk di sampingku sambil menepuk bahuku: "Jangan terlalu khawatir. Kalau bisa bertahan sampai besok pagi, dia akan selamat."
Aku mengangguk, tak tahu apakah perkataannya benar atau sekadar menghibur. Saat tadi datang, dokter langsung menyuruh kami mempersiapkan hal terburuk. Jelas situasinya sangat genting.
Si gemuk kemudian bertanya: "Apa yang terjadi? Kok tiba-tiba bisa terbakar seperti itu?"
"Aku memberitahu situasinya kepada si Gemuk. Setelah mendengar semuanya, dia terlihat sangat bingung. Perlahan aku menenangkan diri dan berkata padanya: 'Sekarang jelas, orang bijak di desa yang disebut Paman Pilar ternyata adalah Kakek Tiga. Dulu yang memasang lampu langit untuk istri pertama Paman Pilar, juga yang memberikan jimat pelindung saat Paman Pilar mengangkat mayat, semuanya adalah Kakek Tiga. Dulu kupikir orang yang tidak mau disebutkan Paman Pilar itu adalah pembunuh ayahku, tapi sekarang jelas Paman Pilar merahasiakannya hanya untuk keamanan Kakek Tiga.'"
Setelah mengatakan itu, kepalaku terasa sangat pusing. Seperti yang pernah dikatakan si Gemuk sebelumnya, situasi di Fudigou yang kecil ini ternyata telah berkembang menjadi sangat rumit sampai tingkat yang tak terduga.
Paman Pilar baru didorong keluar dari ruang gawat darurat beberapa jam kemudian. Seluruh tubuhnya dibalut perban tebal. Dokter mengatakan meskipun nyawanya berhasil diselamatkan sementara, kondisinya masih sangat kritis. Kami hanya sempat melihat sekilas sebelum Paman Pilar didorong masuk ke ruang perawatan intensif.
"Tenang, aku tidak bohong. Asal bisa melewati malam ini, dia pasti tidak akan mati," kata si Gemuk.
Untuk perkataan orang gemuk, aku hanya bisa mengangguk. Makanan yang dibungkus Chen Qingshan kemudian pun tak kusentuh. Bisa dibilang, dalam sehari Kakek Tiga dan Paman Pilar berturut-turut tertimpa musibah. Kalau bukan karena Kakak dan orang gemuk yang sebenarnya berada dalam situasi pasti mati, ini hampir membuatku panik. Aku teringat beberapa kali upaya Paman Pilar menghalangi dan menasehatiku dulu, perasaan di hatiku campur aduk. Bahkan aku sendiri tak tahu apakah harus melanjutkan atau tidak.
Aku belum lama kenal dengan orang gemuk ini, tapi dia sangat memahamiku. Melihatku linglung, dia menarikku ke luar rumah sakit dan memberikanku sebatang rokok. "Daun, nasehat penghibur tak akan kusampaikan. Kau sudah paham. Hari ini satu mati satu luka berat, terdengar sangat serius. Tapi menurut Sang Pangeran Gemuk ini, sebenarnya ini hal baik. Tahu kenapa? Ini membuktikan kita sedang selangkah demi selangkah mendekati kebenaran. Ada yang sudah panik, sampai harus membungkam saksi. Jadi, Paman Pilarmu pasti tak akan kubiar mati. Banyak hal yang mungkin dia ketahui."
