Chen Dongfang perlahan mendorong pintu. Masuk ke dalam rumah, dia melihat Paman Pilar yang seluruh tubuhnya terbungkus perban di tempat tidur pasien. Matanya menyapu sekeliling ruangan: Si Gemuk masih mendengkur, Xiao Wang memperhatikan orang yang tiba-tiba muncul ini. Chen Qingshan yang awalnya duduk di tepi tempat tidur langsung mengenali Chen Dongfang dan hendak berdiri bicara. Chen Dongfang menekan tangannya ke bawah sambil berbisik: "Sudah larut malam, jangan ganggu mereka."
Setelah itu, dia melambaikan tangan ke Xiao Wang dan Chen Qingshan: "Ayo, bicara di luar."
Saat sampai di ambang pintu, Xiao Wang melihat pria berkepala plontos dengan penampilan aneh yang mengikuti Chen Dongfang dari belakang, langsung berteriak kaget: "Sial, Li Qing?"
"Kau kenal?" Aku bertanya agak heran pada Xiao Wang.
"Biksu Buta! Orang ini main Cosplay? Waduh, keren banget!" kata Xiao Wang.
"Apa-apaan ini?" Aku dibuat bingung oleh omongan Xiao Wang.
"Game! League of Legends, game paling populer sekarang. Kostumnya persis karakter dalam game, cuma bajanya kurang mirip. Harusnya pakai celana pendek merah baru perfect. Paling keren se-alam semesta! Namanya Lee Sin si Biksu Buta." jelas Xiao Wang.
"Nggak tahu, aku nggak main game." Tapi aku mulai paham maksudnya. Awalnya penampilan dan nama orang ini terkesan sangar, tapi setelah tahu cuma meniru karakter game, orang yang mengikuti Chen Dongfang ini malah terlihat konyol di mataku.
Xiao Wang mungkin penggemar game dan tukang ngobrol. Begitu melihat kostumnya, dia langsung nempel dan mulai nanya-nanya soal game: server mana, peringkat berapa - hal-hal yang sama sekali tidak kupahami. Chen Dongfang tidak menghentikan obrolan mereka, malah menyuruhku dan Chen Qingshan menyendiri: "Kenapa ada polisi di sini?"
Kuceritakan tentang pembunuh bayaran yang datang malam tadi. Wajaknya semakin muram setelah mendengar, lalu bertanya: "Tang Renjie yang suruh?"
"Aku tidak menyangka, Chen Dongfang yang sudah bertahun-tahun tidak pulang ke rumah ternyata mengenal Tang Renjie. Tapi setelah dipikir lagi, sebagai tokoh berpengaruh di dunia bisnis Luoyang, wajar saja kalau Chen Dongfang mengenalnya." Aku mengangguk dan berkata, "Di Luoyang, siapa lagi kalau bukan dia?"
Chen Dongfang mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon. Tak lama kemudian, kudengar dia berbicara langsung ke telepon, "Ini Chen Dongfang. Kau tahu di mana aku, datang ke sini. Waktuku tidak banyak dan tidak suka menunggu lama."
Awalnya kukira Chen Dongfang menelepon Tang Renjie, tapi dari nada bicaranya terdengar tidak seperti itu. Kutanya, "Paman Dongfang, siapa yang ditelepon?"
"Tang Renjie." Tak disangka Chen Dongfang tetap memberiku jawaban itu.
Setelah berkata demikian, Chen Dongfang berjalan ke koridor rumah sakit dan duduk. Dia tidak bicara lagi, hanya memejamkan mata seolah sedang memikirkan sesuatu.
Nada bicaranya terhadap Tang Renjie membuatku terkejut. Awalnya kukira dia orang yang biasa saja, tapi harus kuakui keberaniannya berbicara seperti itu pada Tang Renjie membuatku meremehkannya. Ini membuatku sangat penasaran dengan putra Kakek Tiga ini. Karena jarak kami agak jauh, kuturunkan suaraku dan bertanya, "Kepala Desa, pekerjaan putra Kakek Tiga apa? Kok bisa sehebat ini?"
Chen Qingshan menggelengkan kepala, "Aku juga tidak tahu. Hanya tahu dia di Shanghai. Paman Tiga juga tidak pernah menyinggungnya."
"Sepertinya cukup hebat," kataku.
"Seperti itu juga kesannya," ujar Chen Qingshan.
"Chen Dongfang awalnya berkata di telepon bahwa dia akan memberitahuku beberapa hal setelah kembali, tapi sekarang dia tidak mengatakannya. Karena aura yang dipancarkannya, aku tidak berani banyak bertanya, hanya bisa berdiri di sini menunggu. Karena bosan, aku ingin mendengar percakapan Li Qing yang berpakaian aneh dengan Xiao Wang. Aku tidak tahu apakah Li Qing bisa tahan dengan polisi unik seperti Xiao Wang. Tapi begitu kudengar, mereka ternyata asyik mengobrol, sepertinya mereka kebetulan berasal dari daerah yang sama, saling menyebutkan ID, dan berencana main SOLO bareng. Seketika itu, aura misterius Li Qing di mataku runtuh sepenuhnya.
Kami menunggu sekitar dua puluh menit. Dari lantai tiga, kulihat sekelompok orang tiba-tiba masuk ke aula lantai satu. Mereka semua berjas rapi, berjalan tegak seperti pengawal Zhongnanhai. Benar saja, di tengah kerumunan itu, dikelilingi seperti bulan dikitari bintang-bintang, berdiri Tang Renjie.
Dia datang ke rumah sakit ini dengan sekitar tiga puluh orang. Untungnya karena sudah larut malam, tidak banyak orang di rumah sakit sehingga tidak menimbulkan keributan. Beberapa satpam hanya memandang dari jauh, takut mendekat karena aura mengintimidasi dari kelompok ini.
"Dongfang Xiong, maaf tidak menyambutmu dengan layak." Tang Renjie berdiri di lantai satu, tertawa ke arah kami.
"Li Qing." Chen Dongfang tidak membalas ucapan Tang Renjie, malah memanggil nama dengan suara lembut.
Li Qing yang sedang asyik mengobrol dengan Xiao Wang berkata: "Oke, kembali ke game."
Setelah berkata demikian, ia berjalan menuju Chen Dongfang. Matanya tertutup kain merah, namun langkahnya sama sekali tidak terhambat. Ini membuatku curiga sebenarnya dia bukan tunanetra, hanya berdandan seperti itu untuk efek tertentu.
Li Qing mendekati Chen Dongfang. Chen Dongfang berkata: "Menerima tamu tanpa membalas budi adalah perbuatan tidak sopan."
Li Qing mengangguk, lalu berbalik menuju tepi tembok. Ia memutar lehernya hingga berbunyi krek-krek. Kulihat senyum mengerikan mengambang di wajahnya.
Di bawah tatapan kagumku, dengan satu tangan menopang di tembok, tubuhnya berputar dan seluruh badannya melompat dari lantai tiga.
"Aduh!" gumamku. Segera kubaringkan diri di tepi tembok untuk melihat ke bawah. Ternyata Li Qing masih utuh berdiri di tanah, tersenyum sambil berjalan mendekati sekelompok orang pimpinan Tang Renjie.
Menghadapi Li Qing sendirian, para pengawal Tang Renjie langsung siaga maksimal. Mereka cepat-cepat mengubah formasi, melindungi Tang Renjie di belakang.
"Saudara Dongfang, ini kurang baik bukan?" Tang Renjie mengangkat kepala. Dari posisinya, mustahil melihat Chen Dongfang yang duduk di kursi dekat tembok, namun tetap berteriak ke arahnya.
Chen Dongfang masih diam. Dia mengeluarkan sebatang rokok, menyalakannya, menarik napas dalam-dalam sambil bersandar di bangku panjang, perlahan menghembuskan asap.
Bersamaan dengan nyala rokoknya, di lantai bawah Li Qing mulai bergerak.
Langkahnya sangat cepat, seorang diri, bagaikan prajurit pemberani yang tak takut mati, menyerbu ke arah dua tiga puluh orang yang dibawa Tang Renjie.
Tang Renjie mendengus dingin, menggerakkan tangannya. Sekumpulan pengawalnya langsung berlari menyerbu Li Qing.
Kemudian, aku menyaksikan adegan yang kukira hanya ada di film.
Li Qing sendirian menerobos kerumunan. Aku sama sekali tak bisa melihat gerakannya, tapi kulihat satu per satu pengawal Tang Renjie terlempar.
Satu lawan banyak. Orang paling garang yang pernah kulihat adalah kakakku, tapi gerakan Li Qing lebih cepat dan mengalir bak air terjun. Dalam hal kungfu aku idiot, hanya merasakan postur dan gerakannya penuh keindahan. Kostumnya yang awalnya terlihat aneh dan janggal, dalam pertarungan ini justru membuatnya tampak seperti ahli bela diri terhebat.
"Jurus Delapan Belas Jatuhan?" Aku terpana menyaksikan pertarungan di lantai bawah. Tak sadar si gemuk sudah berdiri di sampingku sambil berteriak kaget.
"Apa?" tanyaku.
"Sebuah jurus rahasia. Aneh, dari mana asal biksu ini?" si gemuk mengerutkan kening.
"Dari Aliansi Pahlawan," jawabku meniru nada suara Xiao Wang.
"Apa?" si gemuk tampak bingung, memandangiku dengan wajah tak mengerti.
"Hahaha, kalian berdua benar-benar membosankan." Xiao Wang tertawa terbahak-bahak. Setelah selesai tertawa, dia sama sekali tidak ingin berbicara banyak dengan kami, malah terus menatap pertarungan di lantai bawah. Sepertinya dia sudah melupakan identitasnya sebagai polisi.
Sementara itu, pertarungan di lantai bawah sudah mendekati akhir.
Setelah Li Qing menghempaskan orang terakhir dengan pukulan kait, seluruh tubuhnya bergerak lateral dengan kecepatan lebih tinggi. Gerakan terakhir adalah kakinya yang menempel di tengkuk Tang Renjie.
Dari keterampilan Li Qing tadi, aku bisa merasakan: jika tendangan ini benar-benar mengenai, aku tidak meragukan nyawa Tang Renjie akan terancam.
"Tendangan putar! Keren!" Xiao Wang mengacungkan jempol ke arah Li Qing di lantai bawah.
Li Qing masih mempertahankan posisi itu, tapi dia menggelengkan jari telunjuknya perlahan ke arah Xiao Wang.
Kemudian dia mengucapkan kalimat yang membuatku bingung: "Kamu salah, ini R-flash."
