Meski aku juga ingin melihat uji tanding mereka berdua, tadi malam saat Li Qing bertindak aku sempat berpikir - kalau Kakak dan dia ini benar-benar berkelahi, siapa yang lebih kuat? Tapi ketika mereka benar-benar mulai bertarung, aku tidak bisa tenang. Tinju dan tendangan tidak punya mata, bagaimana jika ada yang terluka? Aku berteriak ke Chen Dongfang: "Paman Dongfang, kamu bawa Li Qing ke sini pasti untuk berkelahi ya? Andai tahu begitu, aku tidak akan mengajakmu."
Chen Dongfang mengangkat cangkir teh hijau Biluochun dan terus meminumnya perlahan. Matanya menatap kedua orang yang sedang bertarung di arena. Melihatnya tidak menghiraukanku, dan karena kedua orang ini sudah berkelahi pasti tidak bisa dihentikan, akhirnya aku duduk juga untuk menonton. Tapi begitu melihat situasi di arena, aku merasa Kakak sepertinya dalam kondisi tidak menguntungkan. Kakak bertubuh tinggi, sementara Li Qing bertipe kecil-kecil dengan tubuh sangat lincah dan gerakan gesit. Setiap kali dia mendekat ke Kakak, entah dengan satu tinju atau tendangan, selalu menyerang sekali lalu mundur. Kakak sepertinya sama sekali tidak bisa menyentuh tubuhnya.
Aku tetap sangat ingin Kakak menang. Meski Kakak kadang memang pantas dipukul, Li Qing ini juga wajahnya sangat perlu dihajar. Melihat situasi tidak menguntungkan bagi Kakak, aku jadi merasa agak tegang.
"Jangan khawatir, Li Qing berlatih Zan Yi Shi Ba Die (18 Jatuhan Menempel Baju). Meski awalnya berasal dari teknik Shaolin Sleeping Arhat, tapi perlahan berubah menjadi teknik gerakan tubuh yang lebih fleksibel. Zan Yi Gong lebih menekankan prinsip 'Empat Liang Pantul Seribu Jun', jadi awalnya punya keunggulan." Kata Chen Dongfang.
Sebenarnya sejak kemarin malam Chen Dongfang mengatur waktu pertarungan Li Qing, aku sudah merasa pria yang terlihat seperti atasan ini mungkin jago tersembunyi. Aku tak paham inti pertarungan mereka yang seperti dewa-dewa bertarung, tapi komentar santainya meyakinkanku dia sangat kuat, bahkan mungkin ilmu bela diri Li Qing dilatih olehnya.
"Paman Dongfang, apakah kau bisa ilmu bela diri?" Tanyaku pelan.
"Pelatih bola belum tentu bisa main bola." Chen Dongfang tertawa, tak menyembunyikan fakta bahwa dialah yang melatih Li Qing.
Aku tak bertanya lagi karena situasi di lapangan masih membuat Kakak terdesak. Kaos lengan pendeknya sudah dipenuhi bercak merah akibat tendangan cambuk kaki Li Qing.
Yang mengejutkan, setelah pertarungan panjang, Li Qing sama sekali tak terlihat lelah. Gerakannya tetap lincah. Seperti pernah kukatakan sebelumnya, pertarungan Kakak murni mengandalkan kekuatan, tapi gerakan Li Qing selalu memancarkan keindahan.
“Li Qing melakukan tendangan putar yang indah, namun berhasil ditahan oleh lengan Kakak. Tubuhnya melayang turun ke tanah, lalu ia membuat gerakan provokatif khas Bruce Lee sambil berkata: "Sun Zhongmou, jangan sembunyikan kelemahanmu. Jika terus begini, aku akan naik ke lantai dua. Kalau tidak sengaja melihat sesuatu yang seharusnya tidak kulihat, jangan salahkan aku."
"Aku hanya tidak ingin merusak furnitur saja," kata Kakak dengan suara lembut.
"Baik, ayo keluar. Kebetulan aku juga merasa terkekang di dalam rumah ini." Setelah mengatakan itu, Li Qing menapakkan kaki ringan dan melesat keluar ruangan dengan langkah yang terhubung mulus.
Kakak segera mengejarnya. Karena Chen Qingshan dan aku memang ingin menyaksikan perkelahian, kami pun ikut keluar.
Halaman pribadi Kakak cukup luas. Keduanya terus saling serang.
Li Qing tetap menunjukkan kelincahan dan keanggunan gerakan, sementara Kakak terus berada dalam posisi bertahan.
Sejujurnya, pertarungan ini terasa membosankan - seperti seseorang memukuli pria berotot yang hanya memiliki kekuatan kasar tanpa bisa menggunakannya.
Tiba-tiba Li Qing melompat tinggi, melakukan tendangan vertikal yang menurutku cukup kuat untuk menendang pohon hingga patah. Tendangan ini jika mengenai lengan Kakak, pasti akan mematahkannya.
"Ah, kalah sudah," kata Chen Dongfang.
Awalnya kukira Chen Dongfang sedang membicarakan Kakak yang kalah, tapi situasi di lapangan berubah drastis sekejap. Setelah Kakak mengangkat lengannya menahan tendangan tinggi Li Qing, seluruh tubuhnya terayun ke belakang seolah hampir terjatuh. Namun tiba-tiba Kakak mengulurkan tangan kanannya mencengkeram baju latihan kungfu Li Qing.
Tarikan tangan kanannya ke bawah membuat Li Qing kehilangan keseimbangan. Saat tubuhnya hampir menghantam lantai, Li Qing mengubah kedua tangannya menjadi telapak yang menepuk lantai. Dengan dorongan tenaga itu, tubuhnya terpental kembali.
Tapi Kakak tak memberinya kesempatan.
Lengan kiri yang baru saja ditendang itu bergerak, tangan kirinya mencengkeram baju Li Qing dan menarik ke atas. Reaksi Li Qing sangat cepat, tubuhnya berputar di udara. Robekan baju latihannya membuatnya terlepas dari cengkeraman Kakak, sementara kedua kakinya menendang tubuh Kakak hingga tubuhnya terpental menjauh.
Sebelum Li Qing sempat mantap berdiri...
Kakak sudah tiba di depannya.
Gerakan Kakak kali ini sangat aneh: kedua tangannya terkepal di depan perut, tubuh sedikit miring, satu bahu terangkat. Sekarang Kakak lebih mirip banteng, dengan bahunya bagai tanduk sapi yang hendak menanduk Li Qing.
Kecepatan Kakak luar biasa, sangat berbeda dengan sosok yang tadi hanya pasif menerima pukulan.
Li Qing yang baru saja mendarat sama sekali tak sempat menghindar. Bahkan kulihat ekspresi panik tak terkendali di wajahnya.
Pada saat itu, Chen Dongfang yang berdiri di sampingku tiba-tiba lenyap. Ketika kulihat lagi, dia sudah menghalangi depan Li Qing. Chen Dongfang mengulurkan satu tangannya menahan bahu Kakak.
Li Qing menggunakan kesempatan ini untuk menyelinap ke samping.
Di sisi lain, tubuh Kakak masih terus maju. Chen Dongfang hanya menggunakan satu tangan untuk menahan bahu Kakak yang seperti tanduk sapi itu, namun seluruh tubuhnya terdorong mundur. Sol sepatunya bergesekan dengan lantai mengeluarkan suara berdecit.
Akhirnya, Kakak mendorong Chen Dongfang mundur delapan langkah.
"Jurusan Menempel Gunung yang hebat," kata Chen Dongfang sambil tertawa.
Kakak mengangkat bahu, melirik Chen Dongfang tanpa berkata-kata lalu kembali ke dalam ruangan. Setelah Kakak pergi, Chen Dongfang menggelengkan bahunya sambil berkata, "Benar-benar seekor banteng!"
Kemudian dia menatap Li Qing, "Tahu kenapa kamu kalah?"
Wajah Li Qing berkerut dalam senyum pahit sambil menggelengkan kepala.
"Ilmu bela diri adalah teknik mematikan. Kamu terlalu fokus pada pertunjukan, hanya mengejar keindahan gerakan dan postur. Lebih baik jadi aktor bela diri. Saat hidup-mati dipertaruhkan, tak ada yang peduli pada aktingmu. Jurusan Menempel Gunung Sun Zhongmou tidak indah, bahkan seperti banteng yang hanya mengandalkan kekuatan kasar, tapi bisa mencabut nyawamu."
Li Qing mengusap kepala plontosnya, senyum pahitnya berubah menjadi cengar-cengir kikuk.
"Ayo pergi, jangan mempermalukan diri lagi. Daun, bilang pamit pada Kakakmu." Setelah berkata demikian, Chen Dongfang membawa Li Qing pergi. Ternyata kedatangannya ke sini memang hanya untuk mempertemukan Li Qing berlatih dengan Kakak.
Setelah Chen Dongfang pergi, aku masuk ke dalam ruangan dan melihat Kakak duduk di sofa. Seperti biasa, ia sudah melepas jaketnya. Seluruh tubuh bagian atasnya memerah. Tinju-tinju Li Qing hampir menghantam setiap bagian tubuhnya sebelum Kakak berhasil mengantisipasi. Saat ini, aku bahkan tidak berani menatap wajah Kakak. Ini namanya urusan apa, sialan? Membawa orang untuk memukuli Kakak, lalu si orang itu pergi begitu saja?
"Kakak, aku tidak menyangka akan seperti ini." Aku berkata pada Kakak dengan rasa bersalah.
"Tidak apa. Kamu pulang saja. Tanyakan pada Chen Dongfang. Jika malam ini mereka butuh bantuanku, aku akan datang." Kata Kakak.
Setelah mengatakan itu, ia berdiri. Baru sekarang kulihat, di posisi telapak tangan Chen Dongfang tadi - tepatnya di bahu kiri Kakak, terdapat bekas telapak tangan berwarna hitam legam.
Satu telakan yang tampak selicin awan tipis ditiup angin sepoi-sepoi itu, justru meninggalkan jejak yang lebih dalam dibanding semua pukulan Li Qing.
"Kakak, kau tidak apa-apa?" Tanyaku khawatir, bahkan lupa bertanya mengapa tiba-tiba Kakak menyebut soal bantuan malam ini. Jangan-jangan malam ini Chen Dongfang akan mengantar jenazah Kakek Tiga?
"Tidak ada masalah. Pergilah." Kakak membalikkan badan dan mulai mengenakan bajunya kembali.
Melihat sorot mata penuh tekad dari Kakak, terpaksa aku keluar. Setelah berjalan beberapa langkah, kulihat Chen Dongfang dan Li Qing sudah menungguku di depan.
Chen Dongfang tersenyum melihatku: "Maaf, keponakan."
Aku menggaruk kepala: "Tidak apa. Kakak menyuruhku menyampaikan padamu - panggil dia jika malam ini butuh bantuan, dia akan datang."
Ekspresi wajah Chen Dongfang tiba-tiba berubah sangat aneh setelah mendengar kalimat ini, setelah keanehan itu alisnya berkerut. Ekspresinya terus berubah selama tiga puluh detik sebelum kembali ke senyum tipis, dia berkata: "Tidak perlu, ini urusan keluarga Chen."
"Urusan apa? Urusan keluarga? Apakah kamu benar-benar ingin memakamkan Kakek Tiga malam ini?" tanyaku.
"Bukan." Katanya.
