“Jangan memandangku dengan sinis seperti itu. Kamu tahu, aku benar-benar tak tahu apa-apa. Kalau tahu, sudah lama aku mengindah jauh-jauh, berani menunggu Guan Erye di sini?” Kulempar pandangan sinis ke si Gendut. Sebenarnya aku justru berharap dia bisa menjawab teka-teki ini, siapa tahu dia malah mulai mempertanyakanku.
“Tuan Gendut tak percaya kau benar-benar tak tahu.” Kata si Gendut.
“Kau belum mengenalku?” Kataku. Aku mulai kesal. Baru saja hampir terbelah Golok Naga Hijau yang membuatku babak belur, baru selamat nyawa malah langsung diinterogasi. Apa maksudnya ini?
Si Gendut menangkap kegelisahanku, tertawa: “Baiklah, Tuan Gendut tahu kau memang sayur kecil tak berdosa, sama sekali tak paham apa-apa. Tapi jangan salahkan Tuan Kedua membacokmu. Menurut logika Tuan Kedua memang wajar membacokmu. Tapi teriakanmu tak sia-sia, setidaknya sekarang tahu kalau diri ini punya masalah.”
“Kau yang bermasalah!” Sahutku.
"Yang Tuan Gendut maksud bukan ini. Dulu pernah dengar kau bilang, waktu masih dalam kandungan ibu, ayahmu Ye Tianhua sudah meninggal. Aku ngomong jangan marah ya, Raja Maling, karena nasibmu ini, bisa jadi ayahmu mati karena terpengaruh takdirmu." Kata si gendut.
Mendengar ini aku langsung berdiri, menatap si gendut: "Ini gimana maksudmu? Omongan apa lagi ini?"
Si gendut menghisap rokoknya, memangkul bahuku: "Lihat, kamu emosi lagi. Tuan Gendut kan ga sekolah tinggi, mungkin bahasanya kurang pas. Maksudku, kematian ayahmu mungkin ada hubungannya denganmu. Misalnya, ayahmu demi melahirkanmu, menyinggung perasaan seseorang sampai dibunuh. Ini mungkin lho. Pikirkan, ayahmu kan jago bertarung, masa datang ke Fudigou ini bisa mati sia-sia? Lagi pula setelah pulang dari misi khusus pasukan, dia langsung nikahi ibumu, kemudian melahirkan kakakmu, sampai kakakmu tiga tahun - minimal empat tahun lebih. Selama itu aman-aman saja, kenapa justru mati saat kamu masih dalam kandungan? Apa ini bukan hubungan sebab-akibat? Tuan Gendut tahu agak dipaksakan, tapi sekarang kita harus teliti semua petunjuk. Kalau kita sendiri ga cari, siapa yang mau kasih tahu rahasia ini."
Seiring penjelasan orang gemuk, aku pelan-pelan mengerti maksudnya. Aku juga merasa kemungkinan yang dia katakan masih ada. Tapi kalau kematianku menyebabkan ayahku terbunuh, setidaknya aku harus jadi sosok hebat macam keturunan Long? Kalau sekarang aku punya keberuntungan atau kemampuan luar biasa, mungkin ayahku rela mati untuk anak yang super hebat. Tapi lihat penampilanku yang jago kandang ini, cuma pegawai desa Fudigou sialan! Kalau tidak ketemu Han Xue, mungkin istri yang layak pun tidak bisa kudapat. Ayahku mati untukku? Aku pasti sangat mengecewakan Raja Henan yang disebut Chen Dongfang itu.
"Sudah, jangan bahas ini lagi. Soal Dewa Kota itu bagaimana maksudnya? Apa arti 'manusia dunia Yang mengurus urusan alam Yin'? Kulihat kau kaget saat menyentuh tangan bawahannya, ada listrik di tangannya?" tanyaku pada orang gemuk.
“Orang gemuk awalnya memang sedang menggandeng bahuku, saat aku bertanya seperti ini, tiba-tiba wajahnya berubah agak pucat sambil menarik kembali tangannya, berkata: 'Awalnya kupikir dia adalah orang dari alam Yin, tapi saat kusentuh tangannya ternyata hangat, bikin Tuan Gendut kaget. Tak kusangka di masa sekarang ini masih ada pejabat Yin dari dunia Yang. Dulu di masa perang, jumlah orang mati tiap tahunnya terlalu banyak, pejabat Yin di alam Yin kewalahan mengurusnya. Mereka akan mencari beberapa Dharma Raja dari dunia Yang untuk menjalankan tugas-tugas Yin. Jelasnya, alam Yin merekrut pekerja sementara dari dunia Yang. Tapi orang-orang ini tidak punya nama maupun status resmi, hanya membantu Yin Si lalu dicatat karma baiknya di alam Yin. Saat bereinkarnasi di kehidupan depan, semua ini akan tercatat di buku jasa, bisa dianggap sebagai karma Yin. Apalagi kalau manusia dunia Yang menjadi dewa kota untuk alam Yin.'”
“Kenapa. Ini tidak mungkin? Orang itu penyamar?” tanyaku pada orang gemuk.
“Bisa menyamar di depan kita, tapi apa bisa menipu Guan Erye? Statusnya sebagai dewa kota ini asli. Orang dunia Yang yang kerja paruh waktu di alam Yin juga banyak kulihat, tapi yang menjabat sebagai dewa kota, belum pernah. Tapi aku pernah dengar cerita, dulu ada anggota sebuah sekte yang mempelajari Jalan Hantu. Ilmu bela diri yang mereka kultivasikan sangat unik, bisa bebas melintasi dua alam Yin dan Yang. Kedengarannya mirip konsep kultivasi ganda Yin-Yang. Di dunia Yang, kemampuan mereka sudah sangat mumpuni, sekaligus punya pencapaian di alam Yin. Mereka bermain di dua alam ini—mengumpulkan pahala di dunia Yang, mengakumulasi karma Yin di alam baka. Tingkat kultivasi mereka benar-benar tak terukur. Orang seperti ini biasanya punya status terhormat di kedua alam. Bukankah ada legenda tentang jenderal yang bisa memimpin pasukan Yin ke medan perang? Itu merujuk pada orang seperti ini. Jadi mungkin orang ini adalah praktisi Jalan Hantu yang legendaris itu.” Tuan Gendut mengerutkan kening.
“Bukankah itu sangat hebat? Apakah anggota sekte itu tidak bisa sejak lama menyatukan Jianghu?” tanyaku padanya.
"Kamu tahu apa? Ilmu beladiri ini bukan bisa dipelajari sembarang orang. Tuan Gendut pernah dengar, separuh dari yang kultivasi ilmu ini masuk ke alam Yin dan tak kembali, jadi hantu seutuhnya. Di dunia Yang, sepuluh ada delapan sembilan kena guntur, yang selamat langka seperti bulu phoenix. Makanya anggota Jalan Hantu sedikit, penerusnya jarang. Bukankah legenda Guiguzi adalah anggota Jalan Hantu? Aneh orang ini bisa jadi dewa kota alam Yin dengan identitas dunia Yang. Yang lebih aneh, dia punya surat perintah Zhang Tianshi. Sekalipun Jalan Hantu masih ada sekarang, pasti tak mungkin bersekutu dengan sekte Zhang Tianshi. Dengar nama Jalan Hantu saja tahu betapa jahatnya. Konon metode kultivasinya merusak keharmonisan langit. Dan kamu tahu apa arti surat perintah Zhang Tianshi? Dulu Kaisar Huizong Song memerintahkan Guan Erye membasmi Hanba, yang dibawa juga surat perintah Zhang Tianshi," kata si gemuk padaku.
"Aku mana tahu? Mirip perintah kerajaan?" tanyaku.
Si gemuk mengangguk: "Ya, mirip. Tapi surat perintah Zhang Tianshi ini bukan dari Zhang Tianshi di sembilan langit, tapi dikeluarkan Kuil Tianshi Longhushan sebagai wakil langit. Meski begitu, surat perintah Zhang Tianshi dari Longhushan itu dewa-hantu lihat pun tak berani melawan. Contoh: kalau ada surat perintah bunuh kamu, orang biasa anggap ini kertas sampah. Tapi kalau Tuan Gendut lihat, wajib patuh. Semua kultivator tak ada yang berani membangkang."
"Sehebat itu?" kataku.
"Kalau tidak, kau pikir Erye akan memaafkanmu? Jadi sekarang kau tahu kenapa tadi aku menanyaimu? Aku penasaran, orang bingung seperti kau ini kok bisa dapat surat pengampunan dari Zhang Tianshi?" kata Si Gendut.
"Mungkin nanti aku bisa jadi orang sukses?" jawabku sambil tertawa. Ucapan ini jelas bercanda, tapi Si Gendut malah serius menatapku: "Tadi kubilang kematian Ye Tianhua karena kau itu bukan omong kosong. Kau pasti punya takdir besar, lihat saja surat Zhang Tianshi ini. Kau bukan orang sembarangan."
"Oke, kalau nanti aku sukses, pasti takkan lupa Tuan Gendut! Tapi kalau kau tahu masa depanku cerah, kenapa tak berusaha menjilatku sekarang?" kataku.
"Jangan ngaco! Mau kuteplak pipimu dua kali?" Si Gendut tertawa sambil memaki.
Baru saja kata-kata ini terucap, derap kuda tiba-tiba mendekat dari kejauhan. Tampaknya Guan Erye kembali. Rasa banggaku yang baru muncul langsung lenyap. Saat aku mencari tempat sembunyi, Si Gendut menepuk bahuku dengan gugup: "Sembunyi apaan? Sujud! Tadi tak membunuhmu, sekarang pasti juga tak akan!"
Derap kuda itu sampai di depan kuil. Suara bergaung Guan Erye terdengar lagi: "Hanba sudah ditaklukkan! Guan pergi!"
Usai berkata, sesuatu dilemparkan Guan Erye ke dalam kuil, mendarat persis di depanku.
Aku terus menunggu sampai suara bekas kuku kuda benar-benar lenyap sebelum berani mengangkat kepala. Ketika melihat ke depan, kaget bukan main—di hadapanku ada kepala bayi berwarna hijau dengan mata membelalak penuh kekecewaan.
Di sisi lain, tergeletak tubuh bayi itu yang juga berwarna hijau. Bukankah ini Xiao Hanba yang kabur malam itu?
"Sudah lihat betapa hebatnya Guan Erye?" kata orang gemuk sambil membereskan mayat itu. Ia membakar sebuah jimat dan melemparkannya. Tak lama, mayat itu berubah menjadi abu. Orang gemuk itu merapatkan kedua tangannya: "Pergilah, Tuan Gendut akan membacakan mantra kelahiran kembali untukmu. Di kehidupan depan, carilah keluarga yang baik."
"Sudah selesai?" tanyaku tak percaya.
"Mau apa lagi? Raja Maling, setelah kupikir-pikir, kematian ayahmu Ye Tianhua sepertinya ada hubungannya denganmu. Bagaimana kalau kita tanya-tanya orang, apa yang dilakukan ayahmu sebelum meninggal?" tanya si gemuk.
"Jangan repot-repot. Dulu polisi juga menyelidiki seperti itu. Kalau bukan karena Chen Dongfang, sampai sekarang aku masih mengira ayahku petani lugu. Semasa hidup, kerjanya cuma mencangkul dan menyiangi rumput. Kau pikir orang sepertinya akan memberitahu orang lain kalau mengerjakan sesuatu?" jawabku.
"Kalau orang lain tidak tahu, pasti ibumu tahu?" bisik si gemuk sambil mengedipkan mata padaku.
