Jika tadi Si Gendut berhasil membuat Chen Dongfang terpojok dengan sikap kerasnya, sekarang giliran Chen Dongfang yang membalas dengan cara yang lebih memalukan. Mengalahkanmu di bidang yang paling kamu andalkan, lalu memberitahumu bahwa kamu salah dan tidak mampu - pasti rasanya tidak enak. Aku melirik Si Gendut, wajahnya pucat lesi. Dengan karakternya yang biasanya suka membantah, diamnya sekarang membuktikan dia tidak bisa membela diri.
Aku tidak tega melihat Si Gendut dipermalukan, lalu aktif bertanya ke Chen Dongfang: “Paman Dongfang, ada apa ini? Maksudmu Paman Si sebenarnya sudah lama mati?”
Chen Dongfang menatapku, tidak mengangguk maupun menggeleng. Dia berkata: “Dulu ayahmu pernah mengirimiku surat. Sama seperti kalian, dulu ayahmu Ye Tianhua yang masuk lebih dalam ke Gunung Funiu juga meminta Si Mata Satu Lao Si yang paling berpengalaman sebagai pemandu. Tapi rombongan mereka mengalami musibah di dalam gunung, banyak yang terkubur di sana, termasuk Lao Si. Karena ini, ayahmu sempat merasa sangat bersalah. Tak lama kemudian, Lao Si yang seharusnya sudah mati di gunung tiba-tiba kembali. Setelah pulang, dia menjadi sangat penyendiri. Tak berapa lama, terjadilah peristiwa yang menimpa ayahmu itu.”
Perkataan Chen Dongfang membuatku terlarut dalam perenungan. Sekarang perasaanku sangat terbelah terhadapnya. Jika mengukur dari rasa hormatnya pada ayahku yang selalu dipanggil "Kakak Tianhua", seharusnya dia adalah pamanku. Ditambah karakternya yang stabil dan pertahanan tak tertembus dalam bekerja, seharusnya aku percaya ucapannya. Namun sebagai keturunan langsung garis keturunan kepala suku keluarga Chen, di mana Chen Jinzhi dahulu menghilangkan seluruh anggota keluarga Ye kami, ditambah gaya bicaranya yang selalu terkesan menyembunyikan sesuatu, membuatku sulit mempercayainya.
Karena itu, aku tidak tahu harus mempercayai kalimat ini atau tidak. Saat ini, aku sangat berharap kakak yang sedang mengamati dari bayangan bisa muncul. Pasti dia bisa membedakan dengan jelas kebenaran dalam ucapan Chen Dongfang.
Akhirnya, terpaksa aku harus mempercayainya. Inilah yang membuatku dan si Gemuk merasa tertekan. Siapapun bisa menipu kami dengan kebohongan, namun meski tahu itu tidak bisa diandalkan, kami tetap harus percaya.
"Apakah ayahku memasuki Gunung Funiu karena masalah musang kuning?" tanyaku.
"Belum tentu," jawab Chen Dongfang.
Kemudian aku mengajukan pertanyaan yang lebih mengusik: "Lalu tentang Si Mata Satu Lao Si ini, apakah ini kesalahan penilaian ayahku, atau dia benar-benar hidup kembali?"
“Aku tidak tahu, tubuhnya mengeluarkan bau mayat busuk. Sejak pertama kali bertemu, aku sudah menciumnya. Teman gemukmu juga menyimpulkan dia telah membunuh di gunung karena ini. Tapi aku belum pernah dengar soal menghidupkan orang mati. Jadi kurasa Lao Si bermata satu ini hidup dengan cara yang aneh, bahkan bisa dibilang seperti mayat hidup. Tapi tidak juga, karena selain bau mayat, semua perilakunya normal termasuk sifat rakus akan harta. Aku tidak ingin kalian berkonflik dengannya agar tidak mengganggu rumput dan menakuti ular. Karena di dunia ini, hanya dia yang tahu lokasi sebenarnya di gunung tempat ayahmu Ye Tianhua dibawa dulu.” kata Chen Dongfang.
Tiba-tiba Orang Gemuk berkata: "Chen Dongfang, kalau kau benar-benar menganggap Daun sebagai keponakanmu, jujurlah! Dulu kalian dipilih dari berbagai kesatuan militer untuk membentuk batalion khusus—tugas apa sebenarnya yang dijalankan? Kalau kau bicara sekarang, Tuan Gendut akan menganggapmu orang penting. Aku tahu ini rahasia tingkat tinggi. Sekarang cuma kita di sini. Aku bersumpah atas nama Tianzun (Dewa Tertinggi) akan menjaga rahasia ini seumur hidup."
Aku kaget dengan ucapan tiba-tiba Orang Gemuk. Chen Dongfang juga terlihat terkejut sebentar, lalu menatapnya: "Taktik provokasi sepolos ini? Kau terlalu naif. Kalau bisa, selidiki sendiri. Tapi tidak ada jaminan kau akan tetap hidup sebelum menemukan kebenaran. Liu (marga Liu), atas nama Daun, kuperingatkan untuk terakhir kali: Demi dirimu sendiri atau orang di belakangmu, jangan coba selidiki hal ini."
"Orang gemuk" melihat Chen Dongfang, menyeringai sinis: "Lihatlah, kau kembali menakuti Tuan Gendut."
Chen Dongfang meliriknya, lalu langsung memalingkan kepala, sama sekali tidak menghiraukannya. "Orang gemuk" tersenyum padaku dengan ekspresi "Aku sudah tahu begini jadinya". Karena pertanyaan mendadak si gemuk, Chen Dongfang pun enggan berbicara lebih banyak dengan kami. Suasana tiba-tiba menjadi canggung. Akhirnya aku dan si gemuk duduk di luar rumah, sementara Chen Dongfang dan Li Qing masuk ke dalam. Ini jelas-jelas menunjukkan sikap saling menghindar, "tak bertemu maka tak kesal".
Aku ingin bertanya siapa sebenarnya orang di balik si gemuk yang selalu disebut-sebut bahkan ditakuti oleh Chen Qingshan, namun aku urungkan. Aku dan si gemuk sekarang adalah teman sekaligus rekan seperjuangan. Perasaanku padanya telah berubah dari awalnya penuh curiga menjadi penuh kepercayaan. Ini sebenarnya adalah bentuk keseimbangan, status "pemula" kami berdua dalam urusan ini. Aku khawatir jika benar-benar bertanya, sekalipun si gemuk menjawab jujur, status barunya yang mungkin terungkap akan merusak kekompakan dan keseimbangan di antara kami.
"Tuan Gendut, jangan terlalu dipaksakan. Kan sudah jelas hal-hal tertentu pasti tidak akan diungkap oleh Chen Dongfang," kataku.
Si gemuk mendengus dingin: "Sebenarnya yang paling kubenci adalah tipe seperti Chen Dongfang ini. Sudah jadi pelacur masih mau bangun gapura kehormatan. Terus-terusan menyebut 'Kakak Tianhua' seolah benar-benar menganggap ayahmu sebagai saudara kandung. Tapi menurut Tuan Gendut, hubungan mereka biasa saja. Hubungan ayahmu dengan Chen Dongfang tidak lebih dekat daripada dengan Tang Renjie. Hanya saja si Tang Renjie ini terlalu licik, tapi setidaknya dia jujur sebagai penjahat kecil, masih lebih baik daripada si munafik Chen Dongfang ini."
“Kamu punya pendapat besar terhadap Chen Dongfang?” Aku menatap orang gemuk itu berkata.
Hanya karena orang gemuk ini yang mengatakannya, barulah aku tahu ternyata pemikirannya sama denganku. Di lubuk hatiku yang paling dalam, orang yang terus-menerus memanggilku "keponakan besar" ini, kurasa lebih menakutkan daripada Tang Renjie. Mungkin karena leluhurnya Chen Jinzhi bisa dengan mudah memusnahkan seluruh anggota keluarga Ye yang berjumlah lebih dari seratus orang.
“Orang yang berpengalaman langsung bisa melihat! Walau Tuan Gendut belum berhasil menyelidiki peristiwa masa lalu, tapi di hati sudah melakukan deduksi tak terhitung kali. Dari tingkat keseriusan investigasi saat itu hingga kemampuan memobilisasi kader elit dari berbagai distrik militer besar, sangat mungkin peristiwa ini dulunya adalah proyek yang diketuai negara. Sekarang Tuan Gendut akan membuat hipotesis untukmu: Dulu ada Quest rahasia tingkat tinggi yang sangat berbahaya, sehingga militer membentuk tim khusus dengan memilih prajurit paling elit dari berbagai distrik militer. Dalam rombongan ini ada ayahmu, Chen Dongfang, Tang Renjie, dan tentu saja orang-orang lain yang tidak kita kenal. Meski terdengar hebat, tapi harus kuberitahu - seringkali prajurit hanyalah umpan meriam. Prajurit kader hanyalah umpan meriam dengan kemampuan lebih tinggi. Jadi tugas ayahmu dan Chen Dongfang pasti sebagai perintis atau pengawal. Hasilnya Quest ini gagal - atau mungkin dihentikan paksa sebelum mencapai hasil. Daun, dengarkan baik-baik, bagian berikut inilah kuncinya.”
Aku mengangguk, terhadap deduksi mendetail orang gemuk ini, aku memberikan penghargaan lebih.
"Setelah quest ini berakhir, Tuan Gendut tidak tahu apakah ada yang menjadi korban. Yang pasti ketiga orang ini selamat, sementara ayahmu setelah kembali ke desa, meninggal beberapa tahun kemudian - tepat saat sedang menyelidiki urusan desa. Daun, Tuan Gendut akan membuat hipotesis baru: Jika ayahmu adalah orang dengan OCD seperti kamu, dengan sifat keras kepala yang tidak akan berbalik sampai menabrak tembok selatan, maka perkataan Tuan Gendut berikut mungkin sangat mendekati kebenaran."
"Kepulangan ayahmu ke desa sama sekali bukan kebetulan. Saat menjalankan jenis tugas itu, dia tiba-tiba menemukan kaitan antara misi tersebut dengan Fudigou bahkan Dua Belas Gua Hantu. Makanya dia kembali ke Fudigou untuk melanjutkan investigasi. Tapi kasus ini sebenarnya sudah ditutup paksa. Inilah mengapa sekarang banyak bakat menghindari topik ini. Tuan Gendut baru coba selidiki sedikit saja hampir membuat masalah. Sudah bisa ditebak, ketika dalang di balik layar yang menghentikan kasus ini tahu ayahmu masih menyelidiki, mereka langsung membunuhnya dengan cara yang sangat kejam." kata si Gendut.
Tiba-tiba bulu kudukku merinding.
“Setelah kematian ayahmu, dua rekan perang yang paling dipercaya oleh ayahmu, yaitu Tang Renjie dan Chen Dongfang ini, justru menjadi kaya raya. Apa artinya ini? Sangat mungkin mereka telah mengkhianati ayahmu. Tang Renjie menjualnya ke keluarga Liu, sementara Chen Dongfang menjualnya ke pihak lain. Jadi keduanya sama-sama brengsek! Apalagi dengan hubungan Chen Dongfang dengan Desa Fudigou ini, kecurigaannya sebenarnya lebih besar!” kata si orang gemuk.
Tiba-tiba, dari belakang kami terdengar suara tepuk tangan.
