Setelah berbicara, Kakak berkata kepada kami: "Mari kita bubar?"
Sejujurnya, sekarang aku benar-benar merasa canggung. Siapa sangka perubahan sikap Kakak begitu drastis. Saat aku datang dengan penuh sukacita ingin memberi kabar baik, sejak awal dia sudah membasuhiku dengan air dingin. Sikapnya yang terlalu tegas sejak awal membuatku kehilangan Akal Budi.
"Kakak, aku... Eh, tadi maafkan aku." Aku menggaruk kepala.
"Dia menggaruk kepalaku sekali, lalu menatapku sambil berkata: 'Tidak perlu minta maaf, sebenarnya aku... memang berpikir seperti itu. Kamu benar memarahiku, kami memang tidak seharusnya ikut campur dalam pernikahanmu. Tidak ada yang salah dengan menikahi orang yang kau cintai.'"
"Kalian berdua norak atau tidak sih? Bikin Tuan Gendut kaget, kok tidak minta maaf ke si gendut ini? Lagipula, Sun Zhongmou, bukan maksudku ikut urusan, tapi kau harus minta maaf ke Han Xue. Nona besar susah payah menyukai Xiao Ye, malah kau bilang tidak setuju. Orang bisa mengira rumahmu keluarga super kaya raya." Orang gemuk itu tertawa. Aku tahu ucapannya untuk mencairkan kecemasan yang menggunung. Kakakku menatapku, lalu berkata ke Han Xue: "Adik ipar, karena si gendut sudah bicara, aku mau minta maaf. Kau pasti tahu, di tubuh Xiao Ye ada banyak keunikan."
Han Xue tersenyum tipis, ekspresinya terpaksa. Dia berkata: "Tidak apa, tapi aku ingin tahu apa itu tukang jahit hantu. Apa kau mau menyuruhnya membuatkan gaun pengantin untukku?"
Gaun pengantin adalah barang terpenting bagi seorang gadis. Walau Han Xue selalu rendah hati, tapi menyuruh tukang jahit hantu pembuat baju kematian membuatkan gaun pengantin untuknya jelas tidak masuk akal. Kulihat kakakku, berharap dia bisa menjelaskan dengan baik ke Han Xue. Jangan sampai dia malah berlaku cool di saat seperti ini.
"Ini jangan khawatir, gelar Penjahit Hantu bukan cuma karena dia membuat baju kematian, tapi tangannya terkenal dengan sebutan gunting hantu. Keahliannya sangat luar biasa. Sebenarnya dia juga biasa membuat gaun pengantin. Orang yang bisa menyuruh Penjahit Hantu membuat gaun pengantin bisa dihitung dengan jari satu tangan. Aku coba saja, belum tentu bisa mengajaknya." Kata Kakak.
"Oh." Han Xue mengangguk setengah mengerti.
"Sudah, hari sudah larut. Istirahatlah semua. Aku juga pulang dulu." Kata Kakak.
Saat itu, Paman Pilar berdiri dengan raut wajah seolah ingin bicara tapi ragu. Kakak mengangguk: "Katakanlah."
"Bisakah? Menipu Jalan Hantu?" Tanya Paman Pilar.
"Tidak masalah. Asal dia mau membuat, pasti berhasil." Jawab Kakak.
Baru kemudian Paman Pilar tenang. Setelah itu semua benar-benar bubar. Aku tahu setelah rapat Han Xue pasti akan menuntut perhitungan musim gugur padaku. Sudah kusiapkan mental. Tapi begitu masuk kamar, Han Xue justru sangat tenang. Semakin tenang dia, semakin aku takut. Sebelum badai datang selalu ada ketenangan. Yang bisa kulakukan sekarang adalah mengakui kesalahan. Saat dia membereskan tempat tidur, kudekati dan kupeluk dari belakang: "Xue'er, kejadian hari ini... maafkan."
"Tidak apa, ini bukan salahmu." Katanya lembut.
"Ini semua salahku. Jangan begini, semakin kau tenang semakin aku takut." Kataku.
Seluruh tubuhnya berhenti sejenak. Setelah beberapa saat, dia berusaha melepaskan diri dari pelukanku. Ini pertama kalinya sejak kami menjalin hubungan dia mencoba melepaskan pelukan. Aku tentu saja semakin erat memeluknya tak ingin melepas. Tiba-tiba, aku merasakan cairan hangat menetes di tanganku. Aku tahu, Han Xue yang selalu mudah menangis itu kembali mengeluarkan air mata.
Segera kulepaskan dia sambil berkata: "Jangan menangis. Kau tahu hatiku sakit setiap kali kau menangis."
Dia berbalik dan tiba-tiba memelukku erat-erat. Aku bisa merasakan air matanya mengalir deras di dadaku, tapi dia berusaha keras menahan isak tangisnya. Setelah beberapa saat, dia mengangkat kepala: "Aku benar-benar tidak menyalahkanmu. Sejak awal aku sudah tahu kau berbeda. Tapi kau tahu, aku tidak peduli semua itu. Yang kusukai adalah dirimu yang sekarang, yang nyata berada di hadapanku. Meski kau tidak memiliki kemampuan sehebat kakakmu, atau banyak harta, aku hanya ingin kau selalu menemaniku. Setelah memutuskan bersamamu, aku sudah siap menerima segala konsekuensi. Tapi tak kusangka... ada yang berusaha menghalangi kita."
Dengan perih kukatakan: "Kakak juga punya keterbatasan. Bukankah akhirnya dia memutuskan untuk membantu kita?"
"Tapi aku ingin kita bersama-sama memilih gaun pengantin! Aku tidak mau pakaian pengantin kita dibuat oleh penjahit yang biasa menjahit baju kematian untuk mayat. Tidak mau!" protes Han Xue.
"Tapi aku juga tidak ingin menyusahkanmu." Ucapnya sambil lubang matanya kembali memerah.
“Baiklah, aku mengerti Sayang, kita sendiri yang akan memilih gaun pengantin. Tentu saja, jika hasil jahitan orang yang direkomendasikan Kakak memuaskan, jangan peduli apakah itu tukang jahit hantu atau apa. Semua kenalan Kakak memang monster, mungkin orang itu benar-benar ahli dalam kreasi? Jika kamu tidak puas, kita sama sekali tidak akan memaksakan diri. Peduli apa dengan Jalan Hantu atau Dewa, siapa yang berani menghalangi pasti kuberkelahi habis-habisan, lagipula ini cuma nyawa sialan.” Aku berkata.
Han Xue menutupi mulutku: "Siapa bilang nyawamu sialan?"
Ternyata perempuan memang perlu pujian manis. Setelah kurenungkan, emosi Han Xue jelas mulai pulih. Hasilnya setelah emosinya stabil, dia mulai melakukan perhitungan nanti: "Alasan tidak mengizinkan kita menikah, pasti karena ingin kau menikahi perempuan yang sudah kaulihat telanjang itu ya?"
Seketika mulutku menganga. Aku tahu firasat keenam perempuan akurat, tapi tak menyangka sampai segitua. Saat aku bicara dengan Paman Pilar di belakang barisan pohon Yang itu, Han Xue pasti tidak bisa mendengar. Bagaimana dia bisa menebaknya?
"Hebat, ini saja bisa ditebak." Kuacungkan jempol.
Dia mengerutkan bibir: "Sulitkah menebak? Waktu itu Paman Pilar langsung menghadapkan perempuan telanjang padamu, menyuruhmu tidur dengannya, bilang semuanya akan berakhir setelah itu. Dulu kita masih bingung alasannya, sekarang jelas terkait hal ini."
“En, seperti ini. Paman Pilar bilang ada keterlibatan Jalan Hantu atau apa, tapi tenang saja, aku sama sekali tidak tertarik dengan si Yecha perempuan Raja Iblis itu.” Aku mengangkat tangan berkata.
“Kalau bukan Yecha perempuan Raja Iblis, kamu baru tertarik?” Han Xue mengangkat alisnya menatapku.
Punggungku langsung merasakan dingin yang menusuk. Ternyata benar berbicara dengan perempuan, salah sedikit ucapan langsung bisa berantakan. Kukatakan: “Sama sekali tidak! Dengan adanya kamu di hidupku ini, mimpi pun selalu kubangunkan sambil tertawa.”
“Aku juga.” Tak kusangka Han Xue justru membalas dengan kata-kata lembut itu, membuatku akhirnya tak tahan lagi memeluknya.
——Urusan pria-wanita, ada pertama pasti ada kedua. Setelah kemarin malam melakukan kontak berani dengan Han Xue, ibarat kucing yang sudah mencium amis, malam ini aku pun jadi tidak bisa diam. Tapi hasil akhirnya tetap tidak berani menyobek lapisan kertas jendela terakhir. Penjelasan Han Xue malah bikin aku hampir muntah darah: katanya sebenarnya dia sudah siap, tapi karena hari ini dia marah, jadi sebelum menikah jangan harap bisa lanjut ke tahap berikutnya.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali, setelah sadar aku langsung mencari Kakak. Karena sudah berjanji pada Han Xue tadi malam, tentu aku harus membahas kemungkinan ini lagi dengannya. Jangan-jangan baju buatan Penjahit Hantu itu tidak disukai Han Xue, pasti aku tidak akan membiarkannya memakainya. Selain itu, aku juga ingin bertanya pada Kakak mengapa pakaian buatan Penjahit Hantu bisa membuat Jalan Hantu tidak terdeteksi? Benarkah sebuah baju benar begitu penting?
Namun saat sampai di sana, pintu rumah Kakak ternyata terkunci.
Terbiasa menemukannya selalu di rumah setiap kali datang, terkunci rapatnya pintu kali ini membuatku merasa sangat tidak alami. Aku mengeluarkan ponsel hendak meneleponnya, tapi melihat ada SMS dari Kakak pukul tiga dini hari: "Aku pergi ke keluarga Sun, jangan khawatir."
SMS ini membuatku seketika kehilangan kata-kata. Mengingat ucapan-ucapanku pada Kakak kemarin, rasa bersalahku semakin menjadi. Ingin meneleponnya, tapi akhirnya tidak jadi menghubungi nomor itu.
Orang seperti Kakak tidak membutuhkan penjelasanku. Dalam situasi seperti ini, semakin dijelaskan malah semakin canggung. Yang bisa kulakukan hanyalah belajar mengontrol diri, atau setelah benar-benar berkembang nanti, membantu Kakak memikul sedikit beban agar dia tidak terlalu lelah.
Tidak bertemu Kakak, tiba-tiba aku bingung harus berbuat apa. Kulihat diriku memang belum mengurus apapun di desa belakangan ini, terus berkutat pada satu urusan saja. Sekarang tiba-tiba berhenti, aku merasa seperti menjadi pengangguran.
Aku berputar-putar seperti ini pulang ke rumah, orang gemuk sedang sikat gigi, melihatku bertanya: "Cepat sekali sudah kembali?"
"Ya, Kakak sudah berangkat, pukul tiga dini hari," kataku.
Orang gemuk mendengar ini tiba-tiba bersemangat, langsung memuntahkan air, mulutnya penuh busa berkata: "Benar pergi?"
