Kulihat busa di mulut orang gemuk: "Kau bersemangat apa? Sikat gigimu sampai bersih dulu."
Orang gemuk langsung mengusap mulutnya dengan tangan, lalu mengelapnya ke celana dalam besar, membuatku merinding. Ia menarikku: "Yakin dia pergi?"
"Sudah pergi, pintu terkunci rapat. Lihat SMS ini, dikirimnya jam tiga tadi," kataku sambil menyodorkan ponsel.
"Soalnya saudara kandung, Kakakmu sangat sungguh-sungguh mengurus urusanmu. Pagi-pagi sudah berangkat." kata orang gemuk.
"Memang. Tapi kenapa kau yang bersemangat?" Tatapku padanya.
Orang gemuk melirik sekeliling, bersikap sembunyi-sembunyi seperti maling: "Aku jujur ya, dari dulu pengin ke loteng Kakakmu. Waktu dia di sini aku takut. Sekarang dia pergi, ini kesempatan emas."
Aku terdiam sejenak, lalu berkata: "Kau bercanda? Bagaimana bisa?"
“Kenapa tidak bisa? Jangan bilang kamu tidak mau lihat, kita berdua cuma naik melihat-lihat, tidak ganggu urusan lain kenapa? Kakakmu ini orang yang punya banyak rahasia, sejak awal aku anggap dia hantu air, belakangan perlahan kurasakan dia pasti bukan sekadar hantu air biasa. Dia juga tidak mau bicara apa-apa, jadi ini kesempatan terbaik untuk mengungkap rahasianya!” kata si Gendut dengan semangat menyala-nyala, sudah lama tidak melihatnya seemosional ini.
Meski aku juga ingin, tapi aku menggelengkan tangan berkata: “Jangan ngomong kosong dong? Itu kakakku, dia sedang sibuk mengurusi urusanku, ini sama sekali tidak boleh dilakukan! Lagipula kakak punya prinsip, kalau dia melarang berarti memang tidak bisa dilihat. Gendut, urusan lain boleh, tapi yang ini jangan main-main. Kalau kakak tahu, dia pasti akan membunuhmu, sungguh! Pernah suatu kali aku ingin naik, sorot mata kakak seperti ingin membunuh!”
“Kamu benar-benar tidak mau melihat?” si Gendut bertanya dengan nada menguji.
Aku mengangguk berkata: “Tidak. Yang lain boleh, ini rahasia terbesar kakak, mutlak tidak boleh. Dan Tuan Gendut, untuk terakhir kali kubicarakan serius – jangan neko-neko.”
Wajah si Gendut jelas-jelas kecewa: “Kamu ini benar-benar membosankan. Sudahlah, Tuan Gendut mengerti. Kalau mau lihat juga akan ajak kamu, tidak neko-neko, oke?”
“Aku tetap tidak percaya padamu.” Ini ucapan jujurku. Si Gendut memang selalu main di luar skema. Menurut penilaianku, tidak menutup kemungkinan dia akan menyelinap sendirian malam ini.
Aku berulang kali mengingatkan, sampai orang gemuk itu hampir marah dan ingin bersumpah demi langit, barulah aku berhenti. Akhirnya dia langsung melambaikan tangan sambil berkata: "Pergi, cari Chen Qingshan."
Belakangan ini, aku sengaja atau tidak selalu menjauhkan Chen Qingshan dari urusan-urusan. Dia juga terlihat menjaga jarak dengan kami. Ini wajar belaka, dia hanya seorang kepala desa. Membantu urusan si bodoh saja sudah cukup, apalagi kemudian menyangkut orang-orang besar seperti Tang Renjie, Tuan Liu, dan lain-lain. Memang tak pantas terlalu banyak ikut campur. Aku bertanya: "Sekarang cari dia buat apa?"
"Lupa janjimu padanya? Mengobati penyakitnya?" kata orang gemuk itu.
Kutepuk keningku: "Tuan Gendut memang bisa diandalkan. Lihatlah otakku ini, sudah lupa sama sekali urusan ini."
Adapun penyakit Chen Qingshan, tak lain adalah impotensi yang dideritanya sejak dia dan Paman Pilar diganggu hantu wanita saat bekerja di proyek konstruksi dulu. Karena ini, dia hampir bercerai dengan istrinya. Waktu itu orang gemuk berjanji akan mengobatinya. Sekarang setelah kami agak longgar, memang sudah waktunya menepati janji.
Kami berkeliling sampai ke rumah Chen Qingshan. Istrinya, Wang Cai, sudah bangun dan memasak di dapur. Aku menghampiri: "Tante, di mana Paman Qingshan?"
"Mati!" jawab Wang Cai kesal.
“Masih marah kalian berdua?” Pada saat itu, suara lemah Chen Qingshan terdengar dari dalam ruangan: “Daun, masuklah.”
Kami masuk ke dalam rumah, mencium aroma alkohol memenuhi ruangan. Chen Qingshan baru bangun dari sofa, rambutnya berantakan seperti sarang ayam, penampilannya sangat lusuh. Dalam waktu singkat, pria gagah ini menjadi kurus kering. Orang gemuk menendang botol arak di dekat kakinya sambil berkata: “Kenapa jadi seperti hantu begini?”
“Ah, sudahlah. Kalian duduk dulu, aku cuci muka dulu.” Kata Chen Qingshan.
Beberapa saat kemudian, Chen Qingshan yang sudah rapi datang sambil menghela nafas: “Sialan, rumah harmonis segalanya lancar. Sekarang aku baru paham prinsip ini. Rumah tidak harmonis, segalanya berantakan.”
“Malu-maluin. Ayo, pergelangan tanganmu. Tuan Gendut akan memeriksamu.” Kata orang gemuk.
Chen Qingshan terdiam sejenak, wajahnya memerah. Memang memalukan jika teman menawarkan pengobatan impotensi. Kutepuk bahunya: “Jangan sembunyikan penyakit dari tabib. Kamu tahu kemampuan Tuan Gendut, coba periksalah.”
Dengan malu-malu, Chen Qingshan mengulurkan pergelangan tangannya. Orang gemuk menaruh jarinya di nadi seperti tabib senior. Aku dan Chen Qingshan menahan nafas. Dengan ekspresi serius, dia memeriksa tangan kiri lalu kanan. Terakhir dia membuka kelopak mata Chen Qingshan, membuatnya terlihat sangat profesional.
“Bisa nggak sih loe?” Tanyaku.
“Kamu tahu apa? Kamu tidak tahu dulu pendeta Tao semuanya bisa meracik obat? Di sekte Tuan Gendut ini, yang menguasai resep kultivasi juga banyak, Tuan Gendut sudah pernah bilang padamu.” kata orang gemuk.
“Jangan menggombal, Paman Qingshan ini urusannya mudah tidak?” tanyaku.
Orang gemuk melirikku dengan pandangan putih: “Kalau Tuan Gendut yang turun tangan, masih ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan? Masalah kecil, energi Yin mencemari tubuh merusak Yang-nya. Tuan Gendut akan tulis resep, ambil obat sesuai ini, cari kura-kura liar besar minimal satu setengah kilogram, rebus tiga jam, lalu hadap Utara membungkuk-bungkuk tiga kali, bakar kertas kuning ini, abunya campur obat dan diminum. Malam ini juga kau bisa layani istrimu. Minum tiga hari berturut, Tuan Gendut jamin tombak emasmu tak goyah.”
Aku terdiam mendengarnya. Chen Qingshan menelan ludah, memandangi orang gemuk dengan tak percaya: “Tuan Gendut, sudah banyak yang bilang begitu padaku, benar tidak ini?”
“Apakah Tuan Gendut ini sama dengan dukun keliling Jianghu itu? Tenang saja, Tuan Gendut tidak kabur. Nanti kau akan punya bakat alami di bidang ini, tapi harus tahu menahan diri. Segala sesuatu ada batasnya, berlebihan hancurkan tubuh!” kata orang gemuk.
Chen Qingshan menggosok-gosok tangannya: “Terima kasih Tuan Gendut, soal ini saya paham. Sekarang yang penting bisa berfungsi dulu, mana berani berpikir berlebihan?”
“Kalau begitu tidak apa, Tuan Gendut cuma takut kalian berdua sudah kelaparan terlalu lama, akhirnya bisa makan malah kekenyangan.” Orang gemuk tertawa terbahak-bahak, kemudian aku mengambil kertas dan pena. Dengan gerakan tangan besar-besaran, tak lama kemudian orang gemuk sudah menyelesaikan resep obatnya. Setelah selesai menulis, Chen Qingshan sudah tidak sabar ingin segera membeli obat. Aku dan orang gemuk tidak menahannya, lalu berpamitan.
Setelah keluar dari rumah Chen Qingshan, aku merasa cara orang gemuk tadi persis seperti penjual plester kulit anjing di Jianghu, agak tidak bisa diandalkan. Aku bertanya: "Resep yang kau berikan ke Paman Qingshan tadi, tidak akan merusak tubuh kan?"
"Pengobatan Tiongkok berbeda dengan pengobatan Barat, tentu tidak akan melukai tubuh." Kata orang gemuk.
"Benar sehebat yang kau katakan? Tombak Emas Tidak Jatuh?" Tanyaku.
"Lho? Kau juga mau resep ini? Tenang, setelah menikah dengan Han Xue, Tuan Gendut akan mengajarimu teknik rahasia di kamar dari sekte kami. Jika kau ikuti dengan benar, pasti luar biasa. Oh ya Daun, kemarin malam kusebut soal Paman Pilar itu, benar-benar tidak tertarik dengan nona itu?" Kata orang gemuk.
Aku mengerti maksudnya, menjawab: "Bukannya kau bilang, jika aku berkhianat pada Han Xue, kau yang pertama akan mematahkan tiga kakiku?"
"Begitu katanya, pertanyaannya ini menyangkut takdir. Kau murni Yang, dia adalah perempuan Yin dengan Takdir Perempuan Yin. Tuan Gendut jujur padamu, kalau kau benar-benar melakukan praktik ganda dengan perempuan itu, bukan hanya akan memberi manfaat besar padamu, anak kandung kalian bahkan akan memiliki kebesaran yang tak terucapkan. Bayangkan, Jalan Hantu saja menginginkan anak kalian, itu menunjukkan betapa hebatnya masa depan anak kalian." Kata si orang gemuk.
"Aku tidak bisa melakukannya, apalagi mengkhianati Han Xue." Kataku.
"Kalau hanya pakai ginjal tanpa libatkan jantung juga tidak boleh?" Tuan Gendut bertanya dengan nada menguji.
"Jika diposisikan terbalik, bagaimana jika Han Xue juga cari orang lain yang pakai ginjal tanpa libatkan jantung? Apa aku bisa menerima?" Aku balik bertanya pada si orang gemuk.
"Benar juga. Justru Tuan Gendut yang terlalu fanatik. Tapi ini benar-benar disayangkan. Namun, semua pembicaraan ini masih terlalu dini. Kembar di Shennongjia, kadang takdir bukanlah benda yang bisa dikontrol sendiri, apalagi masih ada operasi diam-diam Jalan Hantu." Kata si orang gemuk.
"Jika benar suatu hari aku terjebak dalam situasi tak berkutik, lebih baik aku menghunus pisau dan mengebiri diri sendiri." Kataku.
"Kejam sekali, tapi cukup jantan! Tuan Gendut suka!" Si orang gemuk tertawa terbahak-bahak.
