Setelah ucapan Sun Liancheng ini, suasana seketika membeku. Perkataannya sangat benar. Tentang si kakek itu, aku juga merasa hukuman lingchi pun takkan cukup. Masalahnya, Sun Liancheng adalah cucu kandung orang itu. Seorang cucu kandung yang menyimpan dendam begitu dalam terhadap kakeknya sendiri terasa aneh. Tentu saja, dulu Kakak juga punya niat membunuh kakek saat belum tahu kebenaran, itu karena ada kesalahpahaman yang belum dijelaskan. Justru Sun Liancheng, aku mengira dia akan bersekongkol dengan kakeknya.
"Apakah dia kakek kandungmu?" tanyaku dengan tertawa pahit.
Sun Liancheng mengangguk. "Ya."
"Bukankah kau bilang ini seperti dua pihak yang saling sepakat? Seharusnya kaulah orang yang paling dia percaya, menyerahkan Keluarga Sun padamu. Secara logis, dia seharusnya juga mengajarkan ilmu hitam pengumpulan Yin dan pelengkap Yang itu padamu." Xiao Qi ikut berbicara.
“Jika hanya teknik memanen Yin dan mengisi Yang yang digunakan, seharusnya dia tidak pantas mati. Masalahnya, dia sudah kehilangan kemanusiaan. Niang, apakah kamu mengira tadi dia hanya bercanda? Dia tidak akan benar-benar menodaimu? Kamu salah. Di matanya, tak ada yang sakral - selama itu perempuan, perempuan cantik, semuanya adalah tungku kultivasinya. Dia benar-benar akan mencaplokmu. Tahukah kalian mengapa Sun Zhongmou tidak tercatat dalam silsilah keluarga Sun? Dan mengapa dia tidak pernah datang ke Jinan?” Sun Liancheng berkata dengan tertawa pahit.
Aku gelisah menggeser tubuh. Titik keanehan yang kurasakan sejak pertama tiba di sini akhirnya terungkap. Semula kupikir jika Sun Liancheng sekongkol dengan kakeknya, mungkin aku tak akan menemukan jawaban. Namun sikap Sun Liancheng saat ini bagai kabar baik di tengah kebuntuan. Dia menyalakan sebatang rokok sambil menatap kami: "Daun, aku tahu dia buta tentang masa lalu. Kakek Ye sengaja menjauhkannya dari masalah ini. Xiao Qi, tidakkah kau pernah dengar tentang kembar keluarga Sun?"
Xiao Qi menggelengkan kepala: "Tidak. Nenek sama sekali tidak pernah menyebut urusan keluarga Sun."
Sun Liancheng："Jadi sebenarnya mereka semua tahu bahwa Keluarga Sun pernah berkhianat di masa lalu, bahkan tidak mau menyebut-nyebut keluarga kami. Kakekku dan Erye () adalah saudara kembar. Kakekku bernama Sun Congwen (), sedangkan Erye bernama Sun Congwu (). Satu ahli sastra dan satu ahli bela diri, mereka dianggap sebagai dua permata Keluarga Sun. Kalian pasti juga tahu, keluarga Sun dulunya adalah keluarga hantu air yang mencari mayat di Sungai Kuning, yang tentu menguasai banyak rahasia Gerbang Hantu (). Di mata orang luar, kedua saudara ini memiliki ikatan yang sangat erat. Kekuatan persatuan saudara dapat mematahkan logam - dan memang benar demikian. Untuk waktu yang sangat lama, mereka bekerja sama dengan kompak. Tidak hanya mendapat kepercayaan dari Guo Zhongyong () Jalan Hantu, tapi juga membawa Keluarga Sun ke puncak kejayaan sebagai salah satu dari Empat Gerbang Jalan Hantu (). Tapi kemudian setelah mengalami suatu peristiwa, Erye Sun Congwu pindah ke Kediaman Kuno Keluarga Sun () di tepi Sungai Kuning. Kakekku Sun Congwen mengambil alih kendali keluarga, dan Keluarga Sun menjadi semakin makmur. Dulu aku sudah menduga apa yang sebenarnya terjadi, tapi tidak berani memastikan. Namun hari ini, ucapan Tuan Gendut () mengkonfirmasi tebakanku. Saat terjadi pergolakan di Jalan Hantu dulu, kakekku memainkan peran yang tidak baik - sederhananya, dia menjadi pengkhianat Jalan Hantu."
“Sejak saat itulah, ia mulai terobsesi dengan teknik mengumpulkan Yin untuk memperkuat Yang. Baru kemudian aku tahu, semua wanita di keluarga Erye termasuk nenek tiriku dan dua putri ibu tirinya, dijadikan tungku ritualnya. Putra satu-satunya Erye bunuh diri karena malu dan marah. Erye pindah ke kediaman kuno Keluarga Sun dan tak pernah kembali, karena hubungan mereka sudah seperti api dengan air. Sekarang kalian pasti sudah tahu, marga Sun dalam Sun Zhongmou mengikuti marga Erye. Keluarga Sun tak pernah mengakui mereka, dan mereka pun tak pernah mengakui Keluarga Sun.”
“Awalnya aku tak tahu kakekku seperti ini. Hingga lima tahun lalu, saat masih kuliah, aku punya pacar yang baik hati. Kami sudah berjanji mengikat hidup. Kubawa dia pulang untuk diperkenalkan ke keluarga. Saat itu aku belum tahu sifat aslinya. Ia menyuruhnya mengantar teh. Setelah lama menunggu tak kembali, kudorong pintu itu dan... pemandangan itu tak akan pernah kulupakan.” Sun Liancheng membuka sebotol bir lagi. Matanya memerah, wajahnya dipenuhi kebencian.
Tiba-tiba aku merasa Sun Liancheng sangat memilukan. Memiliki kakek seperti itu memang tragis. Meski tak diungkapkan, kita bisa membayangkan apa yang dilihatnya saat mendorong pintu itu.
Xiao Qi yang biasanya dingin pun tak tahan. Ia menepuk meja dan membentak: “Dia pantas mati!”
"Siapa bilang tidak? Calon menantunya sendiri pun akan dia sakiti. Aku ini cuma sampah, meski tahu dia telah menodai wanita yang paling kucintai, tapi tak tahu harus berbuat apa. Ayahku menasihatiku untuk bertahan, dan berjanji akan menyerahkan urusan bisnis keluarga Sun padaku kelak. Bukan aku mengincar warisan keluarga Sun, hanya benar-benar tak tahu harus bagaimana. Hasilnya, begitu kami meninggalkan rumah Sun, dia langsung terjun dari lantai atas. Sampai sekarang aku tak bisa melupakan wajahnya yang masih membelalak tak rela mati. Bertahun-tahun ini aku hidup terhina di bawah kepemimpinannya, berpura-pura jadi orang yang sangat penurut. Tapi setiap detik, tak pernah berhenti ingin membunuhnya, memakan dagingnya, menghabisi darahnya." Saat Sun Liancheng mengucapkan ini, pembuluh darah di dahinya menonjol, wajahnya dipenuhi kebencian.
Usai mendengar ceritanya, aku diam-diam menyalakan sebatang rokok. Kurasakan lengan ini gemetar tak terkendali. Tak tahu harus mendeskripsikan perasaan di titik ini bagaimana, hanya merasa sekujur tubuh dingin membeku. Lebih dari itu, tak bisa mencerna - di dunia ini ternyata ada orang seperti ini, seseorang yang bahkan bila kudandingkan dengan binatang pun aku merasa telah menghina binatang.
"Kau benar-benar sudah melalui banyak hal." Akhirnya hanya kalimat penghiburan ini yang bisa kusampaikan pada Sun Liancheng.
“Erye adalah orang yang sangat menghargai perasaan dan kesetiaan. Meskipun kakak laki-lakinya telah kehilangan kemanusiaan, dia tetap tidak akan melukai saudara sedarahnya sendiri. Karena itu, dia membina Sun Zhongmou. Di mata orang dalam keluarga Sun, Sun Zhongmou sebenarnya adalah pedang Erye. Erye menghabiskan dua puluh tahun untuk mengasah pedang Sun Zhongmou hingga sangat tajam, dengan tujuan menggunakannya untuk mengambil kepala manusia Sun Congwen.” Sun Liancheng berkata.
“Lalu bagaimana?” Aku bertanya.
Berdasarkan pemahamanku terhadap kakak sulungku, jika dia memutuskan untuk membunuh seseorang, situasinya akan menjadi perang habis-habisan. Setelah kembali ke Fudigou, kakak tidak mengganti marga dan tetap memakai marga Sun. Ini sebenarnya secara tidak langsung menunjukkan hubungan baik antara kakak dengan Erye Sun Congwu. Jika demikian, kakak pasti akan membunuh Sun Congwen untuk membela Sun Congwu.
“Sun Congwen sudah lama memperkirakan hari ini akan tiba. Secara permukaan, Erye akhirnya memaafkan kakaknya sendiri dan menulis surat wasiat untuk Sun Zhongmou agar melepaskan dendam dan jangan pernah kembali ke Jinan. Namun kenyataan sebenarnya adalah, para perempuan di rumah Erye semuanya dikurung Sun Congwen di suatu tempat. Yang mati dibiarkan mati, yang hidup menderita lebih dari kematian. Dengan cara inilah dia memaksa Erye bunuh diri, sekaligus memaksanya menulis surat wasiat.” Sun Liancheng menjelaskan.
Saat itu, si orang gemuk membuka matanya dan menatap Sun Liancheng: “Kalau kebencianmu sedalam ini, kenapa tidak kau bunuh sendiri? Kalau aku jadi kamu, sudah lama main taruhan nyawa dengannya.”
Sun Liancheng tertawa pahit: "Main nyawa? Dengan apa aku harus melawannya? Bukan aku pengecut, kalau aku mati, siapa yang akan membunuhnya? Siapa yang akan membalas dendam untuk dia yang terjatuh dari gedung itu?"
Aku melotot ke arah si gemuk: "Tuan Gendut, tidak semua orang punya kemampuan sepertimu, lagipula bukankah kau juga tak bisa mengalahkan si tua bangka itu? Terkadang membalas dendam sambil bertahan hidup lebih baik daripada mencari kematian, memendam rasa malu bukanlah kesalahan. Sun Liancheng, benih kebencian ini sudah tertanam di jantungmu selama bertahun-tahun, pasti sudah ada rencana sempurna di kepalamu untuk membunuh si tua ini. Zaman sudah berubah, kita tak bisa asal masuk dan menebas seseorang - itu melanggar hukum. Tentu saja, aku juga tidak naif berpikir melapor ke polisi bisa menyelesaikan urusan kakek buyut keluarga Sun kalian. Katakan rencanamu."
"Para perempuan di rumah Erye, yaitu nenek buyut dan dua tanteku, dikurung Sun Congwen di Wilayah Terlarang keluarga Sun. Jika kita bisa menyelamatkan mereka, Sun Zhongmou yang tahu kebenaran pasti akan membunuh si tua itu. Meskipun aku sangat mendendam, aku ingin Sun Zhongmou sendiri yang menuntaskan nyawanya - itu baru mewujudkan wasiat terakhir Erye," kata Sun Liancheng.
"Jadi kau tahu di mana Sun Zhongmou sekarang, benar?" tanya si gemuk.
Sun Liancheng mengangguk: "Tentu saja aku tahu. Jadi kita bisa menukar: bantu aku menyelamatkan mereka, nanti aku beri tahu kalian lokasi Sun Zhongmou."
