“Jadi sebenarnya kode Jahitan Hantu adalah hasil deduksi darimu berdasarkan tulisan di batu nisan itu, benar?” Orang gemuk menatap Sun Liancheng sambil bertanya.
Sun Liancheng mengangguk, lalu menggeleng: “Bisa dibilang iya, bisa juga tidak. Aku sudah bilang kalian mungkin tidak percaya. Waktu itu yang memimpin operasi penyelamatan kapal kepala naga di keluarga Sun bukan kakekku Sun Congwen, melainkan Jahitan Hantu. Semua batu nisan yang berhasil diangkat dibawa pergi oleh Jahitan Hantu. Sebenarnya aku sengaja menjaga kewaspadaan dengan memerintahkan anak buahku memfoto batu-batu tersebut di dasar kolam. Belakangan aku menemukan kode Jahitan Hantu memiliki keterkaitan erat dengan tulisan di batu-batu nisan ini, sehingga akhirnya berhasil kurobos.”
“Aku tidak percaya Jahitan Hantu mau bekerja sama dengan kakekmu.” Kali ini aku yang berbicara pada Sun Liancheng. Karena watak asliku memang tidak suka dan tidak terbiasa berbohong, aku sama sekali tidak memiliki simpati pada orang yang berbicara ngawur. Tapi ini justru baik, sebab ketidakpercayaanku pada ucapan Sun Liancheng membuatku menganalisis lebih teliti kebenaran perkataannya.
Jahitan Hantu adalah penasihat militer sekaligus penghubung antara keluarga Guo dari garis keturunan Pemimpin Jalan Hantu dengan anggota sekte lainnya. Belum lagi statusnya sebagai penasihat militer, hanya dengan mempertimbangkan kepercayaan keluarga Guo padanya saja, sudah mustahil dia akan menghubungi apalagi bekerja sama dengan Sun Congwen si pengkhianat terbesar Jalan Hantu.
“Aku tahu yang kalian khawatirkan, tapi kalian juga harus paham, sebenarnya semua orang tahu kakekku dulu memainkan peran buruk dalam kematian Guo Zhongyong. Tapi tak ada yang membongkar kebohongannya. Baik keluarga Guo, Li, maupun Ye tak ada yang membunuhnya untuk membalas dendam sang pemimpin. Bahkan mereka diam-diam menjaga hubungan aneh dengan keluarga Sun. Mereka sengaja berpura-pura tidak tahu soal pengkhianatan kakekku dulu. Kalian pasti bisa lihat, kalau bukan karena kami sengaja memecahkan keseimbangan ini, sandiwara mereka mungkin akan terus berlanjut. Zaman sudah berubah, pengikut Jalan Hantu sebenarnya jauh tidak seloyal yang kalian bayangkan terhadap Guo Zhongyong. Aku tidak tahu apakah keluarga kalian pernah memberitahu, dari Empat Pintu Jalan Hantu selain keluarga Guo, tiga klan lainnya sebenarnya bukan hasil didikan Guo Zhongyong. Baik Sun, Ye, maupun Li, ketiganya adalah keluarga kuno yang sudah punya keahlian luar biasa. Mereka cuma dikumpulkan secara dadakan oleh Guo Zhongyong di era khusus itu dengan status spesialnya. Empat Pintu Jalan Hantu model begini sebenarnya juga tidak punya daya rekat yang kuat. Tentu saja ini bukan pembelaan untuk Sun Congwen, hanya saja aku tidak pernah merasa alasan dia pantas mati adalah karena pengkhianatan masa lalu, tapi lebih karena kekejaman dan ketiadaan kemanusiaannya selama ini. Benar tidaknya perkataanku ini, kalian bisa tanya Paman Chen. Soal ini, dialah yang paling paham.” Sun Liancheng memandangi Chen Dongfang.
Chen Dongfang mengerutkan kening, melototi Sun Liancheng. Tapi akhirnya dia mengangguk dan berkata: “Dalam hal ini, dia tidak berbohong.”
“Paman Chen yang paling berhak bicara, karena rencana awal Guo Zhongyong adalah Jalan Hantu Lima Pintu, namun keluarga Chen menolak undangannya sehingga menjadi Jalan Hantu Empat Pintu. Paman Chen, apa yang kukatakan benar?” Sun Liancheng menatap Chen Dongfang dengan senyuman.
Chen Dongfang kali ini berdiri. Tiba-tiba aura pembunuhan yang identik dengan kemarahan kakakku menyembur dari tubuhnya. Ia menatap tajam Sun Liancheng yang mungkin juga merasakan suasana tak biasa ini. Ia menyembunyikan senyumannya, wajahnya agak pucat berkata: "Kukira ini bukan rahasia?"
“Kau tahu terlalu banyak. Orang sepertimu biasanya berakhir menyedihkan.” Chen Dongfang melirik Sun Liancheng. Pria dengan kontrol diri kuat ini perlahan meredupkan aura mengerikan itu.
“Lho, ada apa? Lao Chen kenapa tidak membiarkan anak kecil bicara di depan kami? Kalian beda generasi. Jangan semena-mena mengintimidasi orang seperti ini,” kata si orang gemuk.
Sun Liancheng memandang si gemuk lalu Chen Dongfang. Ia mengangkat bahu lesu, isyaratnya jelas: Bukan aku tidak mau bicara, tapi dia yang melarang.
Walau wajahku saat ini tampak tenang, namun di jantungku juga sangat terkejut. Dalam periode waktu ini, berbagai pekerjaan terkait Jalan Hantu saling mengganggu, sampai-sampai hampir kulupakan bahwa sebenarnya keluarga Chen di Fudigou juga menyimpan tak terhitung rahasia. Baik itu leluhur keluarga Chen yaitu Chen Jinzhi yang dulu menghabisi seluruh anggota keluarga Ye, maupun kenyataan bahwa sekarang setiap kepala suku keluarga Chen dari generasi ke generasi setelah meninggal akan ditarik oleh boneka kertas, kuda kertas, dan sarkofagus batu - semua ini merupakan misteri yang sulit dipecahkan.
Karena sekarang Sun Liancheng telah mengalihkan topik dan fokus kami kembali ke sini, aku pun menoleh melihat Chen Dongfang. Meski secara bertahap mulai menerima dan mempercayai Paman Chen yang memiliki hubungan persaudaraan erat dengan ayahku ini, tetap saja aku berharap dia bisa memberiku lebih banyak jawaban. Bahkan jika bukan jawaban, setidaknya aku membutuhkan sedikit informasi.
"Urusan keluarga Chen, yang saya ketahui tidak banyak. Seperti yang telah saya katakan sejak awal, jadi peran sebenarnya keluarga Chen dalam hal ini pun saya tidak tahu. Yang saya pahami adalah, seperti kata seseorang - di dunia ini tidak ada teman abadi, hanya kepentingan yang abadi. Dulu saat Guo Zhongyong merayu keluarga Ye, Li, Sun, dan Chen, selain menggunakan status dan posisinya yang mengintimidasi secara tak kasat mata, dia juga menjanjikan syarat-syarat yang sangat menggiurkan. Tapi ada satu hal yang mungkin sulit kalian percayai: alasan keluarga Chen menolak bukan karena punya tujuan atau rencana sendiri, melainkan karena para keturunan Chen berusaha mati-matian keluar dari Strategi yang dirancang Chen Jinzhi. Daun, kau pernah melihat Kutukan keluarga Chen itu. Siapapun bisa menyadari, mustahil Chen Jinzhi hanya ingin keturunannya menderita kutukan. Pasti ada imbalan besar yang menanti pengorbanan keluarga Chen di masa depan. Mungkin di dalam jantung Chen Jinzhi, semua ini sepadan, setiap pengorbanan memang layak. Tapi setelah melewati kutukan selama beberapa generasi, keturunan Chen menjadi sangat takut terhadap rencana itu. Sekalipun ada imbalan besar di depan, mereka tidak mau membayar mahal. Kakek Tiga-mu termasuk saya, juga berpikir demikian. Bisakah kau membayangkan perasaanmu setelah mati, boneka kertas dan kuda kertas dari mana pun akan menarikmu pergi? Kau bahkan tidak tahu ke mana jasadmu akan dibawa, apa yang akan mereka lakukan - mungkin saja dikeringkan angin menjadi bubur daging manusia, siapa yang tahu?" Chen Dongfang berseru.
Setelah mendengar ucapan Chen Dongfang, secara logika mungkin aku tidak seharusnya percaya. Bagaimanapun juga, pengorbanan keluarga Chen terjadi setelah kematian, dan setelah membayar mahal selama beberapa generasi, ketika keuntungan hampir tiba malah ingin menyerah. Namun setelah mengalami banyak hal, aku bisa memahami perasaan ini.
Karena aku, hampir seperti anggota keluarga Chen, menanggung "ketidaknormalan" yang diatur orang lain padaku. Mungkin ada yang mengira suatu hari nanti aku akan menjadi sangat hebat, tapi aku tidak bisa mentolerir posisiku di pusaran pusat kota ini. Aku sangat ingin keluar, hidup seperti orang biasa.
"Aku mengerti." Aku menatap Chen Dongfang sambil berkata.
"Tentu, cara berpikir setiap orang berbeda. Kalian ingat putri A? Dia seperti Raja Iblis kan? Sebenarnya aku juga punya putri. Dibandingkan dengannya, dia bahkan lebih parah." Chen Dongfang tersenyum pahit.
Tiba-tiba Li Qing tidak bisa menahan tawa. Aku juga teringat gadis yang seperti Raja Iblis itu, sulit menahan senyum. Dulu kukira Xiao Qi mirip karakter si nona itu, tapi setelah bergaul ternyata meski ada beberapa kesamaan, Xiao Qi jauh lebih feminin dibanding Raja Iblis itu. Apakah Chen Dongfang masih punya putri lain yang lebih lancang dari si nona itu?
"Chen Ruonan, ini nama yang kuberikan padanya. Aku tidak berniat punya anak laki-laki, hanya ingin mengakhiri kutukan keluarga Chen di tanganku. Bahkan kurasa ini belum cukup aman, sampai-sampai kusuruh dia diadopsi keluar. Tapi akhirnya, nona ini malah mengubah satu karakter namanya menjadi Chen Shengnan - mengalahkan anak laki-laki. Setelah mengetahui beberapa hal, dia menunjukkan ketertarikan yang sangat besar. Bisa dibilang, rasa ingin tahunya terhadap takdir besar yang diperoleh keluarga Chen dengan mengorbankan kutukan turun-temurun ini, telah melampaui ketakutan itu sendiri. Dia sangat meremehkan aku dan Kakek Tiga-mu, menganggap kami pecundang. Bahkan dia merasa bisa menjadi sosok seperti Wu Zetian, mengandalkan pengorbanan leluhur keluarga Chen. Shengnan juga menjalin persaudaraan dengan nona kecil dari keluarga A itu. Mereka bahkan bersumpah akan mengungkap rahasia ini, suatu hari nanti membagi kerajaan secara merata." Chen Dongfang menyentuh hidungnya sambil tertawa pahit.
Mendengar perkataan Chen Dongfang, tiba-tiba aku tak tahu harus berkata apa. Dulu aku pernah mengasihani A, sekarang agak simpati pada Chen Dongfang. Tak tahan aku bertanya: "Ngomong-ngomong, di mana sekarang nona itu?"
"Keduanya menghilang bersama. Siapa yang tahu lari ke mana. Mungkin sedang mempelajari jalur naga." Jawab Chen Dongfang.
