Aku juga merasakan hal yang sama dengan Chen Dongfang. Setelah memastikan tidak ada fasilitas penyadapan di ruangan, si Gendut bertanya pada Chen Dongfang: “Kamu percaya omongan nak itu?”
Chen Dongfang mengangguk.
“Kau benar-benar percaya ada sisik naga?” tanya orang gemuk.
“Kenapa tidak percaya? Dulu aku dan Tianhua Ge ke Shennongjia melihat bayangan Long, di Dua Belas Gua Hantu saja ada Yuan Long, masa tidak mungkin ada sisik naga?!” Chen Dongfang menatap orang gemuk itu.
“Yuan Long itu cuma legenda, siapa yang pernah lihat? Bayangan Long itu ada di dalam batu, yang kau lihat cuma pantulan, bisa juga cuma mirip. Tapi sisik naga beda cerita. Aku lebih percaya ada ikan besar seberat puluhan ribu kilogram bersisik ketimbang percaya naga beneran ada,” ujar orang gemuk yang meringkuk di sofa.
“Kau anggota Yuhuangdao, percaya eksistensi Primus, apalagi percaya dewa-dewa. Bahkan kau bisa memanggil dewa turun ke bumi. Kenapa tidak bisa percaya keberadaan naga?” tanya Chen Dongfang.
“Itu beda urusan. Aku memang bisa memanggil dewa, tapi itu cuma bayangan semata. Dewa yang terkumpul dari kekuatan pikiran semua makhluk. Sedangkan naga harusnya bisa dilihat dan disentuh, sama mana?” bantah orang gemuk.
“Kenapa kalian bertengkar?” tanyaku pada orang gemuk. Kali ini jelas dia yang mulai masalah.
“Bukan aku yang cari gara-gara. Anak muda itu jelas-jelas berbicara ngawur. Kalian malah percaya dan mengaguminya. Sekali tertipu anak hijau itu cukup, aku tidak mau kena tipu dua kali. Jelas-jelas dia mau mengajak kita ke Sungai Kuning. Tempat itu pasti mirip Dua Belas Gua Hantu. Mau pergi silakan, aku tidak ikut!” orang gemuk mengangkat tangan pasrah.
“Kamu benar-benar tidak salah menebak. Tempat itu memang mirip seperti Dua Belas Gua Hantu. Jika kuberi tahukan bahwa setelah kembali dari Shennongjia dulu, kalau Rencana A Rahasia tidak dihentikan, target berikutnya kita pasti ke sana. Pertarungan terakhir akan terjadi di Dua Belas Gua Hantu, apa pendapatmu?” Chen Dongfang menatap si gendut.
Setelah berkata demikian, Chen Dongfang melepas jasnya dan membuka dasi. Kapan pun tidak peduli seberapa panas cuacanya, dia selalu berjas rapi. Kukira dia tidak tahu apa itu panas.
Chen Dongfang membuka sebotol anggur merah dan menuangkan untuk kami masing-masing. Barusan dia terlihat agak emosional, tapi dalam sekejap sudah tenang kembali. Harus diakui kemampuannya mengendalikan emosi jauh lebih baik daripada si gendut. Si gendut sekarang masih meringkuk di sofa sambil menggerutu.
Chen Dongfang menyodorkan anggur kepada si gendut. Si gendut memandangnya dengan pandangan putih, tapi tetap menerimanya sambil berkata: "Tuan Gendut boleh minum, tapi bukan berarti setuju dengan pendapatmu. Kalau naga benar-benar ada, pasti feniks juga ada, Naga dan Phoenix membawa keberuntungan! Lalu sembilan keturunan naga juga pasti ada, di mana?"
"Sekarang bukan waktunya berdebat," kata Chen Dongfang.
Aku juga melototi si gendut: "Apa minuman kemarin malem belum juga sadar? Jangan terlalu banyak bicara. Bukankah kita bisa berdiskusi baik-baik? Berisik apa?"
Chen Dongfang kemudian duduk. Cara minumnya berbeda dengan kami, tegukannya kecil-kecil, hampir setiap kali hanya mencelupkan ujung lidah untuk mengecap perlahan. Orang gemuk mengejek: "Hei, anggur kering delapan puluh ribu bisa kau cicipi seperti Lafite tahun 82, Tuan Gendut ini benar-benar kagum."
"Diam!" Aku melototi si gemuk.
Si gemuk meniru gaya Sun Liancheng dengan mengangkat bahu, benar-benar menutup mulutnya.
Chen Dongfang juga tidak menghiraukan provokasi si gemuk. Ia perlahan-lahan menikmati setengah gelas anggur merah itu. Baru setengah gelas, wajahnya sudah memerah. Li Qing mengulurkan handuk: "Kalau tidak bisa minum, jangan dipaksakan."
Chen Dongfang menerima handuk sambil tersenyum: "Kadang dengan sedikit mabuk, pola pikir baru bisa seperti Tianma Xingkong."
"Lantas kuda surgawi Bapak sekarang terbang ke mana? Gerbang Selatan Langit atau Kolam Yaochi?" Si gemuk bertanya.
"Tidakkah kau sadar hari ini kau sangat pantas dipukul? Gemuk, aku tahu kau marai karena ucapanku tentang Kakek Enam yang ingin menikahkan Xiaoqi dengan Sun Liancheng. Cemburu itu wajar, kalau memang laki-laki sejati, saingilah dia secara adil! Xiaoqi bukan anakku, lagipula dengan sifatnya, sekalipun Kakek Enam mengatur perjodohan, belum tentu dia menerima. Kesempatanmu masih banyak. Terus-terusan bersitegang denganku, ada habisnya?" Chen Dongfang tampaknya sudah tidak tahan lagi.
Aku juga merasa kali ini Orang Gendut tidak biasa. Setelah Chen Dongfang mengatakan kalimat itu, wajah Orang Gendut langsung memerah seperti pantat monyet. Aku tidak bisa menahan tawa, menunjuk ke arah Orang Gendut sambil berkata: "Aku bilang, Tuan Gendut, masa iya sih? Xiao Qi masih berapa tahun usianya? Lembu tua sepertimu ingin memakan rumput muda?"
"Tuan Gendut ini baru dua puluh tujuh tahun, cuma terlihat lebih tua sedikit!" Orang Gendut melototi ku.
"Kalau tidak kau katakan, kukira kau sudah empat puluh." Kali ini Li Qing berbicara dengan datar. Kalimat ini bagai serangan finisher dewa. Setelah mendengarnya, wajah Orang Gendut langsung berubah hijau. Ia meletakkan gelas minum di meja, berdiri lalu menunjuk Li Qing: "Apa maksudmu? Apakah Tuan Gendut memang terlihat setua itu?"
"Sudah, jangan berantem lagi. Bicara serius. Sun Liancheng tidak berbohong dalam hal ini. Dia tahu batasan. Dia mengerti konsekuensi berbohong tentang kasus ini. Lagipula, Sun Congwen sekarang sudah seperti mayat hidup. Dia sebagai penentu kebijakan keluarga Sun, pasti tahu mana yang boleh diucapkan dan mana yang tidak." Chen Dongfang berkata.
Selesai berbicara, dia berdiri, menuangkan setengah gelas minuman keras lagi. Dia menutup mata dan bersandar di dinding, memegang dahinya dengan tangan. "Tadi kita membicarakan Guo Zhongyong yang pada masa lalu merangkul empat keluarga Ye, Sun, Li, dan Chen. Ucapan saya baru setengah jalan. Ketahuilah, Jalan Hantu menempuh cara yang tidak lazim, tidak menghormati Para Dewa, hanya memuja naga sebagai satu-satunya dewa sejati. Ini hampir mirip dengan banyak aliran sesat masa kini. Kalian pikirkan, aliran sesat biasanya menipu orang desa yang pengetahuannya terbatas. Tapi empat keluarga Ye, Sun, Li, dan Chen, apapun posisi mereka, memiliki landasan budaya di tingkat tertentu. Untuk membuat mereka percaya pada naga dan tidak menghormati Para Dewa, Guo Zhongyong harus menunjukkan tawaran yang luar biasa. Dengan bahasa sekarang, tawaran ini harus begitu kuat sampai membaruipandangan hidup. Membuatmu tak bisa menemukan alasan untuk membantah. Jadi tebaklah, apa yang ditunjukkan Guo Zhongyong kala itu?"
"Naga." Aku hampir langsung menjawab. Pertanyaan ini terlalu jelas. Untuk membuat seseorang mengubah keyakinan, harus dibuktikan keyakinannya salah atau keyakinan kita yang benar. Jadi bukti paling meyakinkan untuk membuat empat keluarga Ye, Sun, Li, Chen bergabung dengan Jalan Hantu adalah dengan menampilkan seekor naga sejati.
Seekor naga sejati diletakkan di depanmu, tak ada alasan untuk tidak percaya.
Chen Dongfang mengangguk dan berkata: "Benar. Itu adalah Long, hanya saja ini adalah mayat naga. Mayat naga ini disembunyikan oleh keluarga kerajaan Qing. Saat ditemukan, bahkan orang asing di Beijing saat itu memotretnya. Mayat naga ini dianggap sebagai pertanda sial bahwa naga sejati telah mati dan kerajaan akan runtuh, sehingga dikuburkan secara rahasia oleh keluarga kerajaan. Banyak orang yang melihatnya saat itu. Sekarang jika kamu mencari di catatan sejarah tidak resmi akhir Dinasti Qing, masih bisa ditemukan petunjuknya, meski banyak yang menganggap ini hanya legenda belaka."
"Sebenarnya itu nyata. Guo Zhongyong yang dianggap sebagai harapan terakhir Qing saat itu, tentu tahu lokasi penguburan mayat naga. Bahkan yang bertanggung jawab menguburkannya adalah Guo Zhongyong sendiri. Bayangan Long di Shennongjia itu adalah naga, bukan sekadar bayangan. Aku pernah melihat dekret rahasia Kaisar Guangxu kepada Guo Zhongyong. Isinya bukan mengubur naga, tapi memerintahkan Guo Zhongyong untuk menghidupkan kembali naga. Kaisar yang menyebut diri sebagai Tianzi (Putra Langit) percaya bahwa kebangkitan naga sejati akan melindungi takhtanya. Hasilnya, Dinasti Qing runtuh sebelum naga itu bangkit kembali. Mayat naga itu kemudian menjadi dasar ilmu Jalan Hantu Guo Zhongyong. Tak ada yang bisa menolak kejutan visual yang dahsyat itu. Seperti kamu yang tidak percaya ini, Tuan Gendut, tapi jika mayat naga benar-benar ada di depan matamu, kamu harus percaya." Chen Dongfang menjelaskan.
"Cukup! Urusan naga itu sudah kudengar. Itu cuma ular besar yang berlatih seribu tahun, gagal melewati ujian guntur. Cuma ular besar, dipaksa-paksakan jadi naga?" Tuan Gendut menyeringai mengejek.
"Tidak, ini adalah naga sejati. Naga ini dibunuh oleh seseorang, seperti Kaisar membunuh Chiyou. Yuan Long ditempatkan di Dua Belas Gua Hantu, sisik naga berada di dasar Sungai Kuning, tubuh naga di Shennongjia. Kaisar memutilasi mayat Chiyou untuk mencegahnya bereinkarnasi. Orang yang membantai naga ini mungkin juga takut naga sejati benar-benar bisa hidup kembali," kata Chen Dongfang.
"Kau percaya begitu saja?" tanya orang gemuk sambil menatap Chen Dongfang.
"Kalau tidak, jelaskan padaku tentang darah keemasan di tubuh Daun!" Chen Dongfang melototi orang gemuk.
Kalimat ini membuat orang gemuk termangu.
