Mendengar itu, mataku berkaca-kaca. Kurebahkan kepala melihat ke bawah - seseorang menggenggam tali dengan orang lain dipunggungnya. Dari ukuran tubuhnya, pastilah Tuan Gendut! Kusesakkan tarik mereka naik. Berat kedua orang ini membuat lenganku pegal. Begitu sampai di atas, Li Qing melemparkan si gemuk ke dek kapal lalu terjatuh berguling, seolah stamina-nya sudah habis total.
“Kamu jangan tanya dulu, selamatkan orang gemuk itu dulu, lihat masih bisa diselamatkan atau tidak.” Li Qing berkata.
Perkataannya langsung menyadarkanku dari kegembiraan melihat mereka tadi. Sekarang sudah hampir dua jam sejak orang gemuk itu tenggelam. Jika Li Qing baru menyelamatkannya dari permukaan air sekarang, benar-benar situasi bencana. Aku segera merangkak ke samping si gemuk, menyorotkan senter ke wajahnya. Wajahnya sekarang kebiruan, darah hitam terus mengalir dari mulut, hidung, dan telinganya. Aku letakkan tangan di bawah hidungnya - seluruh kepalaku langsung kosong. Jelas-jelas dia sudah tidak bernapas lagi.
“Tekan rongga dadanya untuk napas buatan, lalu angkat dia terbalik untuk mengeluarkan air dari tenggorokannya.” Suara Li Qing terdengar lemah.
Aku buru-buru menekan dada si gemuk sesuai prosedur penyelamatan korban tenggelam yang kuketahui. Setiap tekanan mengeluarkan sedikit air dari mulutnya. Setelah beberapa kali menekan kuat-kuat, tanpa peduli wajah gemuknya yang penuh darah, aku langsung memberikan napas buatan. Setelah beberapa lama, si gemuk tetap tidak bangun. Panik, kuangkat kakinya ke bahuku, mengguncang-guncangkan tubuhnya dengan kepala di bawah. Air dan darah berceceran, tapi tetap tidak ada hasil.
“Kurasa sudah tidak tertolong.” Li Qing menutup matanya pelan.
"Tidak mungkin, orang seperti orang gemuk, mana mungkin mati begitu saja? Orang gemuk, kau bangun sialan! Bukannya kau harus mati di tanganku? Bukannya kau mau bertarung habis-habisan melingkupi versi bangkitku untuk jadi juara dunia? Masak sih kau mati gitu doang?" Suaraku hampir menangis. Menggoyang-goyangkan tak ada gunanya, akupun menggendong punggung orang gemuk dan mulai mengelilingi kapal ini. Di kepalaku tak ada pikiran lain selain: Sekalipun harus mati kelelahan, aku harus membuat orang gemuk ini bangun.
Sudah belasan menit aku berputar, ketika kembali ke dekat Li Qing, dia meraih pergelangan kakiku: "Daun, berhentilah. Orang gemuk sudah tiada. Kalaupun belum mati, kau akan mematikannya dengan cara begini. Lagipula kau sendiri bisa kehabisan tenaga."
"Menurutmu mana mungkin orang gemuk mati begitu saja?" Tatapku pada Li Qing, air mata akhirnya tak tertahan mengalir. Terbayang pertama kali orang gemuk ke Fudigou, semua momen bersama: kecerobohannya, ketelitiannya, kesombongannya, analisis-analisisnya. Bahkan setiap ucapannya terus berputar di kepalaku, membuatku semakin tak bisa menerima bahwa si Tuan Gendut yang suka menyebut diri itu telah pergi.
Kutaruh tubuh orang gemuk, lalu menatap Li Qing: "Belatimu mana?"
Li Qing tahu maksudku. Dia menggeleng: "Jangan buang tenaga. Dulu Lao Chen pernah bilang, darah keemasanmu setelah menyalakan lampu jiwa bisa mengusir kejahatan, tapi tak bisa menghidupkan yang mati."
“Aku coba, kan aku istimewa, siapa tau berguna? Kalau dicoba belum tentu berhasil, tapi kalau tidak dicoba sama sekali tidak ada kesempatan?” Aku berkata.
Sekarang ini satu-satunya cara. Li Qing menyerahkan belati padaku. Belati itu sangat tajam. Tanpa ragu, langsung kugoreskan ke telapak tanganku. Darah langsung muncrat. Saat lampu jiwa belum dinyalakan, darahku bukan warna emas spesial, hanya merah biasa. Tapi kupikir, selama ini darahku, pasti ada gunanya.
Kujulurkan tangan, membuka mulut si orang gemuk, mengalirkan darah ke dalam mulutnya sampai lukanya berhenti berdarah. Saat mau ganti tangan untuk menggores lagi, Li Qing merebut belatiku: "Kalau berguna, setetes cukup. Kalau tidak, darahmu habis sekalipun tetap sia-sia."
Aku juga tahu ini. Mulut si gemuk sudah penuh darahku, bahkan wajahnya belepotan. Membuatnya terlihat mengerikan. Kutatap Li Qing: "Asal dia hidup kembali, apapun akan kulakukan."
Li Qing melepas baju kataknya, memperlihatkan otot-otot berisi. Tubuhnya kurus membuat garis otot semakin jelas. Dia berkata padaku: "Kau tutup mulut dan hidung si gemuk. Kita coba cara terakhir."
“Masih ada akal?” tanyaku.
“Coba.” Li Qing berdiri, aku segera menutup mulut dan hidung si gemuk. Saat itu, Li Qing setengah jongkok di lantai, mengayunkan tinjunya dan mulai menghantam dada serta perut si gemuk bertubi-tubi. Pukulan Li Qing sangat keras, sampai aku khawatir tulang rusuk si gemuk akan patah semua. Tapi saat ini benar-benar tidak ada cara lain.
Dia terus memukul seperti itu. Kupikir kalau orang normal seperti si gemuk pasti sudah melompat sambil berteriak "Berani-beraninya pukul Tuan Gendut! Aku akan bertarung habis-habisan denganmu!" Tapi sekarang, selamaan tubuhnya bergoyang kena pukulan, sama sekali tidak ada reaksi. Perlahan rasa putus asa mulai menyergapku. Jelas Li Qing juga semakin kehilangan harapan. Akhirnya, dengan gerakan cepat dia mengayunkan tinju terakhir yang langsung menghantam dada si gemuk. Dengan keterampilan Li Qing, satu pukulan seperti ini bisa membunuh orang biasa sepertiku.
Persis setelah pukulan itu, tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang ingin keluar dari mulut dan hidung si gemuk. Cepat kulepaskan tangan. Darah menyembur deras dari lubang hidung dan mulutnya, memancar tinggi sampai aku tak sempat menghindar. Wajahku kebasahan darah. Tapi sekarang mana sempat memikirkan itu. Setelah asal menggosok darah di wajah, terdengar suara yang sangat kunanti: si gemuk tiba-tiba batuk-batuk keras.
“Li Qing! Orang gemuk batuk! Batuk! Dia hidup!” Aku menarik lengan Li Qing dan berteriak penuh emosi.
Li Qing mengangguk, tubuhnya kembali lunglai di lantai. Setelah batuk, orang gemuk tiba-tiba membalikkan badan dan muntah. Muntahannya sangat hebat, aku segera menepuk-nepuk dadanya. Seorang sahabat dekat yang bangkit dari kematian berkat usaha penyelamatanmu sendiri memang memberi kepuasan luar biasa. Saat ini itulah yang kurasakan, bahkan lebih membahagiakan daripada diriku sendiri yang mati lalu dihidupkan kembali.
Setelah beberapa lama muntah, orang gemuk itu juga rebahan. Napasnya terengah-engah. Kulihat matanya perlahan terbuka, kata pertamanya adalah: "Daun, kenapa kau mirip hantu? Mau menakuti Tuan Gendut ya?"
Saat ini wajah dan tubuhku penuh blood bottle, tentu saja mirip hantu! Aku tertawa getir: "Ya, Laozi ini memang hantu. Kau sudah mati. Kita sekarang sedang di jalan menuju alam baka."
"Omong kosong! Mana mungkin Raja Yama berani menangkap Tuan Gendut?" Orang gemuk mencoba mengangkat tangan untuk mengusap wajahku, tapi terlalu lemah. Kupegang tangannya: "Jangan bergerak. Jangan bilang Raja Yama tidak mau menangkapmu—kau hampir mati! Laozi dan Li Qing yang merebutmu kembali dari Raja Yama. Tak usah berterima kasih, nanti setelah sadar berikan saja Laozi sejuta. Sekarang tugasmu adalah istirahat."
“Lihatlah betapa memalukannya dirimu. Jika kau menikah, Tuan Gendut akan memberimu 10 juta. Lelaki dewasa sejati tak boleh mempermalukan seorang gadis.” Si gemuk berbisik.
“Baik, Laozi ingat. Jangan bicara lagi! Jika kau berani bicara satu patah kata, aku akan menampar pipimu dengan tamparan keras. Tutup matamu dan tidur untuk Laozi!” kataku.
Kedua orang yang biasanya merawatku ini akhirnya membutuhkan perawatanku. Kuambil sedikit makanan dan air, menyuapi Li Qing terlebih dahulu. Kemudian kupotong selembar layar kapal dan mematahkan beberapa papan kayu dari kapal untuk membuat api unggun. Menggunakan botol air militer Li Qing, kurebus air panas dan menyuapi si gemuk. Li Qing yang sudah makan perlahan memulihkan stamina, meski masih terlihat lelah. Warna hijau kebiruan di wajah si gemuk pun berangsur menghilang, perlahan menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Baru saat itu Li Qing memperhatikan kucing yang bersembunyi di dekatku. Ia langsung mengenali kucing itu – Nyonya Li adalah istri Kakek Enam, sementara Kakek Enam sendiri adalah bos tertinggi organisasi Li Qing.
“Mengapa kucing Nyonya ada di sini? Di mana ini?” tanya Li Qing padaku.
