“Sekalipun Tuan Gendut benar-benar kembali ke Yuhuangdao, pasti tidak akan menemukan apa-apa. Kau tidak tahu betapa kompleksnya sekte kami. Ditambah Bang sudah memutus hubungan dengan Yuhuangdao sekian lama, pulang pun belum tentu mereka mengakuiku.” Kata si gemuk.
“Sebenarnya kau bisa membawa Daun pulang bersama.” Chen Dongfang menatap si gemuk dengan pandangan penuh arti.
Orang gemuk meliriknya dan berkata, "Kamu ini bicara seenaknya saja. Sun Zhongmou pasti akan menguliti kulit babi ini dariku."
"Sudah, jangan bahas ini lagi. Ayo turun. Waktu di Beijing, aku pernah ingin turun ke Sumur Naga Terkunci, tapi Kakek Enam tidak mengizinkan. Aku sendiri juga takut membuat masalah besar jadi tidak jadi turun. Hari ini kebetulan tepat waktu. Sumur Naga Terkunci di Beijing itu mengikat energi naga Istana Kekaisaran, tapi di bawah sini," Chen Dongfang menarik rantai besi itu, "pada masa lalu benar-benar pernah mengikat seekor naga sejati."
Setelah berkata demikian, dia berpaling ke Li Qing, "Jaga Ye baik-baik. Aku turun dulu."
Dia memegang rantai besi itu dan mulai turun. Aku memandangi rantai besi yang terasa aneh, seolah-olah keberadaannya memang untuk dipanjat. Kukatakan pada si gemuk, "Rantai ini sepertinya sengaja dibuat untuk dipanjat." Orang gemuk itu tertawa, "Dulu tidak seperti sekarang yang mudah membangun Bendungan Tiga Ngarai atau proyek alih air Selatan-Utara. Perubahan ketinggian air hanya menyebabkan kekeringan atau banjir biasa. Sekarang? Tiap tahun ada rekor ketinggian air terendah atau tertinggi. Sumur ini dulunya terkubur dalam di dasar Sungai Kuning. Di zaman itu, membuat rantai sepanjang ini saja sudah proyek besar. Membangun mulut sumur di dasar sungai lalu memasang rantai sampai kedalaman, itu sungguh luar biasa sulit."
Aku mengangguk, berpikir memang benar. Orang zaman dulu tidak punya alat selam modern. Bekerja di bawah air pasti sangat sulit. Setelah si gemuk selesai bicara, dia berbalik dan mulai turun perlahan sambil memegang rantai. Li Qing menatapku, "Kamu turun dulu. Aku akan di atasmu."
“Apa maksudmu dengan mengatakan aku di bawahmu?” Aku memandangnya dengan sinis.
“Pergi! Laozi tidak suka gay!” Wajah Li Qing memerah sambil memaki.
Aku tersenyum. Harus diakui, kali ini kecurigaan terhadap Chen Dongfang hampir sepenuhnya hilang berkat ucapan Penjahit Hantu. Kedepannya aku bisa lebih leluasa berinteraksi dengan Paman Dongfang ini. Suasana hatiku membaik. Aku meraih rantai besi yang terasa dingin namun kokoh. Mirip seperti memanjat tebing, tapi rantai besi pasti lebih kuat dari tali. Belakangan aku sering ikut mereka keliling, kemampuan fisikku yang dulu seperti otaku kini sudah jauh lebih baik. Turun seperti ini sama sekali tidak memberatkan.
Sumur ini sangat dalam. Semakin turun, udara semakin lembab. Setelah lebih dari setengah jam, baru terdengar gemericik air di bawah. Kini aku benar-benar mengagumi Liu Bowen. Bukan karena kemampuannya mengunci naga, tapi karena kagum pada pengrajin zaman dulu yang bisa membuat rantai sepanjang ini dan menempatkannya di dasar kolam dalam sebuah gua.
Kami terus turun mengikuti rantai besi sekitar satu jam. Suara aliran air bawah tanah semakin jelas. Li Qing di atas menyorotkan senter ke bawah, terlihat kilauan air. Tepat seperti dugaan Chen Dongfang, di bawah memang ada sungai bawah tanah dengan arus sangat deras. Sepertinya siapa pun yang terjun akan langsung tersapu arus hingga hilang.
“Tampaknya orang-orang transparan itu bukan karena minum air sumur, ini sudah ratusan meter dari mulut sumur kan? Mereka tidak mungkin bisa mengambil air, Chen Dongfang, kamu salah bicara ya?” Si Gemuk bertanya pada Chen Dongfang.
“Aku hanya menebak saja, mungkin ketinggian air di sumur atas lebih tinggi dari ini?” jawab Chen Dongfang.
Setelah berkata demikian, Chen Dongfang menengadah ke Li Qing: “Li Qing, berani turun untuk melihat dulu?”
Li Qing tidak menjawab, melainkan langsung menunjukkan jawabannya dengan tindakan. Ia menyodorkan senter padaku, lalu dengan lompatan gesit di atas kepalaku, terjun ke dalam air. Hanya terdengar suara “plung”, seluruh tubuh Li Qing lenyap dari permukaan.
“Kamu benar-benar percaya begitu saja? Situasinya belum jelas kok sudah disuruh lompat?” kataku pada Chen Dongfang. Tapi kemudian aku ingat, Li Qing bisa menggendong Si Besar seperti si gemuk di dalam air selama 1-2 jam sebelum naik ke kapalku, membuktikan kemampuan berenangnya yang luar biasa.
Namun setelah menunggu lima menit tanpa kabar Li Qing, aku mulai khawatir. Chen Qingshan yang bergantung di rantai besi tetap tenang. Dua menit kemudian, sebuah kepala plontos muncul dari bawah air. Siapa lagi kalau bukan Li Qing? Ia mengusap air di wajahnya: “Arus di bawah tidak deras, kedalamannya juga sedang. Kelompok mereka memang turun, tapi sepertinya ada masalah di bawah. Banyak yang mati.”
Chen Dongfang bertanya: “Apa kamu lihat kenalan?”
“Yang Chen Dongfang maksud dengan kenalan tentu adalah wajah-wajah yang sudah dikenal: Tang Renjie, Tuan Liu, Nenek Li, termasuk kakak saya.”
Li Qing menggelengkan kepala, “Tidak sampai segitu. Aku melihat di depan ada pintu yang samar-samar, sepertinya di bawah tanah ini ada istana lagi. Tapi untuk sampai ke sana, kurasa butuh sekitar sepuluh menit, dan kita juga harus mencari mekanisme untuk membuka pintunya.”
“Kalian berdua sanggup?” Chen Dongfang menengadah bertanya.
“Kalau jimatku masih ada, kutuliskan Jimat Penolak Air, pasti tidak masalah,” orang gemuk itu bergumam.
Setiap kali dia bilang begitu, aku langsung kesal. Memang waktu itu terburu-buru sampai kulempar bungkusan kertas kuningmu, tapi perlu segitu seringnya diungkit-ungkit? Chen Dongfang juga kesal, “Akhirnya kamu bisa atau tidak?”
“Aku sih bisa, tapi Daun ini yang tidak!” jawab si gemuk.
“Daun tunggu dulu di atas, kami yang turun.” Setelah berkata demikian, Chen Dongfang langsung terjun ke air. Si gemuk melirikku, “Bisa tidak?”
“Tidak apa, turun saja.” Meski sendirian di sini membuatku agak takut, tapi sekarang bukan saatnya jadi beban mereka.
，，，，，，，，，，。，，，，，，，，，，，，。
Sekarang api sudah padam, keinginan untuk merokok sialan pasti juga hilang. Mereka sudah turun sekitar tiga hingga lima menit. Waktu sebentar ini sebenarnya tidak lama, tapi bagi saya yang menunggu sendirian di lingkungan seperti ini, itu terasa sangat lama. Karena bosan, saya mulai mengamati dinding batu. Begitu saya melihat lebih dekat, tiba-tiba saya menemukan pola di balik lumut yang terkelupas oleh hentakan kaki saya di dinding batu.
Pola di tempat seperti ini selalu mewakili informasi. Sambil menggigit senter, saya berhati-hati membersihkan sisa lumut di sekitar pola. Hasilnya, saya menemukan lukisan dinding berwarna di sumur ini.
Konten pola ini sesuai dengan yang dijelaskan Penjahit Hantu: ada dua naga menanggung batu raksasa, menerobos lapisan awan dan turun ke bawah. Meski deskripsinya sama dengan Penjahit Hantu, tapi tiba-tiba saya muncul sifat ingin tahu. Lukisan dinding ini mirip dengan cerita bergambar kuno, jauh lebih menarik dari sekadar penjelasan lisan Penjahit Hantu.
Saya segera membersihkan lumut di sebelahnya. Ternyata benar, lukisan dinding ini saling terhubung. Awalnya menurut Penjahit Hantu, naga raksasa jatuh ke Sungai Kuning menyebabkan banjir tak berkesudahan hingga rakyat tidak bisa hidup tenang. Karena itulah Kaisar pendiri Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang, mengutus Liu Bowen untuk menangani naga jahat. Namun isi gambar kedua justru berbeda. Di gambar kedua, banyak orang mengelilingi batu itu seolah sedang mengamati sesuatu. Karena ini lukisan dinding berwarna, banyak detail terlihat sangat realistis dan hidup. Di antara kerumunan ini ada biksu, pendeta Tao, dan pejabat berbaju resmi. Di sampingnya, dua naga suci berputar-putar di awan, sementara ribuan rakyat bersimpuh menyembah naga di bawahnya.
Isi gambar ini justru seolah mengatakan bahwa batu raksasa ini awalnya bukan jatuh ke air, melainkan ke darat. Perbedaan paling mencolok dengan cerita Penjahit Hantu adalah klaimnya bahwa dua naga itu langsung mengebor masuk ke mata fengshui Sungai Kuning setelah jatuh, dengan satu mati. Tapi di sini, dua naga masih aktif seperti kobra, bahkan sedang menerima penyembahan rakyat. Bagaimana mungkin satu mati?
Awalnya saya kira lukisan dinding akan sama dengan cerita Penjahit Hantu, tapi perbedaan ini justru memicu rasa penasaran saya. Gambar ketiga pun masih sangat melenceng dari versinya.
Di gambar ketiga ini terdapat kereta besar. Seberapa besarkah kereta ini? Lukisan dinding menggambarkannya dengan sangat detail.
Ratusan kuda, ratusan orang menarik kereta ini. Di atas kereta terangkut sebuah batu besar. Meski kusir sedang menarik kereta, wajahnya penuh senyuman. Bangunan di seberang kereta langsung kukenali – ini adalah Istana. Arsitektur seperti ini akan langsung dikenali oleh siapa pun orang Tionghoa.
Di atas menara gerbang istana, seseorang berbaju jubah naga tersenyum memandangi balok batu yang ditarik oleh manusia dan kuda di bawah. Di sampingnya berdiri seorang tua berbaju resmi pejabat, berambut putih namun berwajah muda, dengan aura dewa dan tulang-tulang angin.
