Sejak kehabisan kertas kuning, kemampuan tempur Orang Gemuk hampir menyamai setengah kemampuanku, sampai-sampai aku hampir lupa dia sebenarnya seorang pendeta Tao. Meskipun pendeta Tao dan biksu jelas berbeda aliran, tapi semua jalan kembali ke akar yang sama. Dia cukup paham dan melihat bahwa keempat biksu ini sedang memimpin sebuah ritual persembahan.
“Dan Daun, setelah menyalakan lampu jiwa, darahmu berwarna emas. Lihat warna tulang yang terpotong ini, apakah terasa familiar? Kamu yang ditarik oleh dua naga ke peti mati, ditambah darah emas di tubuhmu, ini membuktikan kamu berbeda dari orang biasa. Tuan Gendut merasa tulang emas ini pasti ada hubungannya dengan darah emasmu. Bahkan aku berpikir, setelah menyalakan lampu jiwa, apakah tulangmu juga akan berubah menjadi emas seperti ini?” kata Orang Gemuk.
“Sebenarnya di kepaku juga sempat terlintas ide ini, tapi kuabaikan. Bukankah Long-Long menarik peti mati hanya membawa dua orang? Tapi dari mana asalnya tulang keemasan ini?” tanyaku.
“Tibet sebagai tanah suci peziarah, Sekte Esoteric Buddhism adalah aliran paling misterius di seluruh kerajaan. Tentu ini menurut pandangan awam, sebenarnya yang paling misterius seharusnya Yuhuangdao. Tapi izinkan Tuan Gendut jelaskan, konsep Tiga Ajaran dan Sembilan Aliran yang kini digembar-gemborkan kaum terpelajar - yaitu Buddha, Tao, dan Konfusianisme - di era feodal dulu, Konfusianisme mendominasi ratusan tahun. Meski ada biksu dan pendeta Tao yang menduduki posisi penting, bukankah jutaan terpelajar saat itu semua dianggap penganut Konfusianisme? Sarjana masa kini masih membaca kitab, tapi tak lagi memuja Konfusius secara membabi buta. Jadi Konfusianisme benar-benar punah. Sisa Buddha dan Tao, di mata orang awam: Buddha punya Shaolin dan Baohuashan, Tao cuma Longhu dan Wudang. Sesungguhnya tidak! Mereka salah jalan. Yang benar-benar mewakili esensi Buddha dan Tao adalah Yuhuangdao untuk Tao, dan Sekte Esoteric Buddhism untuk Buddha. Yuhuangdao, sebagai sekte asalku, terkadang terlalu materialistis. Sedangkan Sekte Esoteric Buddhism benar-benar menghormati Buddha dan melatih niat murni. Di beberapa daerah, bahkan lebih misterius dari Yuhuangdao. Jadi wajar jika biksu Esoteric Tibet punya potongan tulang ini,” kata si Gendut.
“Baiklah, nanti kalau ada waktu luang kita bahas ini lagi. Sekarang ceritakan dulu situasi sebenarnya di tempat ini?” kataku.
“Aku juga tidak tahu detailnya. Tadi kan sudah kubicarakan, empat biksu Tibet itu mungkin sedang memanggil arwah Yin, lalu terjadi masalah sampai mereka tewas. Tapi dengan tambahan 'mata' ini, jadi tidak seperti itu. Sepertinya mereka sedang melakukan semacam ritual rahasia. Sialan, urusan semakin rumit. Awalnya kupikir ini Istana Kristal di Bawah Sungai Kuning yang dibangun Liu Bowen untuk mayat naga itu. Tak kusangka orang-orang Sekte Esoteric Buddhism Tibet juga terlibat. Tapi memang masuk akal, naga sejati muncul di dunia, mustahil mereka yang katanya zuhud ini tinggal diam. Wajar kalau mereka turun tangan menyelidiki.” kata si Gemuk.
“Kenapa setiap tiga kalimat pasti menyebut-nyebut wujud asli? Ini lagi bahas urusan Sekte Esoteric Buddhism, bukan? Apa Chen Dongfang pergi ke 'mata' itu?” tanyaku.
“Kemungkinan besar iya.” jawab si Gemuk sambil memanggil Li Qing. Harus diakui, 'mata' ini benar-benar menyembunyikan lubang hitam dengan sempurna. Kalau bukan karena pengamatan halus si Gemuk ini, sulit menemukan ada ruang tersembunyi di sini.
“Apa Bapak yang menyuruh Chen Dongfang naik?” kali ini si Gemuk menatap Liu Kaifeng.
“Mana mungkin aku bisa memerintah orang-orang Lao Liu si Punggung Bengkok? Cuma kukabarkan bahwa Li Xianglan dan Sun Zhongmou membawa Tang Renjie naik, lalu Tang Renjie jadi seperti ini. Chen Dongfang langsung nekat berangkat sendiri. Apa lagi yang bisa kulakukan?” jawab Liu Kaifeng.
Perkataan Liu Kaifeng ini tidak terlihat seperti bohong, dan sejujurnya, saat ini dia tidak perlu berbohong. Naluriku mengatakan bahwa semua rahasia di sini, termasuk peti naga keemasan itu, berada di tiga tingkat yang dituju oleh lubang hitam ini. Lubang hitam ini hanya cukup untuk dilalui satu orang. Aku melihat sekeliling, bahkan tidak menemukan tangga yang menuju ke lubang hitam ini. Bukan hanya aku yang tidak berani naik, bahkan jika berani pun sekarang tidak bisa naik. Kecuali si gemuk punya mantra untuk menggambar simbol mengantarku naik.
"Aku ingin naik untuk melihat." Li Qing berkata saat ini.
"Bagaimana caramu naik?" Tanya si gemuk.
"Aku bisa." Li Qing melihat sekeliling dinding. Dari ekspresinya, kurasa dia ingin menggunakan teknik Jurus Delapan Belas Jatuhan miliknya untuk menempel di dinding dan memanjat seperti tokoh silat.
"Jangan main-main! Chen Dongfang memintamu menunggu di sini. Dia bilang, setelah dia pergi semuanya harus menurut pada Tuan Gendut!" Si gemuk mengerutkan alis.
"Bukan hanya Lao Chen yang di atas, Nyonya juga di sana. Aku harus pergi." Kata Li Qing.
Li Qing memang sangat keras kepala dalam banyak hal. Aku dan si gemuk tahu tidak bisa menghentikannya. Tapi masalahnya bukan sekadar kami berdua yang menghalanginya. Si gemuk lalu berkata pada Liu Kaifeng: "Li Qing khawatir dengan keselamatan Chen Dongfang, ingin naik melihat. Bolehkah?"
Liu Kaifeng tertawa: "Silakan saja."
Aku melirik Liu Kaifeng, merasa kali ini dia sangat aneh. Secara logika, sebagai orang yang hampir mati yang datang ke sini dengan mentalitas "mengobati kuda mati seperti kuda hidup", seharusnya dia yang paling buru-buru naik mencari peti naga emas. Tapi kini dia sama sekali tidak terlihat panik, malah lebih tenang dari biasanya dalam momentum yang dia yakini pasti berhasil ini.
Sebenarnya jawaban untuk ini cukup sederhana - dia menganggap naik ke lantai tiga adalah situasi yang pasti mati. Hanya saja aku tidak mau mempercayainya, karena mempercayai hal itu berarti mengakui bahwa Kakak, Nenek Li, dan Chen Dongfang sudah menjadi mayat di atas sana.
"Kalau mau naik, ambil seutas tali." Si Gemuk menyalakan sebatang rokok sambil menatap Li Qing.
"Kau juga mau naik?" Aku dan Li Qing bertanya serempak.
"Sedia payung sebelum hujan." Kata si Gemuk. Setelah itu dia mendatangi pria berjanggut lebat untuk meminta seikat tali yang diberikan kepada Li Qing, lalu berpesan: "Hati-hati."
Li Qing mengangguk, melirikku sejenak. Ia menggantungkan tali di lehernya dan mulai berlari ancang-ancang. Aku pernah menyaksikan Gaya Menghindar Li Qing sebelumnya. Seperti yang dikatakan Chen Dongfang, Jurus Delapan Belas Jatuhan adalah teknik ringan kaki terbaik yang masih ada. Hampir tidak perlu ancang-ancang, Li Qing langsung berlari ke tepi dinding. Dengan kecepatan luar biasa, kakinya menginjak dinding hingga mencapai langit-langit. Bahkan seperti cicak yang melanggar prinsip fisika, ia merayap di langit-langit menuju pupil mata raksasa di tengah. Sebelum menghilang ke dalam lubang hitam itu, ia melirikku sekali lagi.
Setelah Li Qing naik, tak lama kemudian seutas tali terlihat jatuh dari atas. Namun ketika tali sampai di udara, tiba-tiba ditarik kembali seolah ada perubahan situasi di atas. Aku berteriak histeris ke arah lubang hitam itu, tapi sama sekali tidak ada jawaban.
"Orang gemuk, gimana nih? Naik satu mati satu?" Si Jenggot Kambing mendekat sambil bertanya.
"Siapa bilang mereka mati?" Orang gemuk itu melototkan mata putihnya.
Sebenarnya bisa kulihat ketegangan di wajah si gemuk. Jarak lantai tiga dari sini tidak jauh. Pasti teriakanku masih terdengar oleh Li Qing. Yang paling mengkhawatirkan, tali yang sudah diturunkan setengah tiba-tiba ditarik kembali. Ini membuktikan ada keadaan darurat di atas. Si gemuk mondar-mandir gelisah sambil menggaruk-garuk kepala, membuatku ikut merinding.
“Orang gemuk, Liu Kaifeng sepertinya tahu situasi di atas, maukah kita bertanya?” Aku berkata.
“Apa dia mau bicara? Si rubah tua itu!” Orang gemuk berkata.
“Coba saja. Sudahlah, aku yang pergi.” Aku berkata.
Setelah berkata demikian, aku membersihkan tenggorokanku, menyusun kata-kata, lalu menghampiri Liu Kaifeng. Saat ini aku sangat khawatir dengan keselamatan orang-orang di atas, jadi terpaksa harus berhadapan dengan rubah tua ini. Saat aku mendekat, dia tersenyum padaku, senyuman yang membuat bulu kudukku meremang.
Kuberi tahu diriku sendiri harus tetap tenang. Aku adalah orang dari klan Long! Ini adalah wilayahku, dihadapanku dia hanyalah serangga! Setelah mengulangi ini beberapa kali, kupandangi tulang keemasan itu dan berdoa dalam hati: "Jika kau benar-benar kerabatku seperti kata orang gemuk, kumohon lindungilah kami agar semuanya berjalan lancar!"
Anehnya, setelah memandangi tulang itu, rasa takutku benar-benar hilang. Langkahku penuh kekuatan saat menghampiri Liu Kaifeng. Kulihat tubuhnya yang bungkuk dan bintik-bintik usia di sekujur tubuhnya: "Kau pasti tidak ingin mati kan? Peti Naga Emas hanya satu, Li Xianglan sudah menempatinya, kau tidak kebagian."
