Meski Chen Dongfang tidak bilang langsung, tapi maksudnya jelas: kalau saya pergi sekarang, semua janjinya akan batal.
“Tapi apa yang bisa kulakukan? Selain mati untuk kalian, apa lagi yang bisa kulakukan?!” Aku berkata.
“Liu Qingci sangat tertarik padamu, Penjahit Hantu itu menyimpan maksud lain dan tidak bisa diandalkan, Sekte Esoteric Buddhism Tibet bisa membuat Qianshou Guanyin memasuki peti naga Pemimpin, jika biksu Tibet memiliki setengah tulang keemasan di tangan mereka, maka mungkin ada satu atau bahkan lebih kerangka keemasan. Dari empat biksu di dasar Sungai Kuning itu terlihat, mereka memiliki pemahaman tentang orang dengan tulang keemasan - yaitu kamu - yang tidak kami ketahui. Pasti mereka tahu sesuatu, Liu Qingci bukanlah sosok sesederhana yang diceritakan orang. Kakek Enam sudah menyuruh A menyampaikan pesan beberapa kali, tapi dia sama sekali tidak merespons. Performanya di Paviliun Guhua mungkin adalah satu-satunya cara bagimu untuk menghubunginya. Saat ini, siapa yang didukung Liu Qingci, peluang menangnya akan lebih besar.” Chen Dongfang menjelaskan.
“Waduh, intinya kalian mau menyuruh Daun melakukan godaan seksual ya?” kata si Gemuk.
“Kau pikir Liu Qingci bodoh seperti Qiuli?” Chen Dongfang melototi si Gemuk.
Aku duduk, bukan karena termakan bujukan kondisi yang disebut Chen Dongfang, alasan sebenarnya adalah karena dia menyebut Qianshou Guanyin. Memang aku bisa memilih kembali ke Fudigou, tapi seperti ucapan Chen Dongfang beberapa bulan lalu: orang yang sudah terjerumus dalam lumpur ini, tak ada yang bisa keluar dengan mudah.
“Aku benar-benar kembali ke Fudigou, bagaimana mengungkap asal usul Han Xue? Apa hubungannya dengan Dewi Seribu Tangan? Semua ini masih misteri, sementara Liu Qingci dan biksu Tibet di belakangnya jelas merupakan satu-satunya jalan untuk mengungkap jawaban tentang Han Xue.”
Sampai sekarang aku menyadari, langkah demi langkah aku telah memasuki jurang kehancuran abadi. Bahkan aku tak bisa lagi memilih jalan yang akan kutempuh selanjutnya.
Mereka tak memaksaku, tapi aku tetap harus terus berjalan sesuai keinginan mereka.
Ini membuatku merasa sangat terpencil. Bahkan aku berpikir, apakah hari seperti ini telah diprediksikan oleh kakekku dan ayahku Ye Tianhua? Sejak ayah membawaku keluar dari bawah Shennongjia, apakah mereka sudah tahu apa yang akan kualami setelah dewasa?
Setelah merenung, kusadari ini bukan sekadar kemungkinan, tapi keniscayaan.
Aku dilahirkan untuk diperalat dan dimanfaatkan orang lain. Ini fakta yang tak bisa diubah.
“Aku ingin bertemu kakakku, atau setidaknya meneleponnya. Jika tidak, aku tak akan melakukan apapun untuk kalian,” kataku. Mungkin ini syarat terakhir yang bisa kuminta.
Chen Dongfang mengangguk. Ia berdiri dan menelepon. Beberapa saat kemudian, ia menyodorkan teleponnya. Suara kakakku terdengar: “Daun, ini aku. Aku di sini, jangan takut.”
Mendengar itu, tanpa kusadari air mataku mengalir. Kukatakan sambil mengangguk: “Iya, Kak. Aku tidak takut.”
“Segalanya mengalir mengikuti alur, kamu tidak akan apa-apa, percayalah padaku, kamu tidak perlu merasa aneh, semua orang pada dasarnya hanya hubungan saling memanfaatkan. Mereka memanfaatkanmu untuk mendapatkan yang mereka inginkan, kami juga memanfaatkan mereka untuk mendapatkan yang kami inginkan, sama saja.” Kata Kakak.
“Baik, kamu tidak apa-apa?” Aku bertanya.
“Tidak masalah, aku penjaring mayat. Mayat naga belum diangkat, mana mungkin aku mati?” Kakak tertawa di seberang sana.
Sampai hari ini, aku baru mengerti makna sebenarnya penjaring mayat yang dilakukan Kakak. Yang dia angkat bukan mayat manusia, tapi mayat naga. Dan mayat naga itu mewakili semua rahasia.
Karena itu, penjaring mayat Kakak adalah orang yang membuka semua jawaban.
Mungkin saat bendera Kakak berkibar, banyak yang sudah paham maksudnya. Semua peristiwa pun mulai terungkap, sementara aku terlambat menyadarinya.
Kakak memutus sambungan telepon. Kuserahkan telepon itu. Nona Qi mengulurkan selembar kertas, tapi kutolak. Kutepis air mata dengan tangan sambil berkata: “Sudah, kalian menang. Katakan, apa yang harus kulakukan.”
“Hubungi Liu Qingci, temui dia. Kehadirannya di Gu Hua Lou dan penemuannya atas setengah tulang itu membuktikan dia tahu rencana kita. Sekarang kita perlu menguji sikapnya.” Kata Chen Dongfang.
Kujulurkan tangan: “Nomor telepon Liu Qingci.”
Chen Dongfang mengeluarkan kartu nama dan menyerahkannya padaku. Kukeluarkan ponsel dan menghubungi nomor itu. Setelah dua dering, telepon diangkat. Suara wanita yang sangat merdu bertanya: “Makhluk kecil, apakah itu kamu?”
Aku terdiam sejenak, tak tahu siapa "makhluk kecil" yang dia maksud, tapi melihat Chen Dongfang mengangguk padaku, aku berpura-pura santai berkata: "Ya, Kak Liu, itu aku."
"Kakek Enam benar-benar tak sabar. Prinsip 'tergesa-gesa tak bisa menikmati tahu panas' saja tak tahu. Setidaknya tunggu sampai aku tak tahan datang mencarimu. Tapi karena kau sudah menelepon, datanglah. Kakak sudah bersih-bersih menantimu." Setelah itu, perempuan itu memutuskan telepon.
Orang gemuk itu menggaruk kepala sambil melihat Chen Dongfang: "Aku tak merasakan perbedaan antara Liu Qingci dengan Qiu Li. Lihatlah sikap genitnya! Mengirim Yezi kesana sama seperti domba masuk mulut harimau?"
Awalnya suasana antara kami sangat canggung. Beruntung ada si bermuka tebal ini yang bisa sedikit menghidupkan suasana. Tapi pertanyaannya sebenarnya juga ingin kutungtukan.
"Dia berbeda. Qiu Li bermain serius, dia tidak akan. Yezi, bersiaplah, aku akan mengantarmu." Chen Dongfang berdiri.
"Tuan Gendut juga ikut! Aku tak tenang kalau Yezi pergi sendirian!" seru si gemuk.
"Orang yang tak diundang Liu Qingci tak bisa masuk pelatarannya. Lebih baik kau matikan niat ini. Lagipula, Yezi tak mungkin mengalami masalah disana." Chen Dongfang berdiri.
"Kau pikir Tuan Gendut akan percaya omong kosongmu?" si gemuk menyeringai sinis.
"Aku jamin dengan kepalaku. Jika Yezi mati, ambil saja." kata Chen Dongfang.
"Sebenarnya aku juga tahu, sekarang baik itu Kakek Enam maupun siapa pun, pasti sangat berhati-hati terhadap sikap Liu Qingci ini. Yang tahu hubungan antara biksu di belakang Liu Qingci dengan biksu di dasar Sungai Kuning bukan hanya kami, Liu Kaifeng juga. Jadi Chen Dongfang tidak akan mengizinkan si gemuk yang tidak stabil ini ikut. Melihat mereka hampir berkelahi, aku berkata: 'Sudahlah Gemuk, tidak apa. Kalau Tuan Muda seperti aku mati, bagaimana naskah drama ini bisa dilanjutkan?'"
Selanjutnya, Nona Qi memakaikanku baju baru. Aku duduk di depan cermin menunggunya merapikan penampilanku. Melihat bayanganku di cermin dan urusan yang harus kuhadapi, tiba-tiba aku merasa seperti perempuan penghibur yang didandani cantik oleh germo Chen Dongfang, siap dikirim ke pelanggan Liu Qingci. Di sana, aku harus melayani dengan sempurna tanpa kesalahan sedikitpun.
Setelah selesai berdandan, aku mengenakan cincin kepala hantu yang melambangkan hak tertinggi Jalan Hantu. Keluar rumah, naik mobil Chen Dongfang. Saat itu sudah larut malam, jalanan yang biasanya macet sekarang hanya ada beberapa orang. Aku tidak berbicara dengannya, dia juga mengemudi dalam diam.
"Daun, jangan salahkan aku." Lama kemudian, dia berkata.
"Tidak ada yang perlu disalahkan. Seperti kata Kakak, kita saling memanfaatkan saja." Jawabku.
"Apa kau percaya pada ayahmu dan kakekmu?" Tiba-tiba dia bertanya.
"Hmph?" Sahutku.
“Mereka berdua adalah orang paling cerdik, terutama Kakekmu, Jalan Hantu Ye Jiangnan. Apakah kau sampai sekarang belum menyadari bahwa sebenarnya dialah dalang utama di balik semua ini yang bersembunyi di Fudigou? Dia mengendalikan semua alur cerita, pantas menyandang gelar Jalan Hantu.” Chen Dongfang berkata.
Aku merenung sejenak, sepertinya memang benar demikian. Aku menggelengkan kepala: “Paman Dongfang, jangan lanjutkan. Aku tidak suka permainan siasat kalian yang saling menjerat ini, tengkorakku pusing.”
“Tak apa. Kau tak perlu menggunakan konspirasi licik ini. Ketika kau benar-benar matang nanti, kau akan memiliki kekuatan mutlak. Di hadapan kekuatan mutlak, apa artinya siasat licik?” Chen Dongfang berkata.
“Di hadapan senjata api, bom, bahkan bom atom, apa artinya kekuatan yang kumiliki? Adakah yang tak bisa diselesaikan dengan satu butir bom?” tanyaku balik dengan tertawa pahit.
Ini juga yang tak kumengerti. Ini bukan lagi era senjata dingin. Mampukah pedang dan pisau membuatku tak terkalahkan di dunia? Di era sekarang, apa gunanya kekuatan fisik individu?
Lao Liu si Punggung Bengkok yang dijuluki juara dunia pun tetap berjalan pelan-pelan dengan kewaspadaan tinggi.
“Siapa yang tahu? Kita hanya bisa menunggu hari ketika kebenaran terungkap.” Chen Dongfang tersenyum getir.
