"Ini pesan Kakek Enam sebelum pergi. Beliau mungkin sudah merencanakan langkah ini sejak setengah bulan lalu, melatih Qiu Li meniru gaya bicara dan gerak-gerik target. Kau tahu sendiri, meski si nona ini payah di bidang lain, tapi soal trik-trik jalan samping langsung mahir." A tersenyum.
"Hei, aku sudah membantu kalian segini besar, masa dievaluasi begitu? Tunggu sampai aku membereskan Daun, baru kau tahu kemampuan asliku!" protes Qiu Li.
"Benda apa ini? Topeng kulit manusia?" Aku berbisik pada si Gemuk.
“Tidak mirip, topeng kulit manusia tidak serumit itu. Di zaman kuno mungkin bisa, tapi teknik ini sudah lama hilang ditelan zaman. Jangan tertipu tayangan TV, bahkan di zaman kuno pun topeng kulit manusia yang bisa menipu seperti asli tidak mungkin ada.” Kata si orang gemuk.
Setelah berkata demikian, si orang gemuk mendekati Qiu Li, mengulurkan tangan: “Ayo, berikan topeng itu pada Tuan Gendut.”
“Kenapa harus kubunjukkan? Xiao Pang, kamu mau lompat sendiri ke Kolam Teratai atau nenek ini yang bantu?” Qiu Li si nona bukan hanya tidak memberi, malah meniru nada suara nenek-nenek lagi ke si gemuk.
“Serahkan! Jangan banyak bicara!” Si gemuk menggapai langsung merebut topeng itu. Ia mengamati sebentar, meraba tekstur topeng itu: “Ini bukan topeng kulit manusia, ini benar-benar kulit manusia asli! Kulit yang terkelupas dari tubuh Li Xianglan si Nenek Li saat muda! Apa yang sebenarnya terjadi?!”
Ucapan ini membuat kami semua terdiam. Li Zhenguo mendekati si gemuk, mengambil topeng kulit itu dari tangannya. Setelah merabanya, ia mengangguk, menatap A: “Bagaimana kamu menjelaskan ini?”
A yang saat itu sedang terdiam berkata: “Aku benar-benar tidak tahu. Kakek Enam menyuruhku ke kamar Nyonya, menemukan benda ini di bawah tempat tidurnya. Aku pasang ke Qiu Li sesuai caranya, selain itu aku tidak tahu apa-apa.”
A Setelah mengatakan kalimat ini, kami semua terdiam. Setelah beberapa lama, si Gemuk menggaruk kepala dan berkata: "Jalan Hantu memiliki mantra dan metode aneh yang memungkinkan seseorang menguliti kulit dengan cepat dan sangat utuh. Para pemimpin Jalan Hantu dari generasi ke generasi menggunakan cara ini untuk menguburkan diri mereka sendiri. Ayah Daun, Ye Tianhua, juga dikuliti oleh Ye Jiangnan dengan metode ini. Tapi pengulitan ini berbeda dengan pengelupasan kulit ulat sutra emas. Orang yang dikuliti akan berubah menjadi Mayat Darah dalam kondisi setengah mati. Jika Li Xianglan benar-benar sudah dikuliti saat muda, lalu siapakah Nenek Li Xianglan yang hidup di keluarga Li selama ini?"
Jika si Gemuk tidak mengatakannya, aku mungkin mengira kulit ini hanya hasil pengelupasan Nenek Li saat muda. Setelah dikuliti, Li Xianglan tetap menjadi Li Xianglan. Tapi setelah penjelasannya, aku benar-benar menyadari bahwa metode pengelupasan kulit Jalan Hantu bukanlah mengelupas lapisan epidermis, melainkan menguliti seluruh kulit. Jadi alih-alih disebut metode, ini lebih tepat disebut teknik pengulitan aneh ala Jalan Hantu.
Jika benar sesuai teori si Gemuk, maka Li Xianglan sebenarnya sudah mati sejak muda. Dengan kata lain, nenek tua yang hidup di keluarga Li selama ini bukan lagi Li Xianglan, melainkan orang lain yang memiliki wajah persis sama dengan Li Xianglan.
"Sedangkan Kakek Enam si Punggung Bengkok, dia tahu keberadaan kulit manusia ini. Itu berarti istri kandungnya sendiri sudah mati, dan fakta bahwa istri di dunia nyata telah diganti orang juga dia ketahui."
Aku melirik wajah para hadirin. Kini semua jelas telah menyadari hal ini. Masalah yang bisa kupahami, pasti juga bisa mereka pahami. Suasana aula ini tiba-tiba menjadi aneh, sangat aneh sampai bulu kudukku meremang. Seseorang diganti orang lain, selama puluhan tahun, selain suaminya sendiri, tak satupun orang lain menemukan kelemahan?
"Ini tidak mungkin!" Nona Qi berkata dengan wajah terkejut.
"Ini sangat mungkin. Bahkan orang yang menikahi kakekmu mungkin bukan Li Xianglan asli. Li Xianglan sejati hanya mencintai Ye Jiangnan dalam hatinya, dia pasti tidak akan mau menikahi kakekmu. Ini sebenarnya sudah menjadi misteri di jianghu, hanya saja semua orang selalu mengira bahwa pernikahan Ye Jiangnan dengan nenekmu yang memicu perasaannya, sehingga terpaksa menikahi kakekmu. Ada satu masalah lagi yang belum kau pahami - dengan kebanggaan kakekmu, dia takkan pernah membiarkan nenekmu masih menyimpan perasaan pada Ye Jiangnan. Jika ada, meski sangat mencintainya, dia takkan menikahinya." Li Zhenguo berkata.
Perkataan Li Zhenguo bagi saya bagaikan pencerahan, sekaligus menjawab pertanyaan yang selalu mengusik saya: Dengan keterampilan dan status Jianghu serta politik Lao Liu si Punggung Bengkok, mustahil ia mentolerir wanita di hatinya merindukan pria lain. Dulu saya tak paham hal ini, dan memaksakan penjelasan bahwa Lao Liu benar-benar mencintai hingga rela bertoleransi.
Kini saya sadar, penjelasan terpaksa itu sungguh terlalu dipaksakan.
Si Gendut tepuk tangan, "Ya! Tuan Gendut mengerti. Ada pepatah: Yang paling memahami dirimu, antara musuh atau kekasih sejatimu. Dengan kemampuan Kakek Enam, sekalipun boneka pengganti itu menyamar sempurna, pasti cepat ketahuan bukan wanita yang dicintainya. Setelah tahu ini bukan Li Xianglan, karena suatu alasan ia tak membongkar. Kurasa alasannya demi mencari pembunuh Li Xianglan, lalu merancang siasat balasan. Tapi hidup seperti ini puluhan tahun. Penggantinya ini memang licin, bisa bertahan tanpa celah di hadapan Kakek Enam."
Chen Dongfang bertanya, "Lalu menurutmu, wanita yang menyamar sebagai istri ini apa latar belakangnya?"
"Bukankah Tuan Gendut sudah bilang? Orang yang paling memahami dirimu, bisa jadi kekasih atau musuh. Yang bisa meniru nenek tua sedemikian rupa hingga banyak orang tidak melihat kelemahan, sudah pasti musuh. Musuh ini bukan orang Jalan Hantu, mungkin saja orang Yuhuangdao. Tentu juga bisa dari pihak Liu Qingci. Atau mungkin mata-mata elit yang menyusup ke dekat Kakek Enam. Bagaimanapun, keberadaan Kakek Enam di dekat siapapun selalu dianggap bom waktu. Aku paham sekarang! Alasan Sun Zhongmou membunuh Li Xianglan (Nenek Li) di dasar Sungai Kuning bukan karena patung Avalokitesvara Bertangan Seribu itu mirip adik iparnya Han Xue, tapi karena dia menemukan keanehan pada Li Xianglan ini!" kata si Gendut.
Kemampuan logika si Gendut memang luar biasa. Setiap kali menghadapi situasi rumit seperti "Ikatan yang Tak Terputuskan" ini, dia selalu bisa memberikan analisis mendalam. Meski terdengar aneh, analisisnya selalu terasa masuk akal.
"Jadi, kepala keluarga yang selalu kami hormati, yaitu ibu kami, sebenarnya adalah musuh?" tanya Li Zhenguo.
"Saat ini jelas begini. Tidak berani bilang pasti musuh, tapi pasti ada niat tersembunyi. Kalau tidak, tidak perlu usaha sebesar ini dan menghabiskan beberapa puluh tahun untuk satu pekerjaan," jawab si Gendut.
Setelah si Gendut selesai berbicara, kami kembali terdiam. Jelas terlihat, setiap orang yang hadir di sini membutuhkan waktu untuk mencerna informasi tiba-tiba namun sekeras bom ini.
Bahkan Qiu Li yang biasanya suka mengoceh dan berbuat onar, saat ini juga berdiri tenang di samping.
Setelah beberapa lama, Li Zhenguo duduk di kursi kayu antik itu, menatap si gemuk dan berkata: "Orang Gendut, kau sangat pintar. Menurut analisismu, apa sebenarnya maksud ayahku dalam situasi sekarang ini? Bagaimana harus kita tangani?"
Aku tak bisa menahan senyum. Si Gendut sebenarnya orang yang paling tidak mirip penasihat militer di antara kami. Namun sekarang Li Zhenguo malah memintanya merancang strategi. Tapi si Gendut tampak benar-benar yakin akan kemenangan. Setelah mengitari kami beberapa kali, dia memegang dagu seperti detektif terkenal Conan dan berkata: "Ada beberapa lapis makna di balik Kakek Enam yang membocorkan informasi ini sekarang. Pertama, dia merasa mungkin tidak bisa keluar hidup-hidup dari Yuhuangdao di Gunung Kunlun, jadi harus mengungkap rahasia tingkat tinggi ini."
Li Zhenguo langsung melototi si Gendut. Aku juga menarik lengan si Gendut sambil memaki: "Dasar sialan! Tidak bisakah kau mengatakan sesuatu yang lebih baik?"
"Tuan Gendut hanya menyampaikan fakta. Jangan buru-buru, dengarkan dulu sampai selesai. Langkah Kakek Enam ini sama sekali bukan hal buruk, malah merupakan kunci untuk memecah kebekuan saat ini." Si Gendut menepuk kepalanya: "Brilian! Sungguh langkah jenius! Ternyata orang terpintar tetap Kakek Enam!"
