"Kalau kukatakan tidak cukup, bukankah itu menyakiti harga dirimu? Tapi sebenarnya kamu sudah milikku. Mengembalikan milikku, lalu memintaku membantu urusan mereka, apa keluarga Li menganggapku si bodoh?" kata Liu Qingci.
"Maksudmu, kalau keluarga Li memberikan tawaran yang cukup, kamu akan setuju dengan rencana mereka?" tanyaku.
"Tentu saja. Aku ini tipe orang yang mata hanya melihat uang." Liu Qingci tertawa.
"Sudah, katakan. Kapan kita berangkat." Kataku.
"Berangkat? Tawarannya mana? Kamu yakin bisa mewakili keputusan keluarga Li?" Liu Qingci tertawa.
“Aku tidak percaya orang yang bisa membelanjakan empat puluh miliar untuk memotong sepotong tulang dan memberikannya padaku adalah orang yang kekurangan uang. Lagipula aku tahu karaktermu, tidak akan bergerak tanpa keuntungan. Pasti ada keuntungan bagimu dalam mengurus ini, kalau tidak keluarga Li memberi apapun kau tidak akan setuju. Sebaliknya, selama menguntungkanmu, meskipun keluarga Li tidak memberi apa-apa, kau pasti tetap melakukannya. Intinya karena keluarga Li yang mendatangimu, jadi kau ingin menyedot sesuatu yang lain, benar?” Aku tersenyum memandang Liu Qingci.
“Ah, tak disangka yang paling mengertiku malah kamu. Apa memang takdirmu menjadi priaku? Baik, hal lain bisa kulewati, tapi kamu pasti kudapatkan. Ingat, mulai sekarang kamu adalah milikku. Ini demi membantumu, kamu dengan rela hati menyerahkan dirimu padaku.” Kata Liu Qingci.
“Ini kan hal yang didambakan semua pria di kerajaan, pasti langsung kukabulkan sambil melompat!” candaku.
“Sudah, jangan sok suci dapat keuntungan. Usia tiga puluh seperti serigala, empat puluh seperti harimau. Perempuan seusiaanku bukanlah tandingan pacar kecilmu. Jika serius, tubuh mungilmu bisa kuhisap sampai kering dalam sekejap. Pulanglah, beri tahu Li Zhenguo urusannya akan kuselesaikan. Atur orang ke Tibet, lalu kita bertemu.” Liu Qingci melambaikan tangan, tiba-tiba mengusirku.
Perempuan ini kadang dingin kadang seksi, tapi aku memang sudah terbiasa. Sebenarnya aku juga tidak terlalu ingin berlama-lama dengannya, jadi langsung berpamitan dan berdiri. Setelah keluar, Chen Dongfang yang melihatku langsung tertegun: “Cepat sekali?”
"Aku tidak tahu maksudnya bicara secepat itu, tapi aku benar-benar tidak punya mood untuk bercanda dengannya," kataku. "Dia sudah menebak semuanya, bilang bisa membantu, urusan di sini bisa dia tangani, tapi syaratnya kita harus kirim orang ke Tibet lebih dulu untuk menunggunya."
"Sesimpel itu? Daun, jangan-jangan kau benar-benar menjual tubuhmu?" Chen Dongfang menyela.
"Dengan penampilanku yang begini, mana mungkin dia tertarik? Benar-benar sesederhana itu, dia tidak bilang hal lain. Tapi menurutku perempuan itu punya niat terselubung. Aku sudah lakukan bagianku, soal intrik politik rumit itu serahkan saja pada orang pintar sepertimu." Aku merebahkan diri di kursi.
Chen Dongfang diam. Dia tahu aku tidak bisa berbohong, bahkan andai pun mencoba, levelku masih jauh di bawahnya sehingga pasti ketahuan. Setelah kami pulang, Li Zhenguo yang khawatir dengan perkembangan terakhir sudah menunggu di rumah. Begitu Chen Dongfang menjelaskan situasi, Li Zhenguo malah mengerutkan kening dan bertanya padaku ragu-ragu: "Sesimpel itu?"
"Ya, hanya itu yang kuketahui," jawabku.
"Menurutmu gimana?" Li Zhenguo menatap Chen Dongfang.
"Kalau perempuan itu mudah dibaca, namanya bukan Liu Qingci lagi," Chen Dongfang mengangkat bahu.
"Sudahlah, hadapi saja dengan tetap waspada. Dongfang, kali ini tetap kau yang pimpin tim, ada masalah?" tanya Li Zhenguo.
Chen Dongfang mengangguk, tidak berbicara lagi, juga tidak mengucapkan janji-janji seperti "jaminan menyelesaikan tugas". Singkatnya, segalanya terkomunikasikan dalam diam. Tiba-tiba telepon Li Zhenguo berdering. Ia memeriksa nomor telepon itu dan berkata: "Tampaknya benar, efisiensi kerja perempuan ini cukup tinggi ya!"
Terlihat jelas bahwa Li Zhenguo menjadi jauh lebih santai. Aku juga memahami pemikirannya - tujuan Liu Qingci pasti tidak sesederhana itu. Namun jelas sekali dia datang mencariku, ini tidak terlalu terkait dengan keluarga Li. Yang paling dia khawatirkan sekarang adalah menyelamatkan keluarga Li.
Li Zhenguo keluar untuk menerima telepon tersebut. Tak lama kemudian ia kembali sambil masih memegang telepon: "Semuanya terkendali. Orang itu menelepon. Aku kira asistennya, ternyata dia sendiri yang menghubungi. Menanyakan tentang Li Xianglan. Kubalas bahwa meskipun ibuku telah membuat kemajuan signifikan, metode meremajakan ini masih perlu disempurnakan di Tibet, terkait dengan lelang tulang di Guhualou beberapa hari lalu. Dia tidak curiga, malah menyuruh kita berkonsultasi dengan Liu Qingci jika ada masalah, karena dia ahli soal Tibet."
"Ini solusi yang baik. Setidaknya untuk sementara keluarga Li tidak akan terjebak dalam pusaran bahaya. Tapi pernahkah kau berpikir - bagaimana jika setelah kita kembali dari Tibet dia belum mati, sementara kita tidak punya barang bukti untuk diserahkan? Bukankah keluarga Li akan semakin pasif?" Chen Dongfang mengerutkan kening.
"Langkah demi langkah, saat itu ayahku pasti sudah pulang. Asalkan dia bisa keluar dari Gunung Kunlun, masalahnya tidak akan terlalu besar. Jangan lupa, kerja sama Liu Qingci dengan kita kali ini membuat kita seperti belalang yang terikat pada tali yang sama. Dengan kecerdikan perempuan itu, pasti pekerjaan ini bisa diselesaikan." kata Li Zhenguo.
Meski ekspresi wajah Chen Dongfang masih tegang, dia mengangguk: "Kalau begitu besok pagi aku berangkat. Aku akan bawa Li Qing, Yezi pasti ikut tanpa perlu ditanya, si gemuk juga pasti mau menyertai. Nona Qi dan Qiuli sudah menghubungiku, bagaimana cara menolak mereka?"
"Aku yang akan mengawasi Xiaoqi. Untuk urusan Nona Qiuli nanti aku akan memberi tahu A. Kalian berangkat besok pagi, jangan sampai terlambat." kata Li Zhenguo.
——Setelah aku dan Chen Dongfang keluar, tiba-tiba dia menepuk bahuku: "Yezi, jaga keselamatan."
Ucapannya yang tiba-tiba ini membuatku bingung, tapi aku tetap mengangguk dan membalas: "Kau juga."
——Saat kembali ke dalam rumah, aku baru teringat janjiku pada Qiu Li. Karena sudah berjanji, pasti harus kutepati. Tapi keberangkatan besok pagi benar-benar terlalu mendadak. Aku bahkan belum meminta peralatan pelacakannya. Belum sempat aku mencarinya, si Gendut sudah menunjuk sebuah ponsel di meja: "Si Nona Qiu Li sore tadi mengantar dua ponsel baru. Model terbaru, enak dipakai. Daun, akhir-akhir ini Tuan Gendut jadi iri sama rejeki asmaramu. Menurutmu, apa Nona Qi sebenarnya punya perasaan pada Tuan Gendut?"
"Kau pernah mengejarnya? Pernah mengungkapkan perasaan?" tanyaku.
"Belum, tidak berani. Bagaimana kalau dia bilang Tuan Gendut terlalu gemuk? Itu pasti memalukan sekali." jawab si Gendut.
"Laki-laki tidak aktif, masih mengharapkan Nona Qi yang mengejarmu!" Setelah berkata begitu, kuambil ponselku, memotong kartu dan memasangnya. Setelah diperiksa, ada aplikasi tak dikenal di ponsel yang mungkin adalah perangkat pemantau lokasiku.
——Pagi-pagi benar keesokan harinya kami langsung berangkat. Keluarga Li memang luar biasa. Kami tidak perlu mengejar jadwal penerbangan komersial, melainkan langsung menaiki pesawat militer ke Lhasa. Sesampai di sini kami hanya bisa menunggu perintah Li Zhenguo atau Liu Qingci. Aku masih baik-baik saja, tapi si Gendut yang berpostur seperti harimau dan beruang ini malah mengalami reaksi ketinggian, muntah-muntah seolah sedang hamil.
Ketika kami menunggu di sini selama tiga hari, tiba-tiba aku menerima telepon dari Liu Qingci. Di telepon dia berkata: "Ada perubahan situasi, mungkin aku tidak bisa datang."
"Apa yang terjadi, kau menjebak apa lagi?!" tanyaku.
"Orang itu tidak mempercayaiku sepenuhnya seperti yang kalian bayangkan. Sebentar lagi Li Zhenguo mungkin juga akan menelepon kalian. Aku sudah menyiapkan orang, aku tahu posisi kalian. Orangku akan menemui kalian dan memimpin jalan. Setelah mengurus urusan di sini, aku akan segera menyusul." Setelah mengatakan itu, dia langsung menutup telepon.
Setelah menutup telepon, Chen Dongfang juga baru saja selesai menelepon. Melihat ekspresinya yang tegang, kutanya: "Ada masalah?"
Dia mengangguk dan berkata: "Lao Ba dari keluarga Li diculik saat pergi minum. Bodohnya dia, beberapa tamparan saja sudah membuatnya mengaku segalanya."
"Bagaimana mereka bisa tahu?" tanyaku dengan kesal.
"Menyadap," jawab Chen Dongfang.
