“Penjelasanmu terlalu jahat. Kurasa orang-orang ini seharusnya cukup religius.” Kukatakan sambil menggaruk kepala.
“Urusan ini jarangkah? Banyak sekali! Biksu-biksu zaman dulu sering melakukan hal serupa. Dalam legenda Barat, anak-anak dewa itu kan hasil hubungan terlarang antara kultivator dan manusia, lalu bilang ‘bukan aku yang menidurimu, tapi dewa’.” Ujar si gemuk.
“Apa yang ada di kepalamu sepanjang hari ini?” Nona Qi menertawakan orang gemuk itu. Belakangan ini suasana hati Nona Qi sedang tidak baik, selama perjalanan orang gemuk itu terus merawatnya dengan penuh perhatian. Meski si gemuk tidak pernah mengungkapkan perasaannya, dengan kecerdasannya yang seperti es dan salju, Nona Qi pasti sudah mengerti maksudnya. Dalam urusan pria mengejar wanita, selama si wanita tidak menunjukkan penolakan, itu artinya masih ada harapan.
Mendengar perkataan Nona Qi, muka si gemuk memerah sambil menggaruk kepalanya: "Tuan Gendut ini cuma merasa omongannya nggak nyata."
"Kayaknya kamu dendam karena nenek itu kasih syal pelangi tapi nggak cium tanganmu. Dasar lu orang gendut, kok bisa-bisanya ngarepin nenek-nenek?" godaku.
Tiba-tiba Chen Dongfang melambaikan tangannya: "Jangan berisik, ada yang datang."
Telinga Chen Dongfang sangat tajam, mungkin ini berkaitan dengan naluri orang yang ahli bela diri. Tak lama kemudian tirai pintu terbuka, wajah cantik luar biasa Liu Qingci muncul di dalam tenda. Ia tersenyum pada kami lalu melambaikan tangannya padaku: "Daun, Nenek Zhuo Ma mau ketemu kamu."
"Aku?" Aku terdiam.
"Hmm." Liu Qingci selalu berperilaku sangat anggun di depan banyak orang.
Kulihat Chen Dongfang yang mengangguk, memberi isyarat agar aku pergi. Aku berdiri dan mengenakan sepatu, mengikuti Liu Qingci menuju tenda nenek tua itu. Di perjalanan, Liu Qingci bertanya sambil tersenyum: "Kalian lagi bahas apa tadi? Tadinya ribut-ribut, begitu aku mendadak langsung diam semua?"
“Seandainya aku jadi kamu, pertanyaan ini tidak akan kutanyakan. Jelas-jelas ada hal yang tidak ingin kamu ketahui, kalau kamu memaksakan bertanya kan jadi canggung, menurutmu sebaiknya kuberi tahu atau tidak?” Aku tertawa.
Hasilnya, dia langsung memelintir kulit di pinggangku sambil berkata: “Jangan lupa, kamu adalah priaku!”
Kulepaskan tangannya, untuk mencegahnya memelintirku lagi, kuraih tangan kecilnya. Harus diakui, saat ini hatiku sedikit berdebar-debar. Tangannya begitu lembut dan hangat, hanya dengan menggenggamnya saja pikiranku sudah mulai melayang. Bahkan rasanya enggan melepas. Dia pun tidak menarik diri, jadi kubiarkan saja tetap menggenggam. Namun untuk menyembunyikan niat "mengambil keuntungan" ini, kutanya: “Apa urusan Nenek Zhuoma mencariku?”
“Tidak tahu. Tapi yang aneh, tadi dia buru-buru kembali ke tendanya. Setelah masuk, dia terlihat sangat ketakutan. Sudah lama kutanyai tapi tidak mau bicara, akhirnya menyuruhku memanggilmu,” kata Liu Qingci.
Mendengar ini aku merasa heran. Meski nenek itu kurus kerempeng, selama ini selalu terlihat ramah. Kenapa tiba-tiba ketakutan? Tapi kemudian kupikir, Liu Qingci dan nenek ini pasti sedang berakting. Kurasa sebentar lagi akan ada "pertunjukan bagus" yang disiapkan untukku. Dengan wajah datar kukatakan: “Harusnya kamu panggil aku lebih cepat.”
“Cepat sekali menyesuaikan peran. Baru sebentar sudah merasa jadi dewa,” sindir Liu Qingci.
"Kami pun masuk ke dalam tenda Nenek Zhuoma dengan cara seperti itu. Setelah masuk, kudapati sang nenek sedang bersimpuh membelakangiku, mulutnya terus bergumam sesuatu. Liu Qingci sangat hormat di hadapan wanita tua ini. Ia berlutut dan berkata sesuatu pada Nenek Zhuoma. Kemudian nenek itu menoleh memandangiku, lalu kembali membungkuk memberi hormat ke arahku."
"Bisakah kau menjelaskan pada nenek ini agar tidak perlu memberi salam sebesar itu padaku di kemudian hari? Seorang nenek bersimpuh di hadapanku, tekanan psikologisku sangat besar!" Kataku pada Liu Qingci.
Liu Qingci benar-benar menerjemahkan permintaanku. Hasilnya, kulihat sang nenek menggelengkan kepala dan berbicara keras pada Liu Qingci. Liu Qingci menundukkan kepala, lalu menatapku dengan tajam seraya berkata: "Nenek bilang, pelayan bersujud pada dewa adalah bentuk penghormatan. Jika tidak menerima sujud itu, berarti tidak mau menerima dirinya sebagai abdi."
Kugelengkan tanganku, merasakan dingin yang menggelikan. "Baiklah, terserah kalian mau bilang apa. Tanyakan pada nenek ini, ada urusan apa dia mencariku."
Liu Qingci menerjemahkan perkataanku pada sang nenek. Seketika, wanita tua itu kembali bersujud dihadapanku. Saat mengangkat kepala, kerutan di wajahnya berkerut membentuk kekusutan yang menunjukkan ketegangan luar biasa. Bahkan kulihat mata beningnya dipenuhi ketakutan. Kemudian ia membuka mulut dan mengeluarkan suara huuuum yang tak jelas.
"Apa yang dia katakan?" Tanyaku.
“Liu Qingci menatapku, sorot mata dan ekspresi wajahnya menjadi sangat aneh. Dia hanya terus memandangiku tanpa berkata-kata. Meski dalam hati aku yakin mereka berdua pasti sedang bermain sandiwara, saat ini aku mulai merasa tegang karena ulah mereka. Aku berkata: "Apa yang terjadi? Katakanlah!"
“Nenek berkata, di sisi dewa selalu ada Iblis yang mengikuti. Iblis itu akan mengambil nyawa dewa.” Ucap Liu Qingci dengan ekspresi misterius.
“Apa ini? Iblis?” Tanyaku.
“Ya, tepat di sekelilingmu. Di antara para Temanmu, ada seorang Iblis.” Kata Liu Qingci.
——Perkataan Liu Qingci ini tiba-tiba membuatku teringat pada si Gemuk. Karena dialah satu-satunya yang tidak dicium oleh Nenek Zhuo Ma, dan sang nenek juga tiba-tiba kembali ke tenda setelah menyerahkan selendang padanya. Awalnya aku menganggap ini konyol, sebab taktik provokasi perpecahan ini mirip dengan gaya Penjahit Hantu yang dangkal dulu. Justru karena teringat Penjahit Hantu, jantungku berdebar kencang. Dulu Penjahit Hantu pernah berkata bahwa aku dan si Gemuk pasti akan bertarung, dan hanya satu yang bisa selamat. Kini Nenek Zhuo Ma mengimplikasikan ada Iblis pembunuh di sekitarku, bukankah ini juga secara tersirat menunjuk si Gemuk?
Aku mengerutkan kening, menggelengkan kepala, membuang pikiran kacau di otak. Karena sama sekali tidak percaya ada masalah dengan si orang gemuk, tapi tetap berpura-pura kaget: "Siapa iblis itu? Apakah si orang gemuk itu? Kamu bisa langsung tunjuk dia!"
Liu Qingci menatapku, lalu bersimpuh di depan nenek Zhuo Ma sambil berkata sesuatu. Sang nenek menutup mata, menggerakkan tangannya. Setelah beberapa saat, kembali berbicara sambil melambaikan tangan. Kali ini Liu Qingci segera menerjemahkan: "Nenek bilang, di antara dua orang terakhir itu."
"Dua orang terakhir?" kataku. Kupikir nenek itu maksudnya dua orang terakhir yang menerima persembahan darinya, yaitu antara Qiu Li dan si orang gemuk.
"Apa lagi yang dikatakan nenek?" tanyaku.
"Saat mempersembahkan hadiah untuk dua orang terakhir, nenek tiba-tiba merinding. Dia merasakan aliran energi iblis, sama seperti malam itu dulu. Iblis yang sama yang membunuh dewa di kedalaman gunung bersalju," kata Liu Qingci.
Setelah mendengar ini, aku benar-benar terdiam. Jika nenek Zhuo Ma ini berbohong, setidaknya kebohongannya masih masuk akal. Dua orang terakhir - Qiu Li dan si orang gemuk - memang punya keunikan. Qiu Li dasarnya punya asal usul sama denganku, sedangkan si orang gemuk punya ramalan misterius dari Penjahit Hantu.
“Kalau meminta nenek tua itu mengonfirmasi sekali lagi, bisakah secara akurat menemukan siapa Iblis yang bersembunyi di sekelilingku?” tanya saya.
Liu Qingci patuh menerjemahkan lagi. Setelah Nenek Tua Zhuo Ma selesai bicara, ia berkata pada saya dengan nada kecewa: "Nenek bilang, Iblis itu sudah tahu nenek menemukannya. Ia dengan cepat menarik kembali aliran energi iblis dari tubuhnya. Saat nenek masuk ke tenda, semua energi jahat itu sudah rapat disembunyikan. Nenek menyuruhmu berhati-hati, karena Iblis itu pasti orang yang mengincar nyawamu."
——Harus diakui, perkataan Nenek Zhuo Ma membuat jantung saya berdebar. Tiba-tiba saya kehilangan kata-kata. Saya menebak, jika saya menerima perkataan nenek itu, mungkin mereka akan menangkap Si Gemuk dan Qiu Li. Lagipula ini di wilayah suku mereka. Konsekuensinya bisa sampai hukuman mati, dengan alasan mereka adalah Iblis yang bersembunyi di dekat dewa untuk membunuhnya.
Karena itu, performa saya saat ini sangat penting.
