Saya bingung harus berbuat dan berkata apa. Sejak awal saya sudah menduga kerja sama dengan Liu Qingci tak akan mudah. Perempuan nekat ini pasti akan membuat ombak sesuai gayanya. Hanya saja, saya tak menyangka akan terjadi dalam situasi seperti ini.
Nenek Zhuoma dan Liu Qingci sekarang sedang menatapku. Aku tahu mereka berdua menunggu jawabanku. Secara permukaan mereka bersikap hormat, tapi setiap langkahku selanjutnya sangat krusial. Haruskah aku terbuka mengatakan tidak mempercayai mereka, atau menyuruh mereka mengurus masalah ini? Otakku berputar liar. Akhirnya, kupikir kedua opsi itu tidak tepat. Aku tak mungkin menyuruh mereka menghadapi Qiu Li dan si Gemuk, apalagi berkonfrontasi di markas mereka. Jika benar-benar bertikai, kami akan sangat pasif.
Akhirnya, sambil mengerutkan kening aku bertanya pada Liu Qingci: "Jika kau jadi aku, apa yang akan kau lakukan?"
"Lebih baik salah bunuh daripada melewatkan." jawab Liu Qingci.
Ternyata benar, wanita ini ingin membuat keonaran. Kami hanya datang beberapa orang. Entah menghadapi si Gemuk atau Qiu Li, semua akan membuat grup kecil kami terpecah belah.
"Sebenarnya apa hubunganmu dengan Penjahat Hantu?" tanyaku padanya.
"Hm?" Liu Qingci membalas.
"Perlu kujelaskan lebih gamblang? Begini, taktik provokasi dan adu dombamu tidak sebanding dengan kecantikanmu." kataku sambil tersenyum, berusaha menyampaikan pemikirannya secara halus.
"Aku mengerti. Kau tidak percaya padaku, mengira aku dan Nenek sedang main sandiwara kolaborasi menipumu?" Liu Qingci juga tersenyum menatapku.
“Bukan begitu? Aku berkata Jiejie, pekerjaan sudah sampai pada tahap ini hari ini, kita juga sudah sampai di sini, tidak perlu lagi bermain dengan hiasan berlebihan, Lanjut?” Aku berkata.
——Ini adalah cara berpikirku masa kini, yang paling kuinginkan adalah Jangan mengajukan urusan ini, saling memahami tanpa perlu diucapkan masa lalu selesai saja, hasil pertandingan setelah mengatakan ini, Liu Qingci tiba-tiba berdiri dan berkata: “Jika itu pekerjaan lain, kamu tidak percaya padaku tidak masalah, tapi khusus urusan ini tidak boleh, kamu tidak mempercayai aku, tidak mempercayai Nenek Zhuoma, sama saja dengan tidak mempercayai Ada-nya dewa sejati, keyakinan semacam ini, kamu percaya baru akan ada, kalau tidak percika, bagaimana bisa membawa kami menemukan dewa sejati di area lebih dalam gunung bersalju?”
“Kamu benar-benar menganggap aku sebagai kunci, bukan sebuah map?” Aku bertanya.
“Kamu sangat mengecewakanku, sepertinya dari awal sampai akhir kamu sama sekali tidak pernah memberikan kepercayaan padaku.” Liu Qingci dengan wajah penuh kekecewaan berkata, setelah selesai bicara, dia seolah-olah “air mata berlinang” memandangku dan berkata: “Lalu bagaimana caranya agar kamu bisa mempercayaiku, mempercayai Nenek Zhuoma?”
"Aku tidak mengerti kenapa kamu harus mempersoalkan masalah ini, hubungan kita saling memanfaatkan, apakah perlu sampai memutus hubungan? Baik, aku akan bicara terus terang, aku memang tidak pernah percaya, termasuk omonganmu tentang nenek tua Zhuo Ma yang diberkati dewa. Bukankah dewa itu terkurung di kedalaman gunung bersalju? Bagaimana bisa datang ke sini memberkatinya? Kalau benar diberkati dewa, apakah lahir anak keturunan dewa? Selain itu, seharusnya kamu tahu di dalam peti naga emas berkepala emas Zhongtu dulu ada dua anak, laki-laki dan perempuan. Aku memang bayi laki-laki itu, sedangkan Qiu Li adalah bayi perempuan. Kenapa nenek Zhuo Ma yang bisa merasakan keberadaan dewa, tidak bisa merasakan aliran energi ikatan darah emas pada Qiu Li?" kataku.
"Yang datang bersamamu belum tentu dewa, bisa saja iblis. Di dunia ini ada siang dan malam, semua hal saling bertentangan. Ucapanmu justru membuktikan bahwa yang dirasakan nenek Zhuo Ma itu benar," kata Liu Qingci.
"Baik, aku tidak akan berdebat soal ini. Kalau ingin aku mendengarkannya, pertama-tama buktikan dulu keunikannya. Keistimewaannya dibandingkanmu hanyalah karena aku belum pernah tidur denganmu, sedangkan dia pernah ditiduri dewa, benar kan? Saat dia ditiduri dewa, aku belum lahir. Yang dimaksud pasti pemilik setengah tulang emas di kedalaman gunung salju itu. Sebagai yang pernah diberkati dewa, tentu tahu wujud dewa seperti apa?" kataku.
Aku tidak mengatakannya secara gamblang, tapi pastinya Liu Qingci mengerti maksudku——Katakan padaku, seperti apa wujud dewa dalam legenda itu.
Saat sampai di sini, kupikir Liu Qingci akan menghentikan topik ini. Yang harus kami lakukan sekarang adalah segera menuju gunung bersalju, mengingat waktu kami sangat terbatas. Setelah keluar dari sini, mungkin juga kami harus pergi ke Gunung Kunlun. Masalah Yuhuangdao seperti duri ikan yang tersangkut di jantungku. Aku memutuskan untuk nekat datang sendiri ke perangkap sekali ini.
Ternyata Liu Qingci tiba-tiba bersimpuh di depan Nenek Zhuoma dan mengatakan sesuatu. Kemudian, nenek tua itu menatapku dengan mata penuh kesedihan. Tiba-tiba aku merasa apakah perkataanku terlalu kejam? Boleh saja bicara seperti itu pada Liu Qingci, tapi Nenek Zhuoma ini sudah berusia lanjut. Aku melototi Liu Qingci sambil berkata: "Kau benar-benar tidak bisa menyimpan rahasia."
"Pria yang kuyakini tidak mempercayaiku, ini membuatku sangat sedih." Dia tertawa.
"Sudahlah, jangan berlebihan!" Kusalahkan dia dengan tatapan.
Kemudian tatapanku beralih ke Nenek Zhuoma. Sang nenek memutar tubuhnya, lalu dengan gemetar mengeluarkan sebuah lukisan dari peti di belakangnya. Kupikir dalam hati: Jangan-jangan? Apa benar dia akan mengeluarkan lukisan dewa?
Nenek itu seolah memperlakukan lukisan itu sebagai harta karun. Tangan berkerutnya mengelus lembut permukaan lukisan, seperti membelai wajah kekasih. Bahkan kulihat air mata menetes dari sepasang mata cerahnya.
Setelah itu, nenek meletakkan lukisan di atas karpet bulu domba dan membukanya perlahan.
——Pada saat itu, rasa penasaranku kembali muncul. Aku mengulurkan kepala dan melihat lukisan di gambar itu.
Begitu melihatnya, kepalaku seolah disetrum listrik, seluruh tubuhku gemetar.
Dalam gambar itu terlihat seorang pria berzirah emas, bertubuh besar dan gagah, memegang pedang bagaikan pendekar atau Dewa Perang.
——Setelah membuka gulungan gambar, nenek tua itu terus memandang lembut sosok pria dalam lukisan. Tangannya gemetar, seolah tak berani menyentuh lukisan itu. Kulihat jelas betapa cinta yang dalam dan kekaguman yang penuh hormatnya pada pria itu. Sejak melihat lukisan ini, otakku mulai kosong karena pria dalam gambar ini ternyata sosok yang sering muncul dalam mimpiku.
Hal lain bisa dipalsukan atau dibohongi, tapi khusus yang ini mustahil untuk didustakan.
Aku tahu ekspresiku saat ini pasti bisa dibaca oleh Liu Qingci. Segera kusembunyikan wajah bekuku, tapi terlambat. Dengan level sepertiku, mustahil menyamar di hadapan Liu Qingci.
"Sekarang, apa kau merasa bisa duduk dan berbincang?" Liu Qingci tersenyum sambil menatapku.
"Apa artinya ini? Aku tak pernah melihat dewa itu, kau juga tidak. Hanya ada lukisan samar begini." Kataku.
"Aku tak percaya. Secara gaib, kau tak merasakan hubungan spiritual? Jika mau terus berpura-pura, kau bisa pergi sekarang. Tapi jika memilih mempercayaiku, mari duduk dan bicara." Ujar Liu Qingci.
Aku akhirnya memilih untuk duduk dan berbicara, terutama karena orang yang muncul dalam mimpiku, ternyata ada dalam lukisan nenek tua itu. Dari hal ini, nenek tua itu tidak berbohong.
"Bisakah kamu menceritakan secara detail tentang peristiwa nenek tua itu yang diberkati dewa di masa lalu?" Aku bertanya dengan suara lembut. Saat ini aku merasa agak malu, karena aku merasa ucapan baruku mungkin telah menyakiti perasaan nenek tua itu.
"Kamu tidak perlu merasa malu. Para pelayan tidak akan menyalahkan dewa. Sama seperti jika kamu menyakitiku, aku tetap setia padamu." Liu Qingci tertawa.
"Kakak Liu, kamu ini bicara jujur atau bohong sama saja, aku jadi bingung membedakannya." Aku tertawa pahit.
"Kalau kamu tidur denganku dan menjadikanku wanita milikmu, baru kamu bisa percaya padaku. Bukankah pria selalu percaya pada wanita mereka?" kata Liu Qingci.
"Bukan masalah besar!" jawabku.
——Liu Qingci tidak melanjutkan omong kosong, malah berkata pada Nenek Zhuo Ma. Saat kutanya apa yang dikatakannya, dia mengedipkan mata: "Aku bilang ke nenek tua itu, 'Dewa muda ini ingin tahu detail saat dia diberkati dewa dulu'."
Wajahku langsung memerah dan leherku menegang. Hampir saja kutampar dia. Kutertawa sambil memaki: "Detail apaan? Kamu merusak citraku!"
Namun, Nenek Zhuo Ma tidak salah paham dengan kata "detail" itu. Dia mulai bercerita perlahan.
