Aku menutup mata, mencoba mengingat adegan orang gemuk itu tidur sambil berjalan. Begitu terbayang, bulu kuduk meremang di sekujur tubuhku. Chen Dongfang yang sedang menghilangkan puntung rokoknya berkata: "Orang gemuk itu memang baik, Master He juga pasti layak dipercaya. Tapi jujur saja, aku masih belum bisa sepenuhnya percaya padanya hanya karena dia anggota Yuhuangdao. Sekarang tampaknya baik Master He maupun si gemuk tidak mungkin berkonspirasi dengan Yuhuangdao. Yang kutakutkan, Yuhuangdao diam-diam memanfaatkan si gemuk tanpa sepengetahuannya. Lebih baik berhati-hati."
Aku mengangguk. Perkataan Chen Dongfang sangat masuk akal. Kukatakan sambil tertawa: "Andai para Penjahit Hantu itu punya kemampuan provokasi sepertimu, aku dan si gemuk pasti sudah putus hubungan sejak lama."
"Pergi sana! Aku tipe orang seperti itu?" Chen Dongfang tertawa.
Saat kami kembali ke tenda, si gemuk memandangi kami dengan sorot mata aneh: "Daun, bukan maksud Tuan Gendut mencampuri, tapi kapan kau jadi orang yang bermuka dua begini? Semalam kau berbisik-bisik sepanjang malam dengan Liu Qingci di kuil, pagi-pagi sudah curhat sama Chen Dongfang. Jadi Tuan Gendut ini dianggap orang luar lagi ya?"
Kukaitkan bahunya: "Kau ini selalu berpikir macam-macam. Jangan lupa, kita punya persahabatan yang melewati batas nyawa."
"Ingat baik-baik itu." Si gemuk melirikku.
Chen Dongfang saat itu batuk dan berkata: "Baiklah, tidak usah membicarakan hal-hal yang tidak penting. Orang gemuk benar, kita yang ada di tenda ini semua adalah sekutu. Apapun hubungan Yezi dengan Liu Qingci, seberapa jauh perkembangannya, betapa menakutkannya perempuan itu - semuanya sudah kalian pahami tanpa perlu kujelaskan. Dia mungkin tidak akan mencelakai Yezi tapi bisa mencelakakan kita! Jadi selalu waspada dalam segala hal, mengerti?"
"Waduh sial, Paman Dongfang, ucapanmu ini tidak bermakna!" kataku.
Orang gemuk memeluk bahuku: "Yezi, sekarang kau tahu bahaya makan sendiri? Ini namanya setelah berhubungan, kebaikan terputus dan kesetiaan habis."
"Pergi sana!" kutertawa sambil memaki.
Harus diakui, candaan kami berhasil meringankan suasana. Tak lama kemudian, Awang dan beberapa penggembala membawa banyak baju dan perlengkapan yang sangat profesional. Setelah mengenakan pakaian pemberiannya, penampilan kami persis seperti tim pendaki profesional. Setelah sarapan, Liu Qingci datang ke tenda kami dengan empat Lama. Setelah berdiskusi, kami bersiap berangkat. Walau hanya satu hari di suku ini, entah karena Nenek Zhuoma atau Liu Qingci, saat pergi tiba-tiba hatiku merasa berat meninggalkan mereka. Para penggembala mengantar kami sangat jauh di bawah pimpinan Awang dan Nenek Zhuoma, baru kembali ke suku mereka setelah terus didesak Liu Qingci.
Setelah para penggembala pergi, Liu Qingci dengan santai berjalan mendekatiku. Kami berdua mengenakan sarung tangan yang sangat tebal, tapi dia tetap menggenggam tanganku. Aku agak malu mengingat masih banyak orang yang mengikuti kami. Dia melototi saya dan berkata: "Kau pria-ku, apa aku tak boleh menggandeng tanganmu?"
Sebelum sempat kuberi respon, Qiu Li yang mengikuti dari belakang berseru: "Tidak tahu malu!"
Liu Qingci memandang Qiu Li. Gadis itu tentu saja membalas dengan tatapan tajam. Liu Qingci lalu berkata padaku dengan tenang: "Ye Zi, tahukah kau mengapa aku begitu buru-buru ingin merebutmu?"
"Hmph?" Aku mencium bau konspirasi.
"Karena jika aku yang menjadi wanita pertama-mu, kau takkan tertarik pada sampah-sampah biasa." Liu Qingci tersenyum.
Wajah Qiu Li langsung berubah hijau. Kalau bukan Nona Qi yang menahannya, mungkin dia sudah menyerang Liu Qingci. Tapi dia tetap menuding dan memaki: "Perempuan sembrono! Siapa yang kau sebut sampah biasa?!"
Liu Qingci sengaja mendadahkan dadanya: "Masih mau bandingkan?"
Orang gemuk kali ini tak tahan tertawa terbahak-bahak, tapi belum dua kali suara tawa keluar, sudah ditendang Qiu Li dari pantatnya. Orang gemuk mengeluh: "Kukatakan padamu nona, kalau hatimu tak puas, hukum saja pasangan mesum ini, Tuan Gendut ini pasti tidak ikut campur. Siapa suruh mereka pamer kemesraan seenaknya? Mengapa kau jadikan Tuan Gendut ini tempat pelampiasan amarah?"
"Sudah, jangan ribut lagi, hati-hati jangan sampai memicu longsor salju." Chen Dongfang berkata. Setelah itu ia menghampiri Liu Qingci dan agak malu-malu mengatakan: "Nona Liu, kali ini yang penting menyelesaikan urusan resmi. Dan... setidaknya perhatikan juga dampaknya!"
Liu Qingci melepaskan tanganku. Ia mengangguk, menunjuk ke gunung bersalju di bawah kaki kami: "Gunung salju di depan disebut Gunung Suci Tiga Salju. Tapi jangan tegang karena nama 'suci' ini, kami biasa menyebut gunung salju dengan tambahan kata 'suci'. Suku kami sangat familiar dengan Gunung Suci Tiga Salju. Menurut peta dari Nenek Zhuoma, setelah melewati Gunung Suci Tiga Salju kita akan memasuki ngarai salju. Ngarai itu sangat panjang. Karena ini internal, aku jujur saja - ngarai itu bisa diseberangi. Dulu suku kami pernah menyeberanginya untuk mencari jejak dewa, tapi itu adalah area terdalam yang pernah kami masuki di gunung salju. Jadi di peta Nenek Zhuoma, topografi setelah ngarai memang tidak jelas. Kita harus bertindak selangkah demi selangkah."
“Kalau menyeberangi ngarai ini, berapa lama waktu yang dibutuhkan?” Chen Dongfang bertanya.
“Sekitar tiga hari. Jika tidak ada cuaca badai salju mungkin lebih cepat, tapi paling cepat tidak kurang dari dua setengah hari.” Liu Qingci menjawab.
“Aku jadi penasaran, kenapa suku kalian paling jauh hanya menyeberangi ngarai? Kenapa tidak menjelajah ke daerah yang lebih dalam?” Chen Dongfang bertanya lagi.
“Bukan tidak mau. Tapi mereka yang pergi... tidak pernah kembali.” Liu Qingci berkata datar.
Chen Dongfang terdiam sejenak, lalu mengangkat bahu dan diam. Perjalanan berikutnya sangat membosankan dan terasa panjang. Seandainya kemampuan fisikku tidak meningkat karena sering bepergian akhir-akhir ini, mungkin aku tidak akan sanggup bertahan dengan mode perjalanan ala mereka. Xiao Qi dan Qiu Li yang meski punya fisik cukup baik, setelah berjalan setengah hari mulai merengek minta istirahat. Hasilnya sudah bisa ditebak - Liu Qingci menolak. Dia berubah menjadi pelatih yang sangat disiplin, melatih kami para "rekrutan telur" yang sama sekali tidak punya dasar pengetahuan berjalan di gunung bersalju. Akhirnya Chen Dongfang, Li Qing, dan si orang gemuk bergantian membantu Xiao Qi dan Qiu Li. Pada akhirnya, dua gadis keras kepala ini seperti tersulut api kemarahan oleh ulah Liu Qingci. Mereka mengepal gigi mengikuti rombongan tanpa bantuan, pantang tertinggal.
"Kami berjalan dari pagi hingga malam hari ini. Ketika benar-benar tiba waktu istirahat, begitu duduk di tanah kami tak bisa bangun lagi. Tapi aku tetap seorang pria, bertahan membantu Chen Dongfang dan yang lain mendirikan tenda di tempat teduh. Si Gemuk menghangatkan makanan dengan kompor alkohol. Perutku keroncongan ingin segera makan, tapi Si Gemuk menepuk tanganku: "Pergi cari Liu Qingci-mu! Ini buatananku untuk Nona Qi."
"Dasar kau benar-benar tak tertahankan!" Kutertawa sambil memaki. Tapi terlepas dari makian, hubungan Si Gemuk dan Nona Qi berkembang pesat. Dari sebelumnya Nona Qi selalu menolak kebaikan Si Gemuk, kini mereka bisa berkomunikasi dengan lancar. Ini membuatku sangat senang dari hati. Saat sedang berpikir, Liu Qingci menyodorkan sekotak kue kompresi. Ia duduk di sampingku sambil tersenyum bertanya: "Kelelahan ya?"
"Masih bisa bertahan." Kuambil sesuap kue, lalu menyekop salju ke mulut.
"Kalau begitu malam nanti kau pasti sudah tidak sanggup?" Katanya dengan wajah memelas.
Perkataannya membuat wajahku memerah dan leher menegang. Meski pria tak boleh mengaku tak sanggup, tetap saja kulihat dia: "Nek, kejadian tadi malam kan hanya kebodohanku sesaat! Lagipula di sini banyak orang!"
Liu Qingci langsung menunjukkan ekspresi sedih: "Kebodohan sesaat? Kau tidak mau bertanggung jawab?"
Ucapannya ini justru menyentuh titik yang paling tidak ingin kupikirkan, membuat hatiku dipenuhi rasa bersalah dan kesedihan yang mendalam. Kugelengkan kepala sambil berkata, "Sekarang jangan bahas ini dulu. Jika kita berhasil keluar, aku akan mengurus urusan ini dengan baik."
Dia dengan lembut menggenggam tanganku, menempelkan kepalanya di bahuku sambil berkata: “Kamu tidak perlu merasa tertekan, aku tidak akan memaksamu bertanggung jawab. Kalau pacar kecilmu itu benar-benar bermasalah, aku pasti tidak akan mengalah. Kalau urusannya dengan Avalokitesvara Bertangan Seribu hanya kebetulan semata, semua hal harus mengikuti prinsip siapa yang datang lebih dulu.”
