Kami semua memandang kedatangannya, tak sedikit yang mengandung niat jahat. Tapi begitulah karakter Liu Qingci, dia sepenuhnya mengabaikan tatapan kami dan langsung berjalan mendekat. Sesampainya di dekatku, dengan lancar dia menyambit lenganku sambil tertawa: "Sayang, apa kau merindukanku?"
"Ah?" aku berkata.
"Sudah kuduga kau tak berhati nurani ini takkan merindukanku. Katakan, setelah kepergianku bagaimana mereka mendiskreditkan aku? Apakah mereka menuduhku punya motif tersembunyi?" kata Liu Qingci.
Aku benar-benar bingung harus menjawab apa. Tiba-tiba si Gendut mendengus dingin: "Memang kami mendiskreditkanmu, mau apa? Daun kecilmu ini demi membelamu hampir berkhianat pada Tuan Gendut ini!"
"Benarkah?" Liu Qingci menatapku.
Kukanggukkan kepala, jantungku terasa sesak. Liu Qingci lalu berjinjit dan mencium pipiku: "Suami sendiri memang paling pengertian."
"Cukup, Nona Liu. Jangan buru-buru pamer cinta. Kau juga jangan marah kami mendiskreditkanmu. Diam-diam pergi begitu saja, wajar kami curiga. Jujur saja, bahkan sekarang Tuan Gendut ini masih tak mempercayaimu," kata si Gendut.
"Apa urusannya kalian percaya atau tidak? Yang penting suamiku percaya padaku," Liu Qingci tersenyum.
“Nona Liu.” Saat ini Chen Dongfang maju ke depan, memanggil Liu Qingci. Dalam hal kecurigaan terhadap Liu Qingci, si gemuk dan Chen Dongfang jelas berada di satu garis pertempuran.
Chen Dongfang berkata: “Kurasa aku memahami alasanmu kembali. Awalnya kau ingin menghindari kami untuk sampai di sini lebih dulu, bahkan sampai menghidupkan bangkai para Lama untuk menghalangi kami. Pasti ada sesuatu yang kau inginkan dalam pagoda Buddha ini. Tapi kau memilih kembali sekarang. Ada dua kemungkinan: pertama, benda itu sudah kau dapatkan. Kedua, kau sadar masih membutuhkan pria kecilmu ini, jadi kembali untuk terus berbohong, benar?”
Perkataan Chen Dongfang sangat blak-blakan dan terus terang. Sejujurnya, prediksinya sangat objektif. Setelah dia selesai berbicara, semua orang termasuk aku menatap Liu Qingci.
Liu Qingci melirikku dengan dengus manja: “Mereka menginterogasimu seperti ini, tak bisakah kau mengendalikan situasi?”
“Kita perlu memberikan penjelasan pada semua orang,” kataku.
“Baiklah, kalau sudah begitu, akan kuberi penjelasan. Lagipula aku pernah berjanji padamu: biar aku bohongi semua orang, tapi takkan pernah membohongimu.” kata Liu Qingci.
“Semoga begitu.” Aku mengangguk pelan.
"Kalian juga tahu, aku berbeda dengan kalian. Menurut perhitungan, kalian seharusnya berasal dari aliran Jalan Hantu. Meskipun sekarang Jalan Hantu sudah hancur berkeping-keping, kalian masih mengikuti jalan lama mereka. Tapi aku, Liu Qingci, seorang perempuan, selalu harus bergantung pada pria. Memang benar hubunganku dengan pria di jajaran pimpinan itu sangat erat. Chen Dongfang, sebagai orang paling dipercaya Kakek Enam, dengan pikiranmu yang teliti pasti sudah menyelidikiku. Kugira penyelidikanmu hanya akan mengungkap siapa sponsor keuanganku, tapi tidak bisa menemukan bagaimana seorang perempuan tiba-tiba bisa mendapat pijakan di wilayah Beijing-Tianjin, bahkan terlibat cepat dalam urusan ini. Orang luar mungkin mengira aku mengandalkan kulit manusia. Kuyakin kau tidak akan berpikir dangkal bahwa aku naik jabatan dengan tubuh. Tentu sekarang aku sudah punya pria, Xiao Ye bisa membuktikan ketidakbersalahanku. Benar kan?" Liu Qingci berbicara dengan sangat serius, namun di akhir kalimat membuat wajahku memerah.
Aku teringat semburat merah di bawah karpet wol putih malam itu, mengangguk berkata: "Aku bisa."
"Tidak tahu malu!" Qiu Li melototi kami berdua dan mengulanginya.
"Tidak tahu malu pun butuh dasar yang valid." Liu Qingci kembali menyembulkan dadanya ke arah Qiu Li, gerakan ini membuat Qiu Li jengkel tapi tak bisa berkata-kata.
"Nona Liu, bicaralah urusan resmi. Dengan identitasmu, tak perlu mempermasalahkan ini dengan nona kecil kan?" Chen Dongfang berkata.
“Benar juga.” Liu Qingci berkata, setelah jeda sejenak dia melanjutkan: “Sebenarnya kalian terkadang mungkin memikirkan hal ini terlalu kompleks. Pernahkah kalian berpikir, seorang wanita lemah seperti saya, meski memiliki sedikit kecantikan, mungkin mudah mendekati orang kaya. Tapi untuk mendekati Sosok itu, pastinya sulit seperti memanjat langit. Saya bahkan tidak punya hak untuk menemuinya. Faktanya memang demikian - dialah yang menemui saya, atau lebih tepatnya suku kami. Dialah yang membawa saya ke istana kekaisaran di Beijing. Posisi Liu Qingci di wilayah Beijing-Tianjin saat ini semuanya adalah hasil pujaannya. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kemampuan saya sendiri.”
“Dengan kemampuan apa?” Chen Dongfang bertanya.
“Dengan keyakinan suku kami pada dewa sejati. Dengan leluhur suku kami yang pernah menginjakkan kaki di kota kuno yang hilang ini.” Jawab Liu Qingci.
“Saya ingin mendengar detailnya.” Saat ini Chen Dongfang sepertiba tiba-tiba menunjukkan minat, bahkan seolah kehilangan ketertarikan pada buku yang sedang dipegang sang Kakak.
"Semua orang di Jalan Hantu, termasuk Yuhuangdao, termasuk kalian, sebenarnya telah meremehkan orang itu. Bagaimana mungkin seseorang yang bisa berdiri di puncak kekuasaan mudah dimanipulasi seperti mainan? Kalian mengira telah memanfaatkannya, padahal dialah yang memanfaatkan semua orang. Contohnya kau, Chen Dongfang. Kau mengira Rencana A rahasia tingkat tinggi adalah partisipasi resmi pertamanya dalam urusan ini, yang kemudian terpaksa dihentikan karena hubungan Yuhuangdao dengan Jalan Hantu? Saat melihat mayat prajurit di dasar danau, pasti kau sadar Rencana A telah diaktifkan jauh lebih awal dari yang kau ketahui. Sekarang aku uji pengetahuuanmu: menurutmu kapan Rencana A itu benar-benar dimulai?" Liu Qingci menatap Chen Dongfang.
"49?" Chen Dongfang menyebutkan angka.
"Lebih awal lagi. Dan pertanyaan paling mendasar: Jika orang Tionghoa memulai rencana ini, secara tradisi akan dinamai Rencana Naga Terbang atau Rencana Macan Putih, tidak mungkin menggunakan huruf A. Baiklah, tidak usah dipersulit. Sebenarnya Rencana A rahasia ini awalnya dirintis Nazi, tepatnya Hitler yang memulai Rencana A. Setelah Perang Dunia II berakhir, dilanjutkan oleh Uni Soviet dan Tiongkok bersama. Karena hubungan Tiongkok-Soviet retak ditambah bubarnya Uni Soviet, perlahan-lahan Tiongkok melanjutkan sendiri rencana ini." jelas Liu Qingci.
“Alis Chen Dongfang berkerut, orang gemuk itu juga terlihat termenung, sementara aku sendiri teringat sesuatu saat Liu Qingci mengatakan ini. Aku teringat sebuah berita yang pernah kubaca, lalu berkata, ‘Sepertinya aku pernah membaca tentang ini. Pada akhir Perang Dunia II, Hitler pernah mengirim satu tim khusus pasukan ke Tibet, Tiongkok. Mereka mencari poros bumi. Hitler percaya poros bumi adalah tempat yang bisa membuat waktu berbalik. Jika berhasil menemukannya, waktu akan mundur sehingga kekalahan tentara Jerman di medan perang bisa diubah.’”
Liu Qingci mencubit pipiku sambil berkata, “Pria kecilku, apa lagi yang kau tahu?”
“Apa aku kecil?” tanyaku sambil melototi dia.
“Tidak kecil, tidak kecil.” Liu Qingci tersenyum genit.
“Yang kuketahui tidak banyak. Sepertinya mereka gagal, toh perang sudah kalah. Sejujurnya, saat membaca berita itu aku merasa iba pada Hitler. Sebenarnya dia orang yang sangat hebat, tapi di jalan buntu malah memilih percaya hal ini,” kataku.
"Ya, rencana yang diaktifkan Hitler ini adalah Rencana A rahasia tingkat tinggi. Setelah Perang Dunia II berakhir, Tentara Merah Soviet menemukan tiga mayat biksu Tibet dan dokumen tentang Rencana A rahasia di basement Hitler. Inilah awal Soviet mengetahui rahasia ini. Soviet mengira Tiongkok tidak mengetahui hal ini, lalu mulai terus mengirim orang ke wilayah Tibet, berusaha menipu langit untuk melewati laut dengan melanjutkan rencana Nazi yang belum selesai. Namun mereka tak menyangka, Rencana A rahasia yang disebut Hitler ternyata tumpang tindih dengan rencana Jalan Hantu Tiongkok. Bahkan bisa dikatakan, waktu aktivasi rencana ini di Tiongkok sudah dimulai sejak era Liu Bowen dari Dinasti Ming. Jadi aktivitas mereka yang terus menerus masuk-keluar Tibet segera dicurigai oleh Guo Zhongyong. Tapi meski sudah diaktifkan, baik Guo Zhongyong maupun Soviet sama-sama mengetahui lokasi ini namun tak bisa menemukannya di pegunungan bersalju, sampai suatu hari mereka secara tak sengaja bertemu tiga orang yang keluar dari area lebih dalam gunung itu." Liu Qingci berkata.
